Malam ini terasa lebih panas dibandingkan malam sebelumnya, entah mengapa hal ini menjadi sebuah awal yang mengerikan dan tak layak untuk selalu bersemayam didalam pikiran. Tapi, kami memutuskan untuk berpelukan disatu kasur yang sama.
"Sayang, saatnya tidur" ucap lembut seorang wanita berkulit porcelain, dengan rambut ungu muda yang menjuntai panjang, dan sedikit ombak pada pangkal rambutnya.
"Tapi, ibu, kami ingin baca buku" kata ku.
"Tadi sudah baca buku, adik-adik mu sudah tertidur ria, jadi, sekarang tidurlah"
"Baiklah" jawab ku, singkat.Ibu kemudian menciumi kening dan memeluk kami, setelah itu berjalan menuju arah saklar untuk mematikan lampu. Sebelum mematikan lampu, ibu sempat menoleh kebelakang untuk melihat apakah anak-anaknya benar sudah tertidur, aku melihat Ibu tersenyum lega.
Tapi entah mengapa, perasaan ku mengatakan ini terakhir kalinya aku melihat Ibu, dan aku tidak ingin berpisah dengannya.
"Ibu!" panggil ku.
"Ada apa Ria?"
"Dimana Ayah? Aku ingin memeluk kalian berdua malam ini sampai aku benar-benar tertidur" ucap ku sedikit menggebu-gebu.
"Ayah sedang ada diruang tamu, ada apa nak?"
"Itu permintaan ku"
"Baiklah, akan ku panggil ia kesini, dan menuruti permintaan kecil mu itu"Aku mengangguk.
Tak lama kemudian ayah dan ibu datang ke kamar kami, sesuai janjinya, mereka mewujudkan permintaan ku. "Ayah, Ibu, ria sangat menyayangi kalian dan tentu saja, adik-adik kecil ria"
"Kami juga sangat menyayangi kalian semua, tidurlah yang lelap sayang, besok pagi Ayah akan mengajak kalian semua ke taman bunga mawar dikota"
"Benarkah?"
"Benar, jadi tidurlah sayang"
"Selamat tidur Ayah, Ibu" kata ku sebelum akhirnya tertidur.Hangatnya peluk penuh cinta yang diberikan Ayah dan Ibu memang sangat menenangkan. Namun, rasanya seperti sedikit panas, apakah aku memeluknya terlalu erat?
Samar-samar aku melihat seorang gadis remaja berambut panjang berwarna turqoise, sedang mengepak pakaian, uang, dan makanan. Bahkan membawa beberapa buku cerita kesukaan ku keluar ruangan, sesekali aku juga melihatnya menggendong adik perempuan ku Magenta dan adik kecil ku Grey keluar.
Ada apa sebenarnya? Apakah hanya mimpi?
Lalu, ia datang membangunkan ku, untuk mengajakku keluar ruangan, bukan hanya keluar kamar, tapi aku melihat dengan jelas ia membawa ku keluar rumah. Sedikit ku lihat api membara dari arah belakang rumah, tunggu apakah Ayah dan Ibu sudah diluar juga?
Sesampainya kami dilapangan tenis yang belum selesai dibangun oleh Ayah, gadis itu memasang beberapa alat pada adik-adik ku semacam headset yang kedap suara.
"Ria, jagalah adik-adik disini, aku akan mengunci pintu rumah"
"Dimana Ayah dan Ibu?" tanya ku, sedikit panik. Namun gadis itu tetap bergegas kerumah untuk mengunci pintu.Rumah yang terbakar, untuk apa dikunci pada bagian pintunya?
Terdengar samar seperti suara Ayah dan Ibu.
Tolong...
Tolong...
Tolong kami...
Lava, tolong kami..."Ayah!!! Ibu!!!" Aku teriak dengan kencang, aku melihat mereka terbakar bersama rumah kami.
12 Tahun kemudian—
bruk... bruk.... brukk...
"HEI BANGUNLAH PEMALAS!" ucap seorang wanita yang sedadi tadi mengetuk pintu kamar.
Ah, lagi-lagi aku bermimpi buruk, mimpi mengerikan yang selalu hadir setiap malam.
"Memangnya kau tidak bekerja?" kata wanita itu lagi.
Aku kemudian bangun dan menatap perlahan pada jam dinding yang sudah menunjuk pada pukul 7.50 pagi. Astaga, benar aku kerja shift pagi hari ini. Aku bergegas mandi, bersiap dan memastikan semua keperluan ku sudah dibawa.
"Ini dia, gadis pemalas yang sulit dibangunkan"
"Maaf Lavender, aku lupa kalau hari ini aku—"
"Sudahlah, tak usah banyak alasan, sekarang berangkatlah" ucapnya sedikit kesal.Aku segera berangkat dengan motor butut ku yang sudah tak layak digunakan. Meski begitu, aku tetap menggunakannya setidaknya masih bisa berjalan meski suaranya sangat berisik.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Purple Rose
Misterio / Suspenso"Sudah kubilang, aku hanya menunggu sampai orang itu melakukan dosa terburuknya" ucap seorang wanita berambut ungu dengan sorot mata tajamnya, sambil terus menerus menghisap rokoknya. Dosa apa yang dimaksud? Siapa dia sebenarnya?