Chapter 3

1.4K 75 5
                                    

Happy reading

Satu Minggu kemudian.

Hidup kai yang semula nya adem, sunyi dan aman kini sirna setelah dia mengenal anak tetangga nya yang gila dan mesum.

Seperti saat ini.

"Yakin nggak mau nikah sama aku? Punya aku gede" ucap Taro tanpa sensor, emang mulut nya kalau udah deket kai pengen banget ngomong kotor terus.

"Mama pengen balik jadi embrio" Batin kai tertekan, dengan kesabaran yang setipis tisu kai memukul mulut taro dengan sendal nya, bodo amat mulut taro kotor tapi mulut taro emang udah kotor jadi nggak papa.

"Ngomong kotor sekali lagi aku tabok mulut kamu pake cangkul!"

"Jangan lah, tapi kalau pakai mulut nya nggak papa taro ikhlas kok setiap saat"

"Udah pergi sana kamu ngapain sih pagi-pagi udah dateng ke rumah ku!" Usir kai, sebenarnya ini salah dia juga tadi kenapa dia bukain pintu buat taro.

"Mau ngajak jalan-jalan lah apa lagi? Emang kalau di ajak kawin mau?" Tanya Taro, padahal sebenernya mau yang terakhir sih dia.

"Pala mu kawin! Udah sana pergi!" Usir kai lagi, pengen banget dorong tubuh tinggi Taro tapi apa daya kai nggak kuat, heran kai kenapa taro bisa se bongsor ini apa dia makan beton?

"Mulut nya yang manis nggak cocok ngomong kasar" taro menjewer pipi Kai buat sang empu pengen banget nendang milik Taro.

"Ishhh apaan sih! Lepasin atau ku tendang burung mu!" Ancam kai dan refleks Taro melepaskan tangan nya dari pipi tembam kai.

"Jangan dong! Mendingan kasih blow job aja gimana?"

"AHHHHHHHH!!!" Teriak kesakitan Taro saat kai dengan penuh perasaan menendang milik nya.

Kai muak, persetan kalau milik Taro bengkok atau pun nggak bisa lurus lagi!

Tanpa dosa kai keluar dari rumah nya, percuma kalau masuk kamar nanti makin bahaya.

"Aduhhh mommy adek taro~" Taro pengen nangis aja, adek nya yang gagah perkasa harus merasakan sakit, untung yang nendang pujaan hati kalau orang lain udah bikin milik orang itu hancur.

Segera Taro bangun, dia harus menyusul kai kalau nggak nanti kai nya di goda bapak-bapak komplek yang suka main catur di pos ronda.

"

"Jahat banget sih main nendang aja dikira bola!" Ucap Taro saat berhasil menyusul kai.

"Ohh maaf sengaja" balas kai cuek.

"Untung sayang ya kalau nggak udah ku banting di kasur"

"Otak mu bisa nggak sih jauh-jauh dari kata kasur?"

"Nggak bisa kalau deket kamu" jawab Taro jujur, gimana nggak jauh dari kata kasur kalau kai nya aja nggak sadar tiap hari seksi,kalau keluar rumah suka pakai celana sepaha, Taro yang iman nya setipis tisu dibagi sepuluh mana tahan.

"Bawaannya mau sange mulu" lanjut Taro, reflek kai menjaga jarak dengan Taro, takut banget ini kai nya.

"Jangan deket-deket! Kalau maksa aku balik pulang!" Ancam kai, taro yang takut kai nya balik berusaha menjaga jarak dengan Kai.

"Iya-iya" balas taro lemas.

"Ini kita mau kemana?" Tanya Taro lagi, soalnya dari tadi mereka cuma jalan nggak jelas di komplek.

"Nggak tau" balas kai dan berhenti berjalan.

"Bawa uang?" Tanya Kai, kebetulan di depan mereka ada tukang bakso sama martabak, dan sial nya dia lupa bawa dompet gara-gara kejadian tadi.

"Mau jajan?" Tanya Taro balik.

"Kalau nggak ada ya udah"

"Ehhh bukan gitu maksudnya! Ada kok ini ayo kalau mau aku beliin" panik Taro, menarik tangan kai untuk berjalan ke arah tukang bakso.

"

"Mau makan di sini atau dirumah?" Tanya Taro.

"Dirumah"

"Ya udah tunggu disini aku beliin" perintah Taro, ayang nya Taro nggak boleh capek nunggu biar Taro aja.

"Bang beli bakso nya dong istri saya lagi ngidam nih" ucap Taro asal, kai yang duduk di belakang pengen banget lempar Taro pake kursi yang dia pakai.

"Wihhh udah berapa bulan mas?" Tukang bakso nya malah percaya sama omongan si Taro.

"Baru beberapa Minggu bang, doain ya bang semoga anak nya ganteng kek saya"

"Amin semoga ya mas"

Dalam hati kai udah absen semua nama binatang buat Taro sama Abang baksonya, kalau bukan Taro yang bayar udah dicekik tu bocah.


TBC
Oke segini dulu, sampai jumpa di chapter selanjutnya.
Terima kasih

KimLisa_14

Janda batang✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang