1

500 33 4
                                    

"RADEN ANJ BALIKIN PULPEN GUE" Pagi yang diawali dengan teriakan melengking sudah biasa didengar oleh penghuni kelas 2-1.

Pemuda yang dipanggil Raden menjulurkan lidah mengejek karena gadis itu tidak berhasil mengejarnya. "Ambil sini ambil"

Zira mendesis kesal, lalu ia berbalik menuju ke bangku Raden dan dengan senyum miringnya Zira menghamburkan isi tas pemuda itu.

Raden melotot kaget dengan ulah gadis itu. "ZIRANJING" Teriaknya membuat Zira dan penghuni kelas tertawa.

"Makanya bro lain kali jangan usil" Ucap Galleo menepuk pundak Raden.

"Pliss sehari aja nih kelas tenang. Bisa gak?" Tanya gadis yang sedang bercermin.

"Gak asik dong kalo tenang" Jawab pemuda yang baru saja datang.

Emira yang bertanya tadi pun mendengus dengan jawaban Gibran.

"Nih yaa mas Gibran...kelas kita tuh udah dicap jelek loh sama anak kelas lain" Jelas Emira yang sesekali membenarkan tatanan poni nya.

"Yaudah biarin aja, toh aslinya gak gitu" Yaudahlah Emira tak mau debat lebih baik dia bercermin dan melihat betapa cantik dirinya.

"Mereka tuh iri karna kelasnya gak seasik  dan sesolid kelas kita" Celetuk Viona yang tiba-tiba duduk disamping Emira.

"Iyaaa tapi kan Vio......" Ah Emira bingung harus menjelaskan bagaimana lagi dengan mereka, Emira pengen loh kelasnya tuh adem ayem sehari aja biar tenang dikit gitu maksudnya.

"Yaudah lo gabung kelas mereka aja" Sahut Vion yang baru kembali dari kantin.

"Gak gitu juga lahhh" Vion mengedikan bahunya saja dan berjalan menuju bangku barisan no dua samping Emira dan Viona.

Vion meletakkan sekotak susu coklat dimeja gadis yang sedari awal hanya tersenyum melihat tingkah laku temannya. "Zelva yang pendiam aja gak masalah sama kelas ini"

"Zelva gue tau lo tertekan banget sama kelas ini kan?" Zelva tertawa geli mendengar pertanyaan Emira.

Zelva menggeleng pelan. "Enggak. Malah Zelva seneng kalo kelasnya rame gini" Gibran dan Viona tertawa melihat wajah Emira yang lusuh karna Zelva yang pendiam saja menyukai kelas yang seperti ini.

"Tapi bener kata Emira. Sekali aja jangan ribut biar agak tenangan dikit" Emira langsung tersenyum penuh haru kepada Zelva.

"Ohh Zelva kaulah yang paling mengerti diriku" Zira menatap Emira dengan jijik melihat betapa lebaynya gadis itu.

"Pagi guys!!!" Dua gadis yang baru saja datang dan tak lupa dengan sapaan melengking keduanya.

"Pagi Selyn, Icha"

"Zelva doang emang yang mau bales sapaan kita"

"Lagi ghibah apa nih beb" Viona langsung menjitak kening Selyn.

"Mana ada kita-kita ghibah"

"Ohh yaudah mari kita ghibah" Selyn mengangguk setuju dengan perkataan Icha.

"Astaghfirullah tobatlah kalian berdua" Sahut heboh Galleo dan Gibran.

"Alka sama kaisar belum dateng?" Vion bertanya kepada semua temannya.

"Kaisar mah udah, tapi lagi dipanggil pak tomo. Kalo Alka paling bentar lagi dateng"

"Nah itu anaknya muncul. Panjang umur banget lo anjirrr" Alka tak mempedulikan Galleo ia langsung saja duduk di samping Vion.

Galleo tersenyum masam. "Lagi-lagi Galleo dicuekin mas Alka"

"Najis banget tolong" Zira menampol muka Galleo menggunakan buku biologi nya.

We Are Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang