Cpt 11🐉

78 7 2
                                    

~dimanapun dan kapanpun, kamu  tetaplah kamu meski berubah sedikit, kamu bukanlah orang lain~

_Brian Airlangga

Brian diam dihadapan meja pak Nasikin. Guru matematika itu memang memintanya datang untuk membawakan bukunya ke kelas. Dengan alasan,bahwa beliau akan ada urusan sebentar. Masalah urusan apa? Brian tidak tahu dan tidak ingin tahu.

"Nih. Nanti saya masuk ke kelas kamu.tapi agak telat,saya mau ada urusan sebentar."

Brian mengangguk paham,sedikit membungkukkan badan lalu beranjak pergi.baru beberapa langkah,ia justru tak sengaja menabrak seseorang.

Untuk beberapa detik mereka saling menatap tajam. Jika saja pak Nasikin tidak menyadarkannya mungkin mereka akan tetap beradu pandang sampai matanya copot.

"Eh Justin? Sudah lama?" Sapa Pak Nasikin yang baru saja berbalik badan dan mendapati sosok Justin.

Cowok berkulit pucat itu mengangguk. Sekilas ia melirik Brian lagi kemudian berlalu dan sedikit menumbur bahu Brian.

Brian mendengar jelas saat Justin melemparkan pertanyaan kepada sang pembina Pramuka sekaligus guru matematika itu. "Kapan saya berangkat pak?"

"Besok. Udah siap kan?"

"Of course. Untuk SMA Angkasa."
Siswa itu terlihat akrab sekali dengan pak Nasikin. Ya,itulah yang Brian lihat dari interaksi keduanya. Atau mungkin semua guru juga memang menyukainya. Karena ekspresi yang lain juga tersenyum kearah Justin.

"Cih. Munafik." Umpat Brian.

Menurut Brian,Justin adalah sosok yang punya kepribadian ganda. Ah tidak mungkin lebih tepat jika disebut,bermuka dua.

*****

Atuy tampak menikmati bakso hangat yang sayangnya tinggal kuahnya saja. Atuy memang anti mainstream. Lihat saja,kuah bakso itu bukan lagi tersaji disebuah mangkuk legend bergambar ayam melainkan baskom yang berukuran cukup besar.

Ia juga tampak anteng. Tidak perduli dengan tatapan orang-orang disekitarnya.

"Tuy. Awas kembung,Lo!" Cibir Ipal menggoda Atuy yang terlalu asik.

"Nih,gue kasih bakwan buat ganti baksonya." Tiba-tiba saja Rafa mencemplungkan dua buah gorengan hangat yang tentu membuat Atuy bahagia.

"Ih kayak orang susah." Celetuk Ipal tapi Atuy tidak perduli.

"Lo gak pesen martabak mini,Bri?" Tanya Rafa saat menyadari sahabatnya itu hanya diam sambil menggigiti kuku.

"Jangan bilang Lo bangkrut.siapa yang mau bayarin kuah bakso gue yang sepanci ini?" Sahut Atuy.

"Gue masih kaya kok. Tenang aja. Selama nama gue masih B-R-I gue tataplah sultan mudan dan ganteng."

"Ah kalo gitu sekalian bayarin jajanan gue." Kekeh Ipal lalu Rafa juga tak mau ketinggalan.

Brian langsung mengangguk ringan tanpa keberatan.

"Ini,nih. Gue bahagianya temenan sama,lu."

Tak lama Brian kembali bengong. Entahlah pikiran dia benar-benar amburadul seperti rambut Rafa.

Brak!

"Woy! Sebenarnya Lo kenapa?!"

Entah kenapa tiba-tiba Ipal menggebrak meja dengan kuat. Tidak hanya membuat Brian terkejut tapi juga membuat Atuy dan Rafa ketumpahan kuah bakso yang untung sudah tidak begitu panas.

Brian Airlangga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang