"Nggak usah janji kalau nggak bisa nepatin."
Bak kaset rusak, ucapan Jake di panggilan telfon terus terngiang di telinga Sunghoon. Menggema memenuhi otaknya.
Lelaki Park mengusak rambutnya kasar, dengan langkah terburu pergi ke toilet untuk membasuh wajahnya.
Kantung matanya keliatan buruk dan kulit putihnya bahkan keliatan pucat. Si manis itu mengusap wajahnya dengan tisu, lantas menatap pantulan wajahnya lewat cermin.
Sudah hampir sebulan sejak panggilan itu bahkan tak pernah ada kabar yang Sunghoon terima dari pacarnya. Pesannya tak dibalas, panggilannya pun tak dijawab.
Semesta memang sepertinya sedang tak berbaik hati padanya perihal urusan Jake. Karirnya meningkat pesat berkat keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, lelaki Park dapat promosi dan naik jabatan ia terima.
Tentu dalam masa naik jabatan itu begitu banyak hal yang harus Sunghoon urus. Dan ya, Sunghoon akui jika ia lalai pada janjinya. Ia lupa perihal undangan wisuda yang sudah Jake berikan untuknya.
Hari penting pacarnya ia lupa.
Hari dimana masa perantauan Jake di negeri orang sudah bisa dilihat hasilnya.
Hari dimana harusnya ia bisa ikut merayakan kebahagiaan pacarnya.
Sunghoon benar-benar merutuk kenapa ia amat lalai. Padahal pacarnya udah beliin dia tiket pesawat. Andai Sunghoon tak sengaja membuka story WhatsApp Mama pacarnya, bahkan ia benar-benar tak akan ingat.
Panik melanda, panggilan pertama bahkan tak diangkat.
Dan syukur dipanggilan kedua Jake menjawab. Walaupun hanya hening yang Sunghoon dapat.
Tenggorokan Sunghoon bahkan tercekat ketika memanggil nama pacarnya. Nada suara Jake yang teramat kecewa tak ditutupi sedikitpun. Rasa kecewa yang benar-benar Jake tunjukan bawa rasa bersalah Sunghoon meningkat. Membuat dadanya sakit.
"Seenggaknya kabarin kalau emang nggakbbisa dateng. Jadi gue nggakbbergantung sama harapan yang nyatanya sia-sia."
Panggilan itu diakhiri Jake sepihak. Tangis Sunghoon pecah di kamarnya mendapati Mama Jake mengiriminya pesan, mengirimkan foto Jake yang termenung tanpa semangat di depan makanannya.
"Jake-nya lemas banget kamu nggak datang. Coba dibujuk ya nak. Kamu juga kerjanya jangan di forsir banget. Jangan lupa jaga kesehatan."
Rasa-rasanya baru kemarin karena dada Sunghoon masih nyeri jika mengingatnya.
"Lu ngapain?"
Sunghoon yang tengah melamun tersentak.
"Hah?"
"Ini udah jam pulang. Sana balik dah. Lu keliatan nggak fokus tuh."
Jungwon, teman sekantor Sunghoon.
"Oh iya."
"Lu udah kerja keras banget akhir-akhir ini. Sekarang pulang terus istirahat." Bahu Sunghoon diremas pelan oleh temannya itu, dan ya Sunghoon menurutinya.
Pekerjaannya tak ada yang harus ia selesaikan sekarang. Lelaki Park memberesi barang bawaannya sebelum beranjak keluar dari kantornya.
Senyum yang sejujurnya ia paksa itu beberapa kali merekah untuk membalas sapaan.
Pusing.
Kepalanya pusing.
Langkah kakinya bawa ia ke minimarket dekat kantornya. Si manis itu berniat membeli roti tawar dan susu karena persediaannya habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasmaran | JAKEHOON ✔️
FanfictionSunghoon duduk depan minimarket sambil nangis, tiba-tiba ada yang nyamperin sambil ngasih tisu sama es krim Berdoa sama Tuhan buat ketemu lagi dan siapa sangka kalau anak dosennya yang bakalan dia bimbel tuh orang itu, Jake