"Anak sialan!! Dasar gak guna! Mending kau pergi dari rumah ini daripada jadi beban disini!!" Maki papaku setelah dia memukul tepat diwajahku hingga aku tersungkur.
"Kalau memang papa ingin Andre pergi dari sini, lebih baik aku ikut pergi dengan Andre!" Ucap mama sembari membantuku berdiri.
Sejujurnya aku sudah tidak tahan dengan perlakuan papaku yang ringan tangan. Jika bukan karna mama, aku sudah pergi dari rumah ini.
"Ngapain kau bela anak gak guna seperti itu?! Nyari duit aja gak becus! Lagi pula ngapain kau tahan tahan dia untuk tidak merantau pergi ke kota?!"
"Harusnya papa sebagai tulang punggung keluarga yang menafkahi kita!"
PLAKK
Suara tamparan begitu nyaring terdengar hingga Mama mengaduh kesakitan.
Aku muak, aku lelah melihat sikap papa sekarang.
Dulu papa adalah orang yang baik dan berkecukupan. Keluarga kami bisa dibilang harmonis.Namun itu semua berubah setelah pelakor datang ke kehidupan keluarga kami. Papa selingkuh dengan jalang tersebut berdalih bahwa wanita tersebut adalah asisten pribadinya. Hingga wanita tersebut memeras semua harta milik papa bahkan menipu papa.
Anehnya mama tetap setia menemani papa hingga sekarang walau dia sudah dihianati.
Dan seletah semua harta papa dikuras habis oleh jalang tersebut. Papa berubah menjadi seorang yang tempramen. Dia tak akan segan memukul jika aku membuat kesalahan sedikitpun.Bahkan aku tidak melanjutkan kuliahku karna biaya yang tidak memadai. Alhasil aku bekerja di sebuah toko sepatu sekarang.
Sebenarnya temanku mengajakku untuk bekerja di kota Jakarta karna gaji yang ditawarkan cukup banyak. Namun mama melarangku untuk pergi merantau.
Entah apa alasannya. Tapi yang jelas mama tak mau aku pergi jauh darinya.Gaji yang ku terima ditoko sepatu tidak sepadan dengan pengeluaran kami bertiga. Belum lagi papa yang selalu mengambil sisa uang belanja hanya untuk bermain judi hingga mabuk mabukan.
Aku sudah bilang pada mama untuk menceraikan papa dan pergi dari sini. Namun entah pelet apa yang papa beri pada mama hingga Mama tak ingin menceraikan papa. Padahal dia sudah dihianati, bahkan sekarang sudah tidak dinafkahi.
Mama menuntunku pergi ke kamarku meninggalkan papa dengan amarahnya.
"Ma, mama kenapa masih mau bertahan dengan papa? Aku cape ma liat mama diperlakukan seperti ini sama papa."
Mama mengelus rambutku sambil tersenyum walau mata dan pipinya merah menahan rasa sakit dari tamparan yang sudah papa beri.
"Mama gak bisa pergi dari papamu karna 1 hal. Dan kamu belum waktunya untuk tau alasannya."
Aku menghela nafas berat. Selalu itu yang keluar dari mulut mama ketika aku menyuruhnya untuk menceraikan papa.
"Tapi mama juga sebenarnya sudah muak melihat papamu yang selalu memukulmu. Jadi untuk sekarang mama ijinkan kamu pergi merantau ke Jakarta bersama temanmu itu. Mama gak mau melihat kamu dipukul oleh papamu."
"Kalau gitu mama ikut denganku, kita tinggalkan saja papa disini sendiri. Biarkan dia jadi bangkai dirumah ini karna tidak ada yang mengurusinya."
Mendengar hal tersebut, mama tersenyum simpul.
"Nanti setelah kamu sukses, kamu bawa mama ke Jakarta ya, nak."
"Gak perlu nunggu aku sukses ma. Gajiku disana cukup buat kita berdua."
"Mama gak bisa. Mama bantu kamu beres beres barang kamu sekarang ya." Ucap mama berjalan menuju lemari
Aku melihat punggung mama yang mengecil. Badannya kurus tidak seperti dulu, andai mama mau menceraikan papa dan kami hidup berdua pasti hidup kami bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Being Sus [END]
Teen FictionBXB CONTENT!!! KONTEN GAY! KONTEN HOMO! •••••••• "Aku pamit. Makasih sudah pernah hadir dihidupku." "Kau!! Berani kau pergi dari hidupku. Akan ku habisi nyawamu!!." "Silahkan. Bahkan aku sudah tidak peduli dengan nyawaku sendiri."