8

135 23 2
                                    

"Tumben anteng?" Tanya pak Tomo wali kelas 2-1.

Tidak ada jawaban dari muridnya, bagaimana mau menjawab kalo mereka saja sama herannya.

Pak Tomo meninggalkan kelas karena bel istirahat sudah berbunyi.

Alka langsung berdiri dan menarik tangan Zelva.

"Woi Alka! princess gue mau lo bawa kemana" Teriak Emira cempreng.

Viona memukul mulutnya. "Budek gue lama-lama bareng lo" Emira mengangkat kedua jari nya dan menyengir.

Sedangkan Alka terus saja menarik Zelva untuk membawanya ke rooftop sekolah.

Zelva tertatih-tatih mengikuti langkah lebar Alka, Apalagi saat ini tangannya sedang ditarik membuatnya kewalahan.

Setibanya di rooftop Alka langsung menutup pintu dan menguncinya. Lalu berbalik dan melihat Zelva yang menatapnya bingung.

Alka mendekati Zelva dan meneliti wajah gadis itu. "Dimana?"

Zelva menatap Alka tak paham. "Apanya dimana?"

Alka mengusap pipi kanan Zelva yang masih terlihat merah. "Disini?" Zelva mengangguk, sekarang ia paham Alka sedang bertanya dimana Zayn mencium nya.

"Udah Zelva bersihin biar gaada bekas bibirnya lagi"

Alka menutup matanya sejenak menahan emosi nya yang masih belum hilang, sedangkan tangannya masih mengusap pipi Zelva.

Dia dan temannya sudah berjanji akan menjaga. Zira,Viona,Emira,Selyn,Icha dan Zelva.

Tapi dengan kejadian hari ini Alka merasa gagal menjaga mereka semua.

Zelva mengambil tangan Alka dan menggenggamnya. "Vion udah tonjok Zayn kok. Alka jangan marah lagi yaa" Suara lembut Zelva berhasil menenangkan Alka yang kini sudah saling tatap.

Alka menyuruh Zelva untuk duduk di sofa yang sedikit usang, lalu memberikan susu kotak yang ia simpan di saku celananya.

"Makasih Alka" Zelva tersenyum dan menyedot susu kotak pemberian Alka.

"Jangan berantem sama Zayn yaa" Alka menoleh dan menatap Zelva yang sudah menghabiskan susu kotaknya.

"Kasian ntar masuk rumah sakit" Alka tertawa pelan, mungkin saat ini Zayn sudah masuk rumah sakit.

Zelva memukul bahu Alka. "Jangan bilang Alka tonjok Zayn lagi?"

Alka mengangguk. "Mungkin sekarang tuh anak dirumah sakit" Zelva menutup mulutnya.

"Padahal, Tonjokan Vion aja udah cukup"

Alka menggeleng. "Segitu belum cukup buat dia. Yang, Udah berani cium lo"

"Kalo dia sampe lapor gimana? Zelva gamau kalo Alka sama Vion masuk penjara"

Alka tertawa dan menjentik dahi Zelva. "Lo mikir nya kejauhan, dia gak bakal ngelapor"

Zelva mengusap dahinya dan menatap Alka sebal. "Yaa Zelva takut aja"

Alka menggeleng. "Nggak Zel"

"Turun yuk, yang lain pasti nyariin"

Alka menahan Zelva yang hendak berdiri, lalu memperlihatkan kolom chat nya bersama Vion yang mengatakan kalo mereka berdua ada di rooftop.

Zelva manggut-manggut saja dan melihat Alka mengeluarkan dua bungkus roti yang berada didalam saku seragamnya.

"Isi coklat" Zelva langsung menerimanya dan mulai memakan roti tersebut.

Zelva menghela nafasnya pelan, ia merasa bosan. Alka mengajak Zelva bolos dan tentu saja Zelva tidak bisa menolak, meskipun dirinya sudah memberikan nasehat Alka tetap saja menyuruh ya untuk bolos.

"Mending belajar daripada bolos"

"Bolos sehari gak bikin lo bodoh"

"Bosen" Alka menghentikan gamenya dan memberikan ponselnya kepada Zelva.

Zelva tersenyum dan langsung mengambil ponsel Alka. "Cewe yang bakal jadi pacar Alka nanti pasti beruntung banget"

Alka menaikan satu alisnya tak paham.

"Alka tuh peka banget jadi cowo, tanpa diminta pun Alka udah siap siaga"

"Nanti kenalin ke Zelva yaa kalo punya pacar" Alka mengangguk saja menanggapi perkataan Zelva.

Kini Zelva sudah bermain game memasak di ponsel Alka. Dan banyak sekali permainan anak cewe diponselnya kalo bukan ulah Zelva dan Emira.

Yang paling sering mendownload permainan anak cewe, yaa Zelva.

Alka bersandar pada sofa dan memejamkan matanya. Tapi, tangannya memainkan rambut Zelva yang dicepol sehingga membuat rambut yang sudah tercepol rapi itu terlepas.

"Alkaaaaaaa" Zelva langsung cemberut.

"Maaf, gak sengaja"

"Padahal itu mami yang bikin" Zelva mengumpulkan rambutnya dan mencoba mengikat rambutnya.

Tapi dirinya tidak bisa, selama ini hanya maminya lah yang selalu mengikat rambutnya.

Alka terkekeh pelan melihat Zelva yang tidak bisa mengikat rambutnya sendiri.

"Diem" Alka mengambil alih rambut Zelva dan mengikatnya.

"Baru tau Alka bisa iket rambut"

"Gue yang cowo aja bisa, masa lo gak bisa"

"Yakan selama ini mami yang iket rambut Zelva"

"Minta ajarin Emira" Zelva mengangguk dan kembali memainkan ponsel Alka.

We Are Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang