2. Back in Time

380 39 3
                                    

AYUNDA POV

Gerimis dari tadi.

Langit lagi ikut berduka karna aku baru putus cinta kah?

Duduk sendirian di kelas karna aku dateng paling awal seperti biasa.
Duduk di dekat jendela yang berembun karna udara terlalu lembab pagi ini.

Sekelebat ingatan aneh itu muncul lagi.

Kali ini ingatan seolah aku pernah ada di situasi seperti ini.
Duduk di pinggir jendela dan memandang jauh kelas lain dimana ada laki-laki yang kemarin aku temui di depan minimarket itu sedang sama duduk di pinggir jendela juga.

Dadaku sesak. Ada sesuatu yang mengganjal menusuk-nusuk rongga dadaku.

"Yun? Kenapa lo?" Tanya Jemima yang baru masuk kelas sambil taruh tasnya yang setengah basah ini diatas mejaku.

"Mima tas lo basah duh." Omelku.

"Abis ini gue keringin di toilet. Gue titip buku gue dulu." Jawabnya. "Oh ya Yun, mau ada murid baru. Karna bangku depan lo kosong, feeling gue dia bakal disuruh duduk disitu. Siapin diri. Infonya sih cakep. Gebet aja biar Sekala nyesel." Lanjutnya.

"Apaan sih main gebet aja. Lo tau sendiri gue kesusahan mengungkapkan perasaan. Dan gue butuh waktu lama untuk bisa suka sama seseorang."

"Ya bener sih. Sama Sekala aja lo banyak memendamnya. Dulu juga nunggu deket lima tahun dulu, baru lo nyatain perasaan ke dia. Udah gitu pacarannya cuma satu setengah tahun, banyak menderitanya. Sial banget hidup lo sumpah. Ck. Ck."

Nusuk banget loh Mim. Tapi karna kenyataan yaudah aku terima aja.

...

Jemima udah pergi, beberapa temen juga udah ada yang masuk kelas. Dan semuanya lagi membicarakan soal murid baru.

Nggak lama kemudian, aku liat Sekala lewat depan kelasku.

Sakit banget liatnya, karna dia terlihat baik-baik aja. Malah bisa-bisanya lagi bercanda sama temen-temennya.
Aku jadi makin sadar, cuma aku yang terluka segininya.

Padahal aku masih kepikiran momen-momen bahagia kita walau nggak seberapa. Tapi Sekalansepertinya udah bener-bener lupain semuanya. Langkahnya ringan seolah tanpa beban.

Mau nangis lagi rasanya, tapi bel sekolah udah bunyi.
Aku buru-buru usap mataku biar nggak terlalu menyedihkan.

Jemima udah masuk kelas lagi. Semua murid juga udah ada di kelas.
Dan murid baru itu pun udah berdiri di bagian depan kelas.

Lalu sekelebat kenangan itu muncul lagi.
Aku kenapa sih? Setelah kecelakaan kemarin, aku malah jadi aneh.

Wajahnya familiar, tapi aku yakin selama aku hidup aku pertama ketemu orang ini ya di minimarket kemarin itu aja.

Tapi kenapa dalam ingatanku seolah kita udah pernah kenal sebelumnya? Kenapa ada kenangan seolah kita pernah dekat?
Kenapa jantungku berdebar sekencang ini?

Murid baru itu sepertinya mulai memberi salam, tapi aku masih terganggu oleh bayangan-bayangan di dalam otakku.
Semakin jelas, bahkan aku bisa ingat bagaimana dia bicara.
Di dalam bayangan ini, aku panggil dia dengan--

"Steve?" Ucapku tanpa sadar sambil memandang ke arahnya.

"Hai, ketemu lagi. Tapi maaf, aku bukan Steve. Namaku Valdi. Maha Vivaldi." Ucapnya sekalian memperkenalkan diri.

Tapi aku yakin, di dalam bayanganku tadi, namanya -Steve-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi aku yakin, di dalam bayanganku tadi, namanya -Steve-.

.
.
.

Aku kaya'nya masih belum bener-bener sehat, jadi aku mutusin untuk pergi ke ruang kesehatan.

Ketiduran, dan malah mimpi soal cowok yang namanya Steve itu lagi.

Mimpinya jelas, detail banget.

Di mimpiku barusan, aku sama Steve pergi ke pantai.
Dia rangkul aku, dan kepalaku bersandar di tubuhnya.
Kita pasti bukan sekedar teman, dan dia panggil aku dengan -Naya-.

Ini aneh, aku seperti kembali ke waktu yang berbeda tapi ini terkoneksi ke hatiku.
Hatiku seperti meletup-letup dengan perasaan luar biasa yang bahkan nggak pernah aku rasain waktu aku lagi sama Sekala.

Ini situasi apa sih?
Kalau cuma berhalusinasi, kenapa sejelas ini?
Kenapa ini terlalu nyata seolah ini kenanganku sendiri?

"Mau sampai kapan lo tidur disini?" Tanya Jemima yang baru masuk dengan teh hangat yang dia beli di kantin. "Itu juga luka-luka abis nyungsep dimana?" Tanyanya lagi yang pasti baru sadar sama semua plester luka yang menyebar di kaki tangan dan keningku walau tertutup poni.

Jemima juga belum tau soal aku dan Sekala yang udah putus.
Aku tebak dia bakal jingkrak-jingkrak sih tau kabar ini.

"Kemarin aku ditabrak mobil Mim."

"Hah?!?! Dimana? Trus udah ke rumah sakit belum? Ada yang kebentur nggak?" Respon Jemima heboh. Dia emang udah kaya' Ibu aku daridulu, selalu jadi yang paling khawatir sama aku kalau aku kenapa-kenapa.

"Nggak perlu ke rumah sakit, cuma lecet-lecet dikit kok. Chill."

"Mana bisa chill. Ditabrak mobil kok chill?? Ditabrak becak aja lo harus ke rumah sakit Yun. Elah. Takut duit lo nggak cukup? Pakai duit gue deh, gue ikhlas."

"Nggak usah Mima sayang. I'm okay. I'm fine. Gwenchanaa.... Gwenchanaaaa..."

"Masih bisa ngelawak lo? Kebentur nggak?"

"Dikit, tapi gue nggak muntah kok. Aman."

"Bener?"

"Astaga bener... Tapi--"

"Tapi apa? Dahlah pulang sekolah kita ke rumah sakit okay? Jangan nolak."

"Tapi setelah kebentur, aku kenapa jadi banyak berkhayal mulu ya Mim?"

"Berkhayal?"

"Gue tuh seperti punya kehidupan sebelum kehidupan gue yang ini. Dan sejak kemarin, gue seolah terus dibawa ke masa itu. Jelas banget dan hati gue seperti menyetujui kalau itu beneran gue. Bahkan gue tau kalau nama gue di waktu itu tuh Naya. Aneh nggak sih?"

"Aneh banget. Dan jangan bilang soal nama Steve tadi, itu juga bagian dari apa yang ada di khayalan lo itu?"

Aku mengangguk. "Mau dibilang berkhayal tapi gue cuma kaya' lagi keinget sesuatu yang emang pernah terjadi di hidup gue."

"Udah gila lo. Butuh CT Scan. Kali aja ada luka yang serius di otak lo Yun."

Aku menghela nafas. Terlalu aneh memang, jadi aku mutusin untuk nggak usah cerita lagi ke Jemima.

IN ANOTHER LIFE [ YUNA x SUNGHOON ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang