3.3 Minggu Kerja

2.6K 261 69
                                    

Makasih banget buat yang masih nunggu cerita ini. Saranghae 3000 😘

*****

Seperti yang sudah dijadwalkan sebelumya, bahwasanya hari minggu kelompok 110 akan melakukan kerja bakti merenovasi taman bersama karang taruna RT 12 dan juga rapat bersama kelompok sebelah membahas mengenai program kerja gabungan.

Sekitar jam 7 lebih lima menit, kedua belas mahasiswa itu sampai di taman yang akan mereka renovasi ulang. Disana sudah ada sekitar 30-40an pemuda atau pemudi karang taruna yang akan membantu mereka.

"Banyak banget orangnya," gumam Lita sesampainya di taman.

"Ya namanya kerja bakti ya banyak orang, kalau dikit namanya bukan kerja bakti, tapi kerja sendiri" pungkas Raihan dengan wajah malasnya. 

"Udah, ayo kesana dulu. Gak enak udah di tungguin" ujar Samuel menghentikan kedua temannya itu.

Keduabelas mahasiswa itu mulai memperkenalkan diri di depan anggota karang taruna itu, sebab banyak dari anggota 110 yang tidak ikut saat re-organisasi karang taruna dimana waktu itu termasuk program kerja Haidar juga.

Jadi mumpung ada kesempatan, mereka akan memperkenalkan diri secara proper kepada pemuda-pemudi karang taruna itu. Meskipun telat karena KKN juga sudah akan selesai. Tapi seperti kata pepatah, lebih baik telat daripada tidak sama sekali. 

"Bjirr, kenapa pada cakep-cakep cowoknya. Kok gue baru tau ada warga yang cakep-cakep disini? Selama ini mereka ngumpet dimana coba?" bisik Gauri pada Lita.

Lita mengangguk setuju, sudah empat minggu KKN disana belum pernah melihat pemuda desa yang bening-bening seperti bihun. Ada sih satu pemuda yang sering ikut sholat maghrib berjamaah di mushola depan posko mereka yang menurut para perempuan 110 lumayan, tapi pemuda-pemuda di RT sini lebih banyak yang menyegarkan mata.

"Gue juga baru liat anjir. Wah rugi banget kita kalo gak kenalan sama mereka" kata Lita yang berpikiran sama dengan Gauri. 

Mereka berdua ini memang benar-benar sepaham dan sefrekuensi kalau soal lelaki tampan. 

"Masih banyak yang SMA asal kalian tau" sahut Dhisti yang dari tadi mendengar obrolan kedua temannya yang seperti ulet bulu itu.

Gauri dan Lita menoleh kaget, "what??? Masak masih SMA? Kok udah bongsor-bongsor sih, kayak seumuran kita aja" seru Gauri tak percaya.

"Bener anjir. Masih pada bocil-bocil. Eh tapi kalo kalian mau sama brondong ya silahkan" ucap Dhisti.

"Sorry gak dulu, tipe gue pria matang" balas Gauri.

"Gue juga. Mapan, matang, dan tampan!" timpal Lita.

"Matang matang, dimasak dulu sana biar matang" tukas Dhisti.

Setelah sesi perkenalan mereka semua berbaur dan mulai bekerja. Dimulai dengan menebangi pohon-pohon kecil di sekitar taman yang sekiranya menganggu keindahan, lalu yang lain juga mulai mencabuti rumput-rumput yang memenuhi tanah. 

"Ini rumput apa sih, dicabut kok pada susah banget?" keluh Kirana yang dari tadi sangat kesulitan untuk mencabuti rumput-rumput disana.

"Harus pake cangkul kalau gak parang mbak memang" sahut pemuda yang tak jauh dari Kirana.

Kirana terkesiap karena ada anggota karang taruna yang mendengar keluhannya. Dia hanya tersenyum kikuk.

"Mending mbak-mbaknya santai aja dulu, biar kami yang membersihkannya. Kasian tangannya nanti sakit" ucap pemuda yang lain memberi usul. 

"Gakpapa kok mas, kita disini juga mau bantu-bantu" balas Yeshika ramah.

Kedua pemuda itu akhirnya diam setelah mendengar jawaban Yeshika. Mereka tak mau mendebat juga. Mereka memilih melanjutkan pekerjaan saja.

KKN 110Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang