BAB 6

3.1K 19 0
                                    

“Sepertinya besok aku harus berdandan secantik mungkin kekantor untuk menarik perhatian William,dengan rambut baru seperti ini aku nampak segar dan terlihat jauh lebih muda.”Rexa baru saja mengganti model rambutnya agar terlihat lebih fresh,ia sudah bertekad akan menarik perhatian William bagaimanapun caranya.
“Aku dan dia sama sama single sekarang,ia di tinggal karena kematian isterinya dan aku karena perceraian dengan suamiku,aku rasa kami akan cocok.Terlebih kami sudah melewati malam itu bersama,milikku masih rapat dan terawat karena belum pernah melahirkan.”Rexa duduk di samping tempat tidurnya sambil menyilangkan kakinya.Ia menenggak segelas wine di tangannya,Rexa benar benar sedang mabuk kepayang dengan William.
***
“Aku tidak senang dengan kota ini,kenapa kita harus pindah kesini?!”
“Miller,kau akan senang dan dapat banyak teman disini.Ayahmu sedang membangun perusahaan baru,ibu harus menjaga kesehatan ayahmu.Kau tahu sendiri jika operasi jantung yang sudah ayahmu lakukan sangat membuat kesehatannya rentan dan harus di jaga ketat.Karena itu pengertianlah sedikit.”
“Kenapa  juga masih membangun perusahaan saat sakit dan bukannya istirahat saja sekarang.”Miller duduk di kursi belakang mobil bersama ibunya sambil menyilangkan tangan di dada.
Miller adalah anak pengusaha terkenal dan kaya raya,selama ini ia menetap di Belanda namun karena urusan perusahaan ayahnya ia harus ikut pindah dan tinggal di Paris.
Miller berkepribadian dingin dan cuek,ia lebih suka menyendiri daripada berteman.Banyak anak muda yang hanya berteman dengannya karena uang dan status orang tuanya.Tidak ada ketulusan didalamnya karena itulah Miller memilih menyendiri.Ia lebih suka acuh dan meminta orang orang untuk tidak mendekatinya.
Padahal Miller memiliki kesempurnaan hidup yang harusnya membuatnya ia bahagia namun tidak,Miller adalah pewaris tunggal semua aset dan kekayaan ayahnya karena ia tidak memiliki saudara lagi,pria berbadan sedang ini memiliki tinggi 182 Cm,ia cenderung kurus namun berotot dan maskulin,kulitnya putih bersih dengan bibir merah muda,bibirnya tidak gelap walau diam diam ia merokok tanpa sepengetahuan orang tuanya.Miller memiliki rambut kecoklatan yang jika disisir rapi kebawah akan tetap ada ujungnya yang menjuntai kedepan.Seluruh outfit yang dipakainya adalah outfit terbaru rancangan designer dan merk ternama.Ia di juluki Berlian dingin saat di sekolahnya dulu.Miller seperti berlian berharga kualitas terbaik yang tidak akan mudah tersentuh.
Sorot matanya yang berwarna kecoklatan dengan alis tebal  rapi dan hidung mancung yang gagah membuat matanya seperti di ukir dan di buat oleh seniman ternama,rahangnya terbentuk dengan bagus membuat dagunya yang juga terlihat macung namun tidak lancip itu terlihat tegas.Saat Miller menatap maka wanita wanita akan lupa untuk mengedipkan matanya.
Ekspresi cuek yang tanpa senyum itu malah menjadi pesona sendiri untuk Miller,Miller juga kelak akan di sekolahkan dengan sekolahan yang sama dengan Anna.
***
“Daddy,lekaslah.”Anna sudah memohon agar William memasukkan milikknya yang sudah tegang pada liang kewanitaannya yang sudah menanti penuh selamat datang.
Perlahan William mengarahkan miliknya yang sudah mengeras dan tegang itu dan memandunya dengan tangan perlahan memasuki milik Anna yang sudah merekah karena tarian bibirnya di atas sana tadi.
William terpejam saat perlahan lahan aset kebanggaannya itu memasuki milik Anna,Anna memejamkan mata sambil mengigit bibir meresapi kenikmatan yang perlahan lahan memasuki dirinya.
“Yassss.”Anna mendesis saat sepenuhnya miliki William sudah masuk sempurna didalam dirinya dan membuat sesak di bawah sana.
William juga merasakan milik Anna yang berdenyut seolah mengapit miliknya erat.William mulai menggoyangkan pinggangnya dan menghentak milik Anna yang menjepit keperkasaannya.
Anna dan William sama sama lupa diri,apalagi Anna yang menjerit dengan liar dan penuh gairah.Namun saat sekarang Anna berada di atasnya saat pergantian posisi,William yang tengah diam dan hanya menerima lalu merenung berat.’Apa yang sudah aku lakukan?Karena nafsu yang tidak bisa aku kendalikan aku malah meniduri puteriku sendiri?Apa artinya saat keindahan tubuh Anna yang harusnya aku lindungi sebagai figure sejati seorang ayah malah aku nodai dengan keburukan seperti ini!William,demi apapun,kau adalah manusia terkutuk dan hina sekarang.’William mengutuk dirinya sendiri saat ini.
Setelah percintaan yang sengit itu,Anna meringkuk tidur dalam pelukannya karena kelelahan.William memandang Anna sambil menangis.’Maaf Anna,maafkan aku,ini semua salahku.’
***
Anna terbangun dengan keadaan sudah sendirian di rumah,William berangkat kerja lebih awal pagi ini karena memang ingin menghindari Anna dan memikul rasa bersalah yang berat.William bahkan merasa  dirinya perlu berkonsultasi dengan psikolog.
Anna bahagia saja karena semalam telah melakukan hal yang selama ini ia idam idamkan,Anna pergi ke meja sarapan sendirian lalu menyantap roti bakar dan segelas susu putih untuk menu sarapannya pagi ini.
“Aku harus mengunjungi Daddy nanti,dia pasti menantikanku.”Anna sudah merasa terbawa terlalu jauh,ia berniat akan mendatangi William sepulang sekolah nanti kekantor William langsung.
Anna menghabiskan sarapannya,mandi lalu bersiap siap berangkat ke sekolah.Anna melirik ponselnya dan belum mendapat satu pesanpun dari William.Tapi Anna tidak hirau dan hanya menganggap William mungkin sedang sibuk saja.
***
“Wah,wah lihat anak baru itu,dia sangat tampan.”
“Iya benar,dia tampan sekali,aku dengan juga dia anak seorang pengusaha yang kaya raya.”
Miller memasuki area sekolah dan menjadi pusat perhatian para murid,semua membicarakannya dan mengaguminya.Tidak sedikitpun Miller tersenyum apalagi peduli dengan sekitarnya.Miller berjalan santai seolah yang ada disisi kiri dan kanannya hanyalah batu nisan saja.
Miller ternyata bersebelahan kelas dengan Anna,Anna juga sekilas sudah melihat murid baru itu.Tapi setampan apapun teman temannya memuja Miller,ia hanya jatuh cinta dan tertarik pada William seorang.
Otak Anna tidak menyerap satu mata pelajaranpun yang ia pikirkan hanya menunggu jam pulang sekolah tiba lalu menemui William.
***
“Tok…Tok..”
“Masuk.”
Rexa masuk ke ruangan William dengan penampilan baru tatanan rambut,make up dan pakaiannya.Rok Rexa sudah lebih pendek dari biasanya di atas lutut,sepatu high heels hitamnya yang runcing juga menambah kesan seksi kaki jenjangnya itu.
Kemeja terik didalam blazer abu abu yang di pakainya membuat payudaranya sangat sesak menyembul mengetatkan baju di lingkar dadanya.
“Ada apa Will?Kenapa wajahmu kusut?”Rexa duduk di kursi klien seberang William.
William suntuk dan kalut akan pikirannya,ia bahkan tidak bisa merasa takjub dengan perubahan Rexa yang tadinya membuat seisi kantor heboh dan bergosip.
“Tidak,aku hanya memikirkan kasus klienku saja.”Kilah William.’Aku tidak akan bisa membicarkan masalah Anna dengan siapapun,apalagi Rexa,Anna sangat membenci Rexa.’
“Slap.”Rexa malah menaruh tangannya di atas tangan William yang menganggur terdampar di atas meja.
“Will,bicaralah agar kau merasa lebih baik.”Rexa jelas jelas menggunakan kesempatan ini untuk bisa curi curi pegang dan curi perhatian pada William.
William menatap Rexa lalu menarik tangannya.”Jangan begini Rexa,ini di kantor.Orang orang bisa salah paham dengan kita.”William kurang senang dengan ulah Rexa barusan.
“Ma..maaf Will,aku hanya ingin menghiburmu.”Rexa jadi malu sendiri dan salah tingkah.
“Daddy.”Ruangan William tiba tiba di buka dan Anna rupanya yang datang.
Anna melihat ada Rexa disana,ia jelas tidak senang dengan kehadiran wanita penggoda itu.’Jelas sekali wanita ini ingin menggoda Daddy dengan penampilannya itu!Dasar jalang rendahan!’Rutuk Anna dalam hati.
“Aku ingin bicara dengan Daddy berdua.”Anna mengusir Rexa dengan kata katanya.
‘Anak ini mengganggu saja!’Rexa juga rupanya tidak senang dengan Anna,tapi apa boleh buat,ia tidak ada pilihan selain mengalah.
“Masuklah Anna,aku memang sudah ingin pergi.”Rexa undur diri dengan senyum palsu.
Anna menatap datar lalu mengunci pintu pintu ruangan William saat Rexa sudah keluar.
“Daddy.”Dengan girang Anna berlari pada William lalu duduk di pangkuan William dan memeluk William.”Aku sangat merindukanmu sampai tidak konsen belajar tadi.”
“Anna,jangan begini,ini masih di kantor.”William panik kalau ada yang memergoki mereka walaupun pintu sudah terkunci saat ini.
Anna melonggarkan pelukannya namun tidak melepas tangannya yang masih mengalung di leher William.”Aku tidak peduli Daddy.”
“Grab.”Anna main sambar saja dengan mencium bibir William saat itu juga.
 

ANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang