06

1.1K 196 8
                                    


Happy Reading

Yeongsu memberikan segelas air hangat kepada Sorin, karena bu Cha yang menyuruhnya.

Anak laki-laki itu pun langsung pergi.

Setelah mengobati luka di tangan Sorin, wanita itu membalut lukanya menggunakan perban.

"Terima kasih" Ujar Sorin.

"Kalau niat bunuh diri jangan di sini, kau hanya menyusahkan kami" Ujar Eunyoo yang sedang berbaring di kasurnya.

Sorin diam mendengarnya.

"Eunyoo jangan berbicara seperti itu" Tegur bu Cha.

Gadis itu mengangkat wajahnya, menatap bu Cha dengan lamat. Pantas saja wajah bu Cha terlihat familiar, karena bu Cha adalah salah satu karakter di serial Sweet Home.




















Malam pun tiba.

Sorin mengunyah makanannya dengan pelan, dia tidak suka makanan di sini. Dia melihat orang-orang makan dengan lahap, cara mereka makan seperti tidak pernah makan saja.

"Kau tidak menyukainya?"

Gadis itu menoleh, menatap ahjussi di sebelahnya.

"Kalau tidak suka biar kuhabiskan"

Sorin segera menyuap seluruh makanannya masuk ke dalam mulutnya.

"Habis" Ucapnya dengan mulut penuh dan melihatkan senyumnya pada ahjussi di sebelahnya ini.

Pria tua itu menatap Sorin kesal dan kemudian pergi.

Sorin terbatuk dan segera minum. Agkh sial! Ibu selalu mengingatkannya untuk tidak menyisakan makanan, kalau tau dia bakal berada di dunia ini seharusnya dia menghabiskan setiap makanan yang ibunya masak untuknya.

Tiba-tiba dia ingin kembali menangis jika mengingat ibu dan ayahnya.

.
.
.

Semua para penyintas berdiri di lorong dengan tangan mereka yang tergores, luka yang di tangan mereka perlihatkan ke para tentara yang bertugas memeriksa mereka.

Jika luka goresan menghilang tentara akan kembali menggoresnya menggunakan pisau, dan jika kedapatan ada penyintas yang mengalami gejala maka mereka akan di keluarkan dari tempat ini. Mungkin.

Salah satu gejala yang di alami monsterisasi ialah luka mereka akan menghilang dengan sendirinya.

Chanyoung dan satu prajurit lain bertugas memeriksa para penyintas.

Sorin bergidik ngeri melihat tentara di samping Chanyoung yang dengan santainya menggores tangan orang menggunakan pisau.

Apa-apaan coba!

Sampai akhirnya kedua tentara itu pun berdiri di depan Sorin.

"Perlihatkan tanganmu" Ujar tentara itu.

Sorin mengangkat tangan kirinya yang melihatkan perban terlilit di pergelangan tangannya.

"Aku terluka" Ucapnya dan menurunkan tangannya.

Gadis itu terkejut saat tentara di depannya dengan kasar menarik tangannya dan melihat tangannya yang di perban.

"Agkh! Pelan-pelan" Kesal Sorin.

Pria itu tersenyum miring dan menatapnya "Perban baru, apa kau mencoba membodohiku?"

"Itu karena aku tadi baru mengganti perbannya" Ucap bu Cha yang berdiri di samping Sorin.

"Kita lihat apa lukamu ini memang ada atau tidak" Pria itu menguatkan pegangannya di tangan Sorin yang terluka membuat gadis itu kesakitan di buatnya.

"YAK KAU GILA!" Teriak Sorin kesakitan mencoba melepas tangannya.

"APA KAU BILANG!?" Teriak si tentara tak kalah keras dan semakin menguatkan pegangannya pada Sorin.

Chanyoung segera menahan tangan seniornya pada Sorin "Pak, sepertinya sudah cukup" Ucapnya, melihat perban Sorin mulai merah karena darah.

Sorin melepas tangannya dengan kasar dan kemudian meninju pria di depannya ini.

Orang-orang terkejut melihat apa yang di lakukan Sorin, begitupun dengan Chanyoung.

Pria itu memegang rahangnya yang di tinju Sorin barusan, dia tersenyum miring dan menatap Sorin dengan tajam.

Melihat raut wajah marah seniornya, Chanyoung segera menahan seniornya yang mulai mendekati Sorin namun pria itu malah mendorongnya dan langsung mencekik Sorin.

"KAU CARI MATI HAH!!" Teriaknya mencekik Sorin dengan kuat.

Bu Cha mencoba menolong Sorin namun tenaganya tidak cukup kuat dari tentara itu.

Chanyoung mencoba menahan tangan seniornya "Pak hentikan!"

"MENYINGKIR BAJINGAN!" Pria itu kembali mendorong Chanyoung.

Sorin tidak bisa bernafas, orang ini benar-benar gila! Apa dia mencoba membunuhnya?!

"BERHENTI!!!"

Tentara itu menoleh, dan melepas tangannya di leher Sorin. Tubuh Sorin spontan terjatuh karena lemas.

Wanita berambut sebahu itu berjalan menghampiri mereka "Apa yang barusan kau lakukan? Apa kau ingin membunuhnya?!"

Tentara itu berjalan mendekati wanita itu dan menatapnya tajam "Sebaiknya jaga orang-orangmu, aku tidak akan segan menghabisi kalian jika melewati batas lagi!" Ucapnya dan kembali memeriksa para penyintas.

Wanita itu melirik Sorin yang terduduk lemas. Dia adalah ketua Ji, ketua dari para penyintas yang di segani di tempat penampungan. Karena dialah yang menemukan stadion tua ini dan di jadikan kamp pengungsian.

"Kau tidak apa?" Tanya Chanyoung berjongkok di depan Sorin.

Sorin terbatuk-batuk dan menatap ke arahnya "Menurutmu?!"

"Astaga pria itu.. Bu, apa kita harus melapor dia?" Sosok perempuan cantik berdiri di samping ketua Ji.

"Urus dia" Ketua Ji pergi dan menyuruh perempuan itu.

Chanyoung membantu Sorin berdiri, melihat itu Yeseul segera mengambil alih membantu Sorin.

"Biar aku yang urus" Ucap perempuan itu, yang tak lain adalah putri ketua Ji. Alasannya membantu Sorin bukan karena ibunya yang suruh, melainkan karena dia tidak suka Chanyoung dekat dengan perempuan lain.

Namun Sorin melepas pegangan perempuan itu dari tangannya dan berjalan sendiri menuju kamarnya.























-To Be Continued..

Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang