~Bercanda atau serius, perasaan itu tetaplah hal yang sangat sensitif ~
_Brian Airlangga
Jam diponsel Brian sudah menunjukkan pukul 17.00 tapi belum ada tanda-tanda bus datang. Padahal sudah setengah jam Brian menunggu. Mau tak mau Brian duduk kembali. Sambil banyak kali mengumpat. "Papa pelit! Papa pelit."
Mengingat kesialan yang menimpanya dirasa begitu kejam. Brian yang notabenenya sebagai cowok ganteng dan bergelar Sultan itu harus terombang-ambing menanti kendaraan umum. Tadi Brian sudah mengirim pesan pada Nikol bahwa ia butuh jemputan. Tapi Nikol justru memintanya untuk naik bus saja.
Brian menunduk lesu. Terlalu bosen untuk menunggu kehadiran bus kuning yang biasanya beroperasi disore hari.
Brian yang menunduk sontak mendongak saat menyadari kehadiran seseorang dihadapannya.
"M-milka?" Brian sempat mengerjabkan matanya beberapa kali untuk memastikan kalau ia sedang tidak berhalusinasi.
Milka tersenyum simpul lalu bergabung duduk disamping Brian. Saat Milka mengalihkan pandangan pada Brian,hal itu tentu membuat netra mereka bertemu dan terkunci beberapa saat. Jangan ditanya soal keadaan jantung Brian yang tiba-tiba diskoan dengan beat tak karuan. Mencelos.
"Astaghfirullah.... masyaallah... Allahuakbar..." Batin Brian. Cowok itu Sampai tak berkedip sedikitpun.
"Bri?" Brian tersadar saat Milka menjentikkan jarinya dihadapan Brian.
Kini perhatian Brian justru tertuju pada memar dikaki Milka yang masih terlihat jelas.
"Makasih.maaf udah bikin Lo terlibat masalah..."
Mendengar itu membuat jantung Brian makin menggebu dan berpacu cepat layaknya kuda."Ah santuy aja.." balas Bri berusaha setenang mungkin dan menyembunyikan perasaan tak karuan dalam dadanya.
"Tapi Lo gapapa kan? Eh kayaknya pertanyaan gue gak bener deh." Brian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Sementara Milka hanya tersenyum tipis menanggapinya.
Lagi-lagi lebam dikaki Milka menarik perhatian Brian. Ada rasa ngilu yang menyalur saat melihat itu.
"Harus cepet diobatin." Ujarnya
"Gue anter pulang ya?" Lanjut Brian beberapa saat kemudian. Meskipun ia tak yakin gadis ini akan menerima tawarannya. Dalam hati Brian hanya berharap saja agar Milka tak keberatan untuk pulang bersama.
"Gue...takut ada yang gangguin Lo lagi." Ujar Brian jujur. Ia sangat khawatir dengan gadis cantik disampingnya ini. Ia sangat tidak tega melihat Milka yang terus disakiti.
Milka diam. Menunduk dalam untuk beberapa saat.
"Bri,Lo kenapa ngelakuin ini?" Tanya Milka lalu mengalihkan lagi pandangannya pada Brian.
Dapat Brian lihat tatapan gadis itu yang nanar.
"Kenapa?" Brian malah bertanya balik.
"Kenapa gitu? Emangnya gak boleh gue jagain cewek yang gue sayang." Ujar Brian tulus dari dalam hatinya.
Sebuah kalimat yang berhasil membuat Milka diam seribu bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brian Airlangga
Roman pour Adolescents"Tertawalah sampai kau lupa dengan yang namanya luka" _Brian Airlangga "Mereka akan sangat bahagia dengan tawa yang kau ciptakan,hingga mereka lupa jika sedang dibohongi" _Brian Airlangga "Air mata yang ku hapus saat ini,mungkin akan tumpah lagi di...