BAB 18

967 11 0
                                    

Brenda sangat gugup,ia terus melihat kaca depan mobil William saat William singgah sebentar untuk mampir membelikan kopi.Brenda membetulkan bajunya juga mengecek lipstiknya agar \bibirnya tetap cantik dan memukau.
“Apa ini sudah cukup?”Brenda merasa selalu saja ada yang tidak sempurna padahal ia sudah memakai pakaian terbaiknya juga meminta make up artis professional untuk meriasnya.Ia ingin kencan ini menjadi sangat berkesan,agar William bisa jatuh cinta padanya.
“Krek.”William masuk kedalam mobil lalu menyodorkan kopi milik Brenda pada Brenda.
“Terima kasih.”Brenda memegang gelas kopinya dan merasakan aroma wangi juga hangatnya kopi yang baru di buat itu.
Brenda melihat William malah memesan Americano dingin dan bukannya minuman hangat seperti dirinya.”Kenapa pagi pagi sudah meminum sesuatu yang dingin?”
“Hanya sedang ingin saja,aku merasa suhu pagi ini agak sedikit panas dan membuatku gerah.”Jawaban William bersumber dari ia yang tahu jika Anna berkencan dengan Miller hari ini.Tentu saja hati William amat panas karena hal itu.
“Kau unik,aku merasa hari ini biasa saja dan tidak panas.”Brenda mencoba basi basi agar tidak canggung.
“Jadi kemana kita akan pergi?”William malah menghindari basa basi karena malas banyak bicara.
“Bioskop saja,aku ingin nonton.”
“Oke,boleh saja.”
William dan Brenda segera tancap gas menuju bioskop,sesampainya disana William langsung membeli tiket juga popcorn dan minuman untuk dirinya dan Brenda.
Brenda melihat William mengecek ponselnya berulang kali sehingga ia tahu betul jika William sama sekali tidak menikmti film yang sedang di putar.Brenda juga hanya didiamkan selama film ini berlangsung.Tidak ada pembahasan ringan ataupun pegangan tangan seperti yang Brenda harapkan.
Brenda semakin bersedih dan merasa jika pernikahannya tidak akan bahagia nanti.’Kenapa dia seperti ini?Apa aku tidak pantas untuk di beri kesempatan?’Brenda menoleh ke arah lain berusaha menahan agar air matanya tidak jatuh.
***
Miller dan Anna malah sedang bersenang senang semau mereka sekarang.Miller mendorong Anna yang duduk di trolly belanjaan sebuah minimarket besar dan membeli beberapa barang,ada telur,mentega,coklat dan beberapa perlengkapan.Sepertinya mereka akan membuat sesuatu dengan semua itu.
Saat membayar di kasir pun tangan Anna terus mengalung di lengan Miller.Kasir yang melayani pembayaran mereka kelihatan senyum senyum karena merasa senang melihat pasangan manis ini.
“Kalian sangat serasi.”Puji kasir itu.
“Terima kasih.”Sahut Anna dengan senyum lebarnya.
Selesai berbelanja keduanya kembali ke mobil Miller dengan kantong kantong belanjaan yang sudah terisi penuh itu.
“Kau yakin tidak keberatan bertemu ibuku?”Tanya Miller didalam mobil pada Anna,rupanya kencan ini harus di batalkan  karena ibu Miller ingin berkenalan dnegan Anna.Anna adalah gadis pertama yang Miller berani ceritakan pada ibunya sebagai pacar.Mendengar banyak pujian Miller tentang Anna,ibu Miller lalu tertarik ingin berjumpa langsung dengan Anna.
“Tidak masalah,aku juga bisa belajar membuat kue dari ibumu.”Jawab Anna santai.
“Aku tahu,kau pasti ingin mengambil hati ibuku agar  bisa menyusup menjadi menantunya kan.”
“Memangnya aku pernah bilang ingin menikah denganmu?”Anna membalas candaan Miller dengan ekspresi meyakinkan yang membuat Miller serba salah.
“Yah,siapa juga yang tidak ingin punya suami kaya dan tampan sepertiku!Apa ada?”Miller mulai serius menatap Anna.
“Clik.”Anna lalu mencubit kedua pipi Miller dengan tangannya.”Ahhhh,gemas sekali.Tentu saja aku ingin menjadi isterimu dan memilki keluarga hangat seperti yang aku impikan selama ini.”
Miller tersenyum senang mendengar perkataan Anna walau pipinya sebenarnya sedang sakit karena cubitan jari jari Anna.
Miller menurunkan kedua tangan Anna lalu mencium kedua punggung tangan Anna bergiliran.”Demi apapun,kau adalah hidupku Anna.”Ucap Miller sambil menatap Anna lurus sambil masih memegang kedua tangan Anna yang baru di kecupnya.
“Kau juga adalah harapanku setelah kesuraman merundung hidupku Miller.Aku bahkan tidak bisa merasakan jika cinta itu semanis dan seindah ini jika tidak bertemu denganmu.”
Miller dan Anna kelihatan semakin dekat dan bahagia dari hari ke harinya.Apalagi Miller sudah melangkah satu langkah semakin maju dengan akan mempertemukan Anna dengan ibunya.
***
Film sudah selesai dan pengunjung bioskop mulai bubar berhamburan keluar dari ruang mereka menonton tadi.
“Kau menikmati filmnya?”Brenda pura pura basa basi walau ia tahu dan yakin jika William sama sekali tidak menyimak film yang di putar tadi.
“Iya,itu film yang bagus.”William menjawab tanpa rasa bersalah pada Brenda.
“Oh begitu,lain kali ayo nonton lagi.”Brenda memaksa garis senyum di bibirnya betapa William sungguh membohongi perasaannya dan mengecewakannya.
“Tentu.”Jawab William santai.
William dan Brenda lalu masuk kedalam mobil,disanalah Brenda nekad melakukan hal tidak terduga,saat William sedang memasang sabuk pengamannya,Brenda tiba tiba memegang wajah William dengan kedua tangannya lalu menarik ke arahnya dan mencium William dengan paksa.
‘Aku sudah putus asa! Aku tidak peduli apa tanggapanmu selanjutnya!’Brenda mencium William membabi buta dan liar,ia tidak peduli jika imej lugunya tercoreng di mata William.
William merasa birahinya naik seketika,sejujurnya sepanjang film tadi sebenarnya ia hanya membayangkan percintaannya dengan Anna juga ingatannya pada mendiang Teresa saat bercinta,sudah cukup lama ia menahan birahinya,sebagai lelaki normal rasa itu tentu saja bisa mencuat kapanpun.
Merasa ini sebagai sarana penyalurannya karena ia sudah tidak tahan lagi memedam nafsunya,William lalu menjeda ciuman ganas itu sejenak.
“Kita ke hotel saja,selesaikan disana.”
Omongan William membuat Brenda tercengang tapi Brenda segera mengangguk.
William membawa Brenda ke sebuah hotel yang sengaja ia pesan untuk bercinta dengan Brenda siang ini.
William mendorong tubuh Brenda hingga terbaring pasrah di kasur hotel itu,perlahan William mulai membuka satu per satu kancing bajunya dan melempar sembarangan baju kemejanya.William mulai merangkak ke tempat tidur itu dan menyingkap kasar dress yang di kenakan oleh Brenda.William langsung mendaratkan mulutnya tepat di area kewatiaan Brenda.
Brenda menggigir bibir sambil memejamkan mata menahan nikmatnya lidah William yang menari nari ria di kewanitaannya.Tangan William meremas rambut William yang terjangkau olehnya.
“Sssshhhhhh.”Desis Brenda di tengah aktifitas intim itu.
‘Biarkan saja kali ini aku melampiaskan semuanya pada Brenda,ini adalah balas dendamku atas hasrat terpendam yang terus menghantuiku ingin di salurkan.’William ingin menuntaskan semua yang ada dalam benaknya.
Selesai dengan kewanitaan Brenda,William naik lalu melakukan penetrasi tanpa aba aba,Brenda terkejut karena ia masih ingin lebih lama lagi dalam pemanasan tapi William mempercepat aksinya.
Beberapa kali hentakan,William sudah mencapai orgasme,Brenda juga menyusul tidak lama setelahnya.
“Hash….”William mengambil nafas sambil membersihkan miliknya dengan tissue di samping tempat tidur lalu membetulkan lagi celananya dan memasang kembali kemejanya.
“Aku harus pergi,kita lanjutkan kencannya lain kali.”William dengan wajah datar lalu meninggalkan Brenda begitu saja setelah selesai bercinta.
Brenda yang masih berantakan tentu saja kaget.’Apa apan ini?Apa aku hanya wanita sekali pakai yang tidak berkesan apapun untuknya?Bagaimana bisa semuanya hanya berakhir seperti ini untuknya?’
Brenda tidak terima kali ini,ia lalu mengejar William dengan tergesa sebelum William keluar dari pintu kamar itu.
“GRAB.”Brenda berhasil menarik lengan William.
William menoleh kaget.”Ada apa?”
“Kenapa meninggalkanku begitu saja?Apa aku hanya handuk yang kau gunakan untuk mengeringkan badan setelah itu kau tinggal begitu saja?”
“Kau kenapa?Kenapa kau sepertinya protes?Bukankah aku sudah memuaskanmu?Lalu apa lagi sekarang?”
“Kau pikir aku hanya ingin seks dan menikmatinya setelah itu selesai?Aku ingin perhatian dan cinta darimu William?Aku merasa lelah memaklumimu,kau tidak peka dan selalu dingin denganku!Kita akan menikah,bisakah kau lebih memahamiku dan memberiku kesempatan?!”Brenda memutuskan jujur atas semua yang ia rasakan.
“Kita hanya menikah karena orang tua kita,aku tidak punya pilihan untuk menolak karena tidak ingin berpisah dari puteri angkatku.Aku tidak membencimu tapi aku mengakui belum ada sedikitpun rasaku yang tumbuh untukmu Brenda.Jika kau merasa terbebani dengan perjodohan ini,kau boleh minta orang tuamu membatalkannya,biar sisanya aku yang urus.”
Jawaban William yang segampang itu membuat Brenda terenyak dalam dengan perasaannya yang di bunuh di hujam dengan belati sebagai perumpamaan kesadisannya.
William melepas tangan Brenda yang mengalung di lengannya lalu pergi meninggalkan Brenda yang masih mematung di kamar hotel itu.
 

ANNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang