IN ANOTHER LIFE [ YUNA x SUNGHOON ]

20. Tally

VALDI POV

'Cause no one's keepin' tally
I do what I want with who I like

---

"Val, harus gimana Mama bujuk kamu biar bisa balik main Badminton lagi?" Tanya Mama dengan tema obrolan yang sama entah udah yang ke berapa kalinya.

"Setelah itu apa? Balikan sama Gina?"

Manusia kalau udah diturutin sekali biasanya nggak tau diri kan?

"Nak, dia itu cewek baik, dia juga berprestasi loh."

Berprestasi?? Nggak usah promosi berlebihan deh Ma.
Ck. Aku kan udah tau Gina prestasinya kaya' gimana. 😒

"Dia juga seiman sama kamu." Lanjut Mama.

Again.

"Stop Ma, Valdi punya hak untuk nentuin arah hidup Valdi mau kemana." Bantahku.

"Valdi, kamu kenapa sekarang? Karna cewek itu? Liat deh, kamu bahkan udah rela menentang keluarga kamu demi dia?"

"Kenapa enggak?"

Haduh. Obrolan klise sinetron yang aku benci ini akhirnya malah terjadi di hidupku sendiri. Shit.

.
.
.

Lagi duduk di salah satu sudut restaurant untuk nungguin sahabatku yang makin hari makin sibuk banget itu akhirnya bisa punya waktu untuk sekedar makan siang sama aku lagi sekarang.

Udah telat dua puluh menit dan baru nongol tuh.

Iya, Wenny.

"Kenapa lo? Mana cewek lo? Nggak apa-apa emangnya kita ketemu berdua kaya' gini? Gue nggak mau ya Val jadi sahabat nggak tau diri yang dibenci sama pacar sahabatnya sendiri." Oceh Wenny sambil duduk di kursinya.

"Aman." Jawabku.

Nggak perlu nanya balik soal pacar Wenny kan? Aku malah pernah jadi sahabat nggak tau diri sebelumnya. Yang suka ngajakin Wenny keluar berdua padahal Wenny udah sama Haidar.

Maaf, aku emang bukan orang baik hati.

"Mau apa Val? Curhat apa kali ini?" Tanya Wenny. Buru-buru banget.

"Orang tua gue nyuruh gue balik main badminton. Menurut lo gimana?"

"Hati lo gimana? Lakuin sesuatu harus yang ikhlas ya Val."

"Kan? Bener kan? Makanya gue nggak mau lagi Wen. Gue udah nggak ikhlas. Tapi gimana dong gue dipaksa tiap hari."

Wenny mandang aku bentar kaya' sambil mikir gitu.

"Kaya'nya bukan Badminton nya deh. Tapi yang buat lo nggak ikhlas tuh pasti karna Gina kan?"

Aku menghela nafas.
Emang. Karna Gina.
Aku udah terlalu menghindari cewek itu sampai ruang gerak ku terbatas. Hidupku bukan lagi tentang diriku sendiri sejak saat itu.