2.6.2 Who dis?

2.7K 245 80
                                    

tw// harsh word & little bit horror.

Yang penakut baca besok aja ya. Tapi kalo masih nekat resiko ditanggung sendiri.

And sorry for typo.
***

Sepulangnya dari gereja, mereka semua benar-benar beristirahat. Apalagi Dhisti yang langsung tidur dengan nyenyak. 

"Gimana tadi, lancar?" tanya Gauri pada Haidar. Kini mereka sedang di ruang tamu untuk memindahkan hasil dokumentasi tadi ke laptop milik Gauri.

"Lancar. Nadhif sama Dhisti juga ngejelasinnya lancar dan komunikatif banget. Jadi acaranya juga makin hidup karena audiensnya juga aktif" jelas Haidar sambil memakanl wafer yang memang ada di ruang tamu. 

Gauri mengangguk mengerti, "Dhisti keren banget ya dar, sampe dari 127 foto 50%nya  Dhisti doang ya," Gauri tersenyum penuh arti saat melihat foto-foto yang terpampang di laptopnya.

Haidar yang sedang mengunyah menghentikan kunyahannya sebentar, "emang iya? Enggak sadar gue. Asal jepret aja tadi," kilahnya melanjutkan kegiatan yang terjeda sebelumnya.

"Oh gitu," ucap Gauri yang masih menyunggingkan senyum penuh arti. 

Gauri memperhatikan satu persatu foto tadi sampai berhenti di salah satu foto. 

Masih sama ternyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih sama ternyata. gumamnya dalam hati.

"Lo emang ikut beasiswa apa deh, Gau? Dari kampus bukan?" Haidar penasaran soalnya tidak menyangka bahwa Gauri merupakan mahasiswa penerima beasiswa. Ya walaupun udah keliatan dari mukanya kaya orang pinter. Beneran pinter bukan orang yang ngakunya pinter kaya dukun.

"Bukan, gue ikut dari perusahaan luar. Kalo dari kampus dapetnya dikit soalnya, hehehe" balas Gauri yang diakhiri dengan kekehannya.

"Oh, terus lo udah dapet beasiswa itu dari lama?"

"Gue daftar beasiswa tuh dari semester 3 tapi itu gue ikutnya dari kampus. Pas kita semester 3 kan itu baru-baru covid menyebar tuh, karena itu gue pikir kayanya banyak pekerjaan atau usaha yang terdampak, sedangkan kuliah kita tetep jalan walaupun di rumah, jadi untuk meringankan beban orang tua gue buat bayar UKT ya gue coba ikutan daftar beasiswa dan alhamdulillahnya keterima, walaupun sebenernya waktu covid harusnya pendapatan bokap gue bertambah tapi gue enggak mau membebani beliau kalau bisa, karena perjuangan beliau juga berat soalnya waktu itu"

"Sorry nih kalau boleh tau dulu bokap lo kerja apa emangnya?"

"Bokap gue dokter di salah satu rumah sakit yang menampung pasien yang terpapar covid. Selama itu beliau selalu menghabiskan waktunya di rumah sakit karena kalau pulang beliau takut bakal bawa pulang virus yang bisa menulari gue ataupun mama. Sampai akhirnya beneran beliau pulang, tapi bukan ke rumah kelurga gue, melainkan ke rumah Allah" Gauri bercerita dengan perasaan sesak, masih sedih jujur kalau mengingat hari itu.

KKN 110Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang