Chapter 28

722 37 43
                                    

Happy reading



Taro terus menatap tajam Wayne, melihat hal tersebut kai mencubit pinggang Taro.

"Jangan menatap seperti itu! Berterima kasihlah kepada Wayne karena telah membantu ku" omel kai yang dimana membuat Wayne tertawa kecil karena merasa lucu.

"Awww iya sayang aduhh jangan dicubit lagi sakit" mohon Taro.

"Sthhh aduhhh" taro mengusap bekas cubitan Kai.

"Terima kasih sudah bantu kai" ucap Taro berusaha terlihat ikhlas padahal dalam hati males.

"Iya sama-sama"balas Wayne seadanya.

"Kita pulang" ajak Taro, kai yang merasa cukup lelah menganggukkan kepalanya.

"Kami pulang dulu sampai jumpa Wayne" ucap kai dan melambaikan tangannya.

Taro yang tidak ingin berlama-lama langsung menggendong kai seperti bayi.

"Ehh turunin! Malu diliatin orang"

"Sthhh diam sayang" karena ucapannya yang percuma dan tidak akan di dengar taro, kai hanya bisa menyembunyikan wajahnya di ceruk leher taro.

Skip diparkiran.

"Kita beneran pulang ini?" Tanya kai.

"Iya sayang kita pulang saja, lagian mau jam sebelas"

"Kamu udah bilang ke temen kamu kalau kita mau pulang?" Tanya kai lagi.

"Sudah" bohong taro sengaja biar mereka mampus nyari kai yang ternyata sudah ketemu.

"Pakai ini" taro mengeluarkan jaket yang dia bawa dari rumah.

"Nggak mau~"

"Pakai sayang cuaca jam segini udah dingin, aku nggak mau kamu masuk angin terus sakit" jelas Taro, memakaikan jaket tersebut ke tubuh kai.

"Kebesaran"

"Nggak papa kamu terlihat gemesin"

Cup...

Mengecup pipi kai yang setiap hari semakin tembam.

"Ayo naik"

Dengan wajah yang memerah kai menaiki motor.

"Pegangan, kalau merasa masih dingin masukin aja tangan kamu ke jaket aku" suruh Taro dan lagi-lagi kai menganggukkan kepala nya.

Selama diperjalanan kai terus memeluk tubuh taro, rasanya dirinya ingin tidur karena rasa nyaman dari tubuh hangat Taro. (yang jomblo nggk usah iri)


Akhirnya mereka sampai rumah, awalnya Taro ingin membawa kai ke rumahnya tetapi kai tertidur dan tidak tega membangunkannya, memutuskan untuk membawa kai ke rumah taro saja.

Menggendong tubuh kai ke dalam rumah, terlihat Mommy dan Daddy nya masih asik mengobrol di ruang tamu.

"Kai kenapa?" Tanya Mey yang melihat taro mengendong kai.

"Sthhh kai nya tidur" Taro memberikan isyarat ke mommy nya agar tidak berisik.

Mey yang mengerti menganggukkan kepalanya, Ziyan yang melihat anak nya hanya diam saja.

"Anak kita ternyata udah gede" komen Ziyan setelah kepergian Taro.

"Iya lah udah gede makanya udah bisa bikin anak" perkataan Mey membuat Ziyan ingin mengumpat, maksud Ziyan ngomong bukan kek gitu, sudahlah berbicara kepada istrinya membuat Ziyan sakit kepala.

Dikamar Taro.

Perlahan-lahan taro menidurkan tubuh kai, melepas sepatu dan juga jaket yang di pakai kai.

"Kamu makin hari makin gemesin, coba kalau nggak lagi hamil sudah ku terkam kamu" ucap Taro sambil menusuk pipi Kai.

"Enghhhh~" kai merasa sedikit terganggu, diri nya membuka mata dan melihat wajah Taro.

"Ihhh taro gangguin~" rengek kai yang masih mengantuk.

"Kamu nya gemesin jadi nggak tahan buat nggak gangguin kamu" jujur Taro, mengecup bibir kai.

"Lagi" minta kai.

"Nggak mau" tolak Taro, berniat menggoda kai.

"Lagii ihhh~"

"Tadi katanya aku ganggu tidur nya jadi nggak usah di kecup lagi"

"Ya sudah! Kamu pulang sana!" Usir kai belum sadar.

"Ini kamar aku sayang"

"Hah apa?" Kai mengedarkan pandangannya, benar ini bukan kamar nya tetapi kamar Taro.

"Kenapa kamu nggak bawa aku pulang ke rumah?" Tanya kai

"Kamu nya tidur nyenyak banget mana mungkin aku bangunin" jelas Taro, memeluk tubuh kai.

"Ya udah aku pulang"

"Etsss udah jam segini nggak usah pulang, kamu tidur saja disini" taro menahan tubuh kai yang ingin bangun.

"Nggak papa aku nginep disini?"

"Nggak sayang, lagian nanti ini bakal jadi rumah kamu juga"

"Apaan sih"

"Ya kan benar kata aku, nanti kalau kita udah nikah kamu bakal tinggal disini atau kalau kai nggak mau disini nanti kita beli rumah buat kita bertiga"

"Kek punya uang aja kamu!" Ejek kai.

"Tenang Daddy ku kaya sayang" ucap Taro tanpa dosa.

"Ah iya tapi nanti kalau Daddy kamu miskin gimana?"

"Nggak mungkin lah, Daddy kan kekayaan tujuh turunan nggak bakal miskin"

"Tapi muka kamu nggak ada tampang anak orang kaya" Ejek kai.

"Nggak papa yang penting tampang wajah ku tampan dan itu bikin kai jadi terpesona" ucap Taro pede bikin kai pengen muntah yang dengernya.

"Nggak ya!"

"Iya deh sayang iya" ngalah Taro.

Tak lama kemudian.

"Sayang nanti kita bikin anak yang banyak biar bisa jadi tim sepakbola mau nggak?" Ucap Taro lagi.

Bughhh...

Wajah taro dipukul pakek bantal.

"Kamu kira aku kucing apa bisa hamil sebanyak itu!" Omel kai.

"Kamu kan memang mirip kucing"balas Taro dan mengecup kai dengan bruntal.

"Ihhh taro udah! iler kamu nempel!"

"Cuma nempel sayang kan biasanya kamu telen"

"TAROOOO AKU PUKUL KAMU!!"







TBC
Hp author minta diganti bjir :)
Ini layar nya susah banget diketuk, buat ngetik jadi susah 😭

Oke sampai jumpa di chapter selanjutnya
Terima kasih

KimLisa_14

Janda batang✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang