3

140 26 0
                                    

Alka berjalan santai memasuki kelasnya yang masih sepi.
Lalu ia meletakkan tasnya dan langsung tiduran diatas meja.

"Wah tumben bener lo paling awal" Emira cukup kaget melihat Alka yang datang lebih awal dibanding biasanya.

Alka tak menyahuti perkataan Emira, ia justru tetap menelungkupkan kedua tangannya diatas meja.

Emira duduk disamping Alka. "Kemarin tuh gara-gara apalagi lo sampe adu jotos gitu?"

Alka menghembuskan nafasnya pelan. "Sih bangsat itu bilang anak cewe 2-1 gampang dipermainin. Apalagi Zelva" Pantas saja Alka langsung nonjok tuh kakel, Emira yang mendengarnya saja pun ikut emosi. Apa katanya tadi? Anak cewe 2-1 gampang dipermainin? Helloo dia belum tau Zira dan Selyn kah? Mereka berdua tuh lulusan taekwondo.

Kalo dirinya, Viona dan Icha sangat jago dalam jurusan cakar mencakar. Wah coba ia tau lebih awal pasti udah habis tuh kakel songong yang sialnya tampan.

Zelva? Ah gadis itu bahkan tidak tega membunuh nyamuk, apalagi harus melakukan kekerasan fisik.

"Kok lo gak kasih tau ke kita kemarin? Kalo gitu kan kita bisa serang rame-rame" Sungguh Emira kesal karena Alka tidak memberitahukan lebih awal.

"Bisa panjang urusannya" Vion tiba-tiba saja sudah datang dan menarik lengan Emira untuk menyingkir dari bangkunya.

Emira menutup mulutnya dramatis yang didapati tatapan heran Icha yang juga baru saja datang.

"Napa lo? Bau mulut?" Emira melemparkan tatapan sinis ke Icha yang sudah duduk dibangkunya.

"Lo udah tau? Jangan bilang anak cowo udah pada tau"

"Kenapa emangnya? Heboh banget lo" Vion jengah dengan reaksi Emira yang menurutnya terlalu heboh.

"Wah parah...mana nih yang kalo ada apa-apa selalu bilang, kita tuh keluarga tau nggak? Jadi kalo ada masalah anak cewe juga harus tau dong" Jelas Emira tak terima soalnya mereka ini keluarga.

Icha mengangguk setuju. "Kayaknya slogan we are family kita udah gak berlaku lagi nih"

"Weh apanih? Ohh gue tau nih pasti masalah kemarin..iya kenapa kita yang anak cewe gak dikasih tau?" Viona yang baru saja datang bersama Zira pun langsung nimbrung dimeja Alka dan Vino.

"Kalian kalo dikasih tau pasti bakal nyerang Ethan kan?" Baru saja datang Kaisar langsung memberi pertanyaan yang jelas-jelas sudah tau jawabannya.

"WOIYADONG!" Teriak Selyn yang mana disampingnya ada Raden, Galleo dan Gibran yang datang bersamaan.

"Biasa aja anjir, budeg juga nih kuping lama-lama" Mereka bertiga mengusap telinga yang masih berdenging.

"Terus kalian pikir masalahnya langsung stop gitu aja? Nggak! Mikir kalo sampe anak 2-1 ngeroyok Ethan yang ada bakal merembet kemana-mana" Emira dan yang lainnya terdiam mendengar Kaisar. "Gue juga kemarin nahan buat gak ikut nonjok tuh setan. Tapi gue puas banget Alka nonjoknya kenceng" Lanjut Kaisar diakhiri sedikit tawa.

"Iyaa juga sih...." Gumam Emira yang masih bisa didengar mereka.

"Hmm oke kali ini kita maafin kalian. Tapi, kalo sampe ada masalah lagi dan gak kasih tau...yaudah slogan we are family udah musnah diantara kita semua" Ucap Zira tegas kepada mereka.

"Buset ngeri kali wak" Zira memutar bola matanya malas. Lagi serius loh ini bisa-bisanya Raden ngelawak.

"Udah bubar lo pada...kek lagi arisan aja" Selyn mendesis lalu menendang bangku Kaisar.

"Zelva belum dateng?" Tanya Viona yang melihat bangku kosong disamping Zira.

Zira menggeleng. "Gatau. Bentar lagi dateng pasti"

"Al lo gamau kekeluargaan kita hancur kan? Untung mereka maafin kalo gak. Gimana coba?"

"Gak gimana-gimana, mereka udah maafin juga kan" Vion harus extra sabar menghadapi Alka.

Raden terkikik geli. "Aaaaa mas Vion kalo mau tonjok, tonjok aja sih Alka"

Vion menghadap kebelakang dan mendapati wajah Raden yang tersenyum lebar. "Lo yang gue tonjok" Raden langsung tersenyum masam mendengarnya.

"Zelvaku princessku tumben agak telat" Emira langsung menyambut kedatangan Zelva.

Zelva tersenyum seraya meletakan tasnya. "Ban mobilnya tadi tiba-tiba bocor..jadi harus kebengkel dulu"

Galleo tersenyum hangat mendengar suara lembut Zelva. "Zelva kalo ngomong lembut banget"

Gibran pun sama ia meletakkan tangannya didagu dan bertumpu pada meja. "Candu gak sih...tapi sayang Zelva gak banyak omong kayak yang lain"

"Kata gue teh sih Zelva salah masuk kelas"

"Hooh...tapi gapapa setidaknya ada satu orang yang kalem dikelas kita"

Mereka berdua masih menikmati dan merekam jelas suara Zelva.

°°°

Zira berjalan sendirian menuju toilet, sedangkan yang lain sudah berada di kantin.

"Sini ghibah depan orangnya" Segerombolan siswi yang berada di dalam toilet seketika bubar melihat Zira.

Zira mendengus sinis. "Dibelakang aja sok-sok'an ngatain. Giliran orangnya dateng malah kabur, cemen banget"

"Anak 2-1?," Zira menoleh dan melihat seorang gadis yang dandanannya seperti tante-tante.

Zira mencuci tangannya sebentar lalu mengangguk. "Kenapa?" Tanyanya balik.

Gadis itu maju lalu mendorong Zira. "Jadi lo cewe yang kegatelan sama Raden? Guys pegang dia"

Zira menaikan satu alisnya. Oh jadi ceritanya ia akan dibully gitu? Oke ia akan menikmatinya terlebih dahulu.

Gadis yang berdandan seperti tante-tante itu tersenyum melihat Zira yang tidak berdaya akibat tumpahan air pel yang ia siram.

Padahal mah Zira menikmati aksi bullyan ini, kapan lagi dia dibully coba.

Setelah puas barulah Zira membalas perbuatan gadis tersebut dengan menarik rambut dan mencelupkannya didalam bak.

Lalu ia menendang dua teman gadis itu seraya tangannya masih mencelupkan kepala gadis itu.

We Are Family [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang