3.1 Guest Star

2.4K 231 46
                                    

Ini panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini panjang. Maaf kalo ngebosenin.






****
Satu persatu warga mulai berdatangan ke tempat terselenggaranya proker Gauri yaitu di Gereja yang sama seperti proker Dhisti dan Nadhif kemarin.

Tak hanya lansia, namun beberapa orang dewasa yang berusia sekitar dua puluh lima keatas juga nampak disana.

Gauri senang berarti sasaran prokernya benar-benar merata. Dia sebelumnya sempat ragu, mungkin yang akan mengikuti prokernya hanya lansia saja mengingat hari dan jam dilaksanakan prokernya itu termasuk waktu kerja. Namun pikirannya salah.

Bagi yang ingin mendonorkan darahnya seperti para lelaki di kelompok 110 dan Kirana serta Yeshika sudah lebih dulu antri di bagian donor darah. Mereka akan melakukan donor darah lebih dulu daripada masyarakat atau seseorang diluar kelompok mereka.

"Sakit enggak?" tanya Dhisti menengok Haidar, Januar, dan Aji yang tengah berbaring di tandu milik PMI.

"Kagak," jawab Haidar sok kuat, padahal aslinya tadi pas jarumnya mau di tusukin ke lengannya dia tremor. Gede banget soalnya jarumnya.

"Kan apa gue bilang, emang enggak sakit donor darah tuh, gue aja kepengen ikutan sebenernya," kata Dhisti yang memasukkan tanganya ke saku jas almamaternya.

"Mbaknya emang enggak ikut?" tanya petugas PMI yang berjaga di sebelah Haidar.

"Enggak pak, saya sedang halangan," jawab Dhisti kemudian petugas itu mengangguk mengerti.

"Sebelumnya pernah ikut donor darah mbak?" tanya petugas itu lagi.

"Pernah, baru 2x tapi. Soalnya setiap kali mau ikutan ngepas jadwal saya haid kaya sekarang," jelas Dhisti yang sesungguhnya, TMI banget.

Petugas itu tersenyum lembut, "enggak papa mbak, yang penting kita sudah ada niat yang baik. Memang mbaknya ikutan dimana?"

"Pertama kali di sekolah waktu SMA, terus yang kedua pas di kampus beberapa bulan lalu sih,"

"Kalau mbaknya mau donor darah bisa lho langsung dateng ke PMI. Enggak harus nunggu pihak sekolah atau instansi yang ngadain,"

Dhisti mengangguk mengerti, "Iya pak, kapan-kapan saya bakal ke PMI langsung. Yasudah saya keluar dulu ya, Dar gue keluar dulu" lanjut Dhisti dan Haidar hanya mengangguk, rasanya tubuhnya sudah mulai lemas.

Dhisti melanjutkan langkahnya keluar gereja. Namun langkahnya terhenti saat Raihan memanggil namanya.

"Dhis, entar bilangin Lita ya kwitansi snacknya suruh ngasih ke gue"

"Oke."

"Sama bilangin, power bank nya gue bawa tadi di posko,"

"Bilang sendiri kenapa sih?" Dhisti sedikit jengkel.

"Males. Lo aja ya" kata Raihan sedikit memohon.

"Bilang aja takut diamuk."

"Ya pokoknya itulah. Bilangin jangan lupa!"

KKN 110Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang