Bahagia dan tidaknya kamu, itu tergantung bagaimana cara kamu mensyukuri nya. Begitu kata mereka, sialnya sangat sulit untuk melakukan itu.
_Milka Kaylistia.Suasana kelas tampak berisik. Aduh mulut dimana-mana, sibuk menceritakan hari kemarin milik mereka masing-masing. Mereka terus saja berusaha untuk terlihat keren dengan memiliki cerita yang indah.
"Kemaren, gue pergi nge gym. Keren gak gue?" Tutur Atuy pada teman-temannya.
"Udah kebentuk belum abs Lo?" Tanya Rafa.
Atuy pun meraba-raba perutnya. Sedikit bergelombang, yang menandakan sudah mulai terbentuk tapi belum sempurna.
"Ah, masih belum...." Timpal Ipal sembari mencebik.
"Bentar lagi jadi sempurna nih. Masih proses..." Atuy tak mau kalah.
Mereka semua tertawa. Tawa ria seperti pada obrolan-obrolan biasanya, tapi tawa mereka kompak terhenti saat melihat kearah Brian yang diam saja. Melamun, seperti sedang banyak pikiran.
Merasa ada yang Aneh, Iqbal lantas berdiri dari tempat duduknya. Menghampiri Brian yang terus menopang dagu sambil menatap kosong kearah jendela.
"Bri..." Panggil Iqbal. Butuh waktu beberapa saat sampai akhirnya Brian mengalihkan pandangan.
"Kenapa, bal?" Tanya Brian. Wajah cowok itu tidak seperti biasanya. Hari ini terlihat sedikit lesu dengan bibir yang sedikit pucat.
"Lo sakit?" Tanya Iqbal lalu bergabung duduk dikursi depan meja Brian.
Brian diam sesaat. Menatap wajah Iqbal yang sekarang menghawatirkannya. Beberapa saat kemudian Brian tertawa. Meski begitu, Iqbal tetap saja merasa tawa Brian itu tidak selepas biasanya.
"Enggaklah bal. Gue kan heroo...."
Iqbal terdiam. Menatap manik mata Brian dalam. Kebohongan itu nyata sekali Dimata Brian. Bahwa Brian sedang tidak baik-baik saja.
"Lo nutupin sesuatu ya, Bri?" Tanya Iqbal akhirnya.
"Hah? Apaan?"
Brian tertawa. "Gak usah ngadi-ngadi Iqbal Sadewa. Gue baik-baik aja, enggak sakit, enggak setres. Liat muka gue!" Kata Brian seraya menyentuh kedua pipi Iqbal untuk melihat lurus kewajahnya.
Hingga Iqbal dapat menatap wajah Brian makin jelas."Wleeee....." Brian menjulurkan lidahnya dan menjulingkan matanya yang jelas membuat Iqbal terkejut.
Plak!
Satu tamparan sukses mendarat diwajah Brian dengan mulus.
"S-sorry....gue reflek." Ucap Iqbal merasa sangat bersalah.
"Kenapa?!" Pekik Ipal melihat dua sahabatnya yang sedang terlibat sesuatu.
Atuy, Ipal dan Rafa lantas berjalan mendekat.
Pipi Brian sudah merah dengan bekas telapak tangan yang lebar.
"Iqbal punya dendam apa?" Tanya Atuy.
"Gak sengaja. Serius gak sengaja. Abis ni anak ngagetin gue njir."
"Temperamen Lo, Bal. Bodo gue ngambek." Brian memajukan bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brian Airlangga
Teen Fiction"Tertawalah sampai kau lupa dengan yang namanya luka" _Brian Airlangga "Mereka akan sangat bahagia dengan tawa yang kau ciptakan,hingga mereka lupa jika sedang dibohongi" _Brian Airlangga "Air mata yang ku hapus saat ini,mungkin akan tumpah lagi di...