BAB 26

740 8 0
                                    

Dalam perjalan menuju rumah Miler,didalam mobil,Brenda yang duduk di kursi depan bersama William kelihatan sangat bahagia sambil memegang perutnya.Ia sudah tidak sabar lagi ingin memberitahukan tentang kehamilannya.Tapi ia menahan semampunya sampai mereka sampai di tempat Miller nanti.
‘William,kau akan jadi ayah yang sesungguhnya.Kau akan memiliki anak dariku dank au harus tahu itu nanti.’Brenda tersenyum memandang kedepan setelah sekejab lalu tersenyum sambil menoleh menatap William yang sedang menyetir.
Di kursi belakang,Anna sibuk berkirim pesan dengan Miller.Entah apa saja pesan yang diketik oleh Anna hingga membuatnya tidak henti hentinya tersenyum,William melihat kelakuan Anna dari pantauan kaca spion depan mobilnya.Tentu saja William amat sangat tidak senang bahkan di benak William ia sudah tahu jika pertemuan keluarga ini akan menghasilkan sesuatu antara hubungan Miller dan Anna.
‘Lihat saja!Jika bajingan tengil itu ingin menikahi puteriku maka tidak akan aku lepaskan!Dia harus melangkahi mayatku dulu jika ingin mempatenkan Anna di sisinya tanpa gangguan!’William membuang muka dan memutuskan membuka kaca jendelanya untuk melihat keluar,berusaha membuang rasa kesalnya yang terus menggumpal didada.Apalagi kekesalan karena Brenda malah ikut ikutan ikut bersamanya.
“GRAB.”Tangan Brenda tiba tiba menindih tangan William yang stand by di tuas gigi mobil.
William menoleh melihat Brenda yang tersenyum padanya,ingin menyingkirkan tangannya namun ia merasa tidak enak karena ada Anna.Anna pasti protes jika ia berlaku buruk pada Brenda.
“Ehem…Ehemm.”Anna pura pura batuk dan melihat kemesraan William bersama Brenda.
‘Tidak nyaman sekali!”William merutuk dalam hati dengan penuh rasa kesal namun tetap memasang topeng senyum penuh kepalsuan.
Suasana didalam mobil bercampur aduk dengan berbagai rasa da nisi hati setiap penumpangnya,ada yang menyimpan kabar gembira,ada yang merasa kesal dan ada yang tidak sabar menanti sampainya di tempat tujuan.
***
“Ayah ibu,ayo tersenyumlah,kenapa wajah kalian malah sedih?Padahal kan kita ingin membicarakan soal lamaranku untuk Anna.Dia akan salah paham saat datang nanti jika melihat wajah kalian yang beraut seperti melayat orang meninggal saja.”Miller di kediamannya yang sudah menanti kedatangan Anna dengan pakaian terbaiknya protes melihat orang tuanya yang malah tidak besemangat dan cenderung sedih.
“Miller,ibu sangat mencintaimu nak.”Tiba tiba saja mata ibu Miller berkaca sambil memandang putera kesayangannya itu.’Ibu berusaha agar setiap harinya bisa membuatmu bahagia,tersenyum dan terpenuhi semua yang kau inginkan,tapi hari ini ayah dan ibu  terpaksa harus menyakitimu dengan kenyataan yang mungkin tidak pernah terbayang olehmu Miller.’Menitik jatuh air mata ibu Miller sekarang.
Miller mengusap air mata ibunya,juga memandang wajah ayahnya yang memaling karena tidak ingin Miller melihat tangisnya.
“Bu,biarpun kelak aku akan menikah dengan Anna dan hidup bersama Anna,aku akan tetap menjadi putera yang baik juga berbakti padamu bu.Aku tidak akan pergi dan meninggalkan kalian.”Miller mengira ibunya sedih jika kelak ia dan Anna menikah dan ia akan jauh dari keluarga.Sungguh salah kapra yang nantinya akan membuat Milller amat sangat sesak menerima kenyataan.
Merintih perih ayah dan ibu Miller dalam hati melihat semua angan Miller akan pupus sebentar lagi.
***
Anna dan ayahnya juga Brenda sudah tiba dikediaman Miller,kini ketiganya sudah berkumpul dengan ayah,ibu Miller dan juga Miller di meja makan dan menikmati jamuan yang sudah disediakan.
Miller,ayah dan ibunya duduk di barisan yang sama dan diseberangnya Anna,ayahnya dan juga Brenda juga duduk satu barisan.
Miller dan Anna yang duduk berseberangan duduk saling menatap dan tersenyum.
Brenda sudah tidak bisa lagi menunda ingin memberitahukan soal kehamilannya.
“Maaf sebelumnya,aku belum memperkenalkan diri pada tuan rumah disini,namaku Brenda dan aku adalah calon isteri William.”
“Senang bertemu denganmu Brenda.”Sahut ibu Miller hangat.
Tapi William sedikit tidak senang karena merasa Brenda amat lancang mencuri start dengan memperkenalkan dirinya tanpa meminta izin darinya.
“Kami akan menikah dan aku juga ingin memberitahukan kepada kalian semua khususnya William.”Brenda lalu menyita perhatian dan memadang pada Willam.
William berhenti makan dan memandang Brenda balik.”Ada apa Brenda?”
“Aku hamil.”Seru Brenda dengan wajah sumringah bahagia diikuti senyum semua orang di meja makan itu,terkecuali William.
Ia langsung terdiam,terkaget dan merasa kacau didalam dirinya.Ia ingin menyangkal dan mempertanyakan kehamilan Brenda namun rasanya tidak mungkin karena hal itu juga hanya akan membuat kekacauan disini.
“Ha,,,hamil?”William terbata dengan lidah kelu dan wajah kaku dengan senyum terpaksa.
“Iya,aku hamil.Aku sudah memeriksakannya ke dokter.Kita akan punya bayi sebentar lagi,kau dan aku akan menjadi orang tua.”Brenda masih kesenangan dengan memberitahukan kehamilannya.
“Selamat ya,aku harap kau dan Daddy akan bahagia dengan kehadiran anak ini di antara kalian.”Anna yang pertama memberi ucapan selamat.
“Terima kasih Anna,kau juga harus ikut senang karena sebentar lagi akan menjadi kakak.”Brenda berbincang dengan Anna sedangkan William sekarang membisu seribu bahasa.
“Aku juga ingin menyampaikan sesuatu,tapi orang tuaku yang akan memberitahukannya.”Miler menyela karena ingin berita bahagia soal lamarannya juga akan di sampaikan.
Sekarang semua mata tertuju pada ayah dan ibu Miller,keduanya dengan senyum penuh luka terpaksa memberitahukan kabar buruk sebentar lagi untuk Miller yang juga bisa jadi menjadi kabar  
“Aku akan bercerita tentang sesuatu sebelumnya,aku harap kalian mendengarkannya dengan seksama sampai akhir.”Ibu Miller mencoba menanangkan emosinya yang amat hancur dan mulai bercerita.
“Dulu,sebelum kehidupanku dan suamiku bergelimpahan harta seperti sekarang,kami pernah memulai hidup dengan amat sangat kekurangan.Saat itu aku dan suamiku malah nekad menikah walau belum tahu akan dengan apa kami menjalani hidup dengan pekerjaan yang serabutan juga penghasilan yang tidak tetap.Terkadang kami harus mengganjal perut dengan roti sisa kemarin dan harus berbagi pula dengan hanya sepotong roti itu.Kami yang menikah muda juga sering kali terlibat cekcok karena ego,tapi kami bisa melewatinya karena cinta kami yang kuat.Tidak disangka sangka saat ekonomi kami memburuk,aku malah hamil.Kehamilan yang belum kami harapkan karena kami tidak tahu akan kami beri makan apa anak itu setelah ia lahir sedangkan untuk makan kami sehari hari saja sudah sangat kekurangan.Beberapa kali aku meminum pil mencoba menggugurkan bayi itu namun ia tetap kuat dan bertahan.Karena itu aku dan suamiku memutuskan membiarkannya lahir,namun kami sepakat untuk tidak merawatnya.9 bulan mengandung,aku melahirkan seorang bayi perempuan yang amat cantik dengan mata birunya.Hatiku sangat pedih memikirkan untuk membuagnya,apalagi saat aku menyusuinya dan ia menggenggam jari telunjukku.Namun,kehidupan kami yang susah membuatku lebih tidak tega jika kelak ia juga harus menahan haus dan lapar seperti kami.Aku tidak sanggup membuangnya dan akhirnya hanya suamiku yang membuangnya dengan mengantarkannya ke sebuah panti asuhan.Aku sangat sedih dan terkenang dengan anak perempuanku itu.Tapi takdir berubah setelahnya,aku dan suamiku malah mendapat kehidupan yang semakin layak setelahnya.Aku sangat menyesal karena tidak bersbar sedikit lebih lama,karena kebodohan aku dan suamiku,aku kehilangan puteri kami yang sangat berharga.Saat kami mencarinya lagi ternyata panti asuhan itu sudah tidak ada.Saat aku amat sangat sedih dan hancur,saat itu tanpa aku tahu ternyata aku sedang mengandung Miller.Kehadiran Miller memberi kebahagian menggantikan rasa sedihku yang saat itu sedang kacau kacaunya saat itu.Tapi aku masih sedih jika mengingat puteri kecil yang dahulu aku buang.Kehadirannya sangat aku nantikan untuk bisa bertemu kembali.Tapi siapa sangka,sekarang aku tidak tahu harus bahagia atau tidak,karena puteri kecil yang dahulu aku buang dan aku cari kembali,sekarang malah hadir di antara kita semua namun dengan status terlarang dengan Miller.”
Perkataan ibu Miller membuat bingung semua orang,namun tatapan ibu Miller yang mengarah pada Anna membuat Anna seperti di hujam tombak,Miller yang melihat tatapan ibunya juga mulai bergidik marah dan hancur.

ANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang