Tigapuluh Dua 🕊

74K 4.3K 79
                                    


Follow Ig @widyaarrahma20_
Yg ada _ nya
Untuk keseruan cerita wattpad ini

Happy Reading






















Hamdan tak membawa sang istri ke rumah mertuanya melainkan ke rumah dinasnya

Yah Hamdan pulang ke Satuan tanpa membawa baju maupun kado apapun, hanya membawa mobil dan Hp tak lupa dompetnya

Sampai di rumah dinasnya dia langsung membawa sang istri ke kamar dan menenangkannya

"Sudah yah, tenang yah, kita sholat yah, kita belum sholat Maghrib dan Isya"

"Aaa-aku, aku takut kak"

"Ada saya, disini gak akan ada yg nyakitin kamu, yah"

"Mmaaf kak"

"Sudah yah, kita Sholat yah, kita tenangin diri yah"

Adhifa mengangguk pelan lalu dituntun Hamdan menuju kamar mandi, untung saja Hamdan sudah menyimpan 1 mukenah khusus untuk Adhifa yg dia beli beberapa hari sebelum dia menikah

Keduanya Sholat Maghrib dan Isya' dijamak, meskipun masih dengan isakannya sebisa mungkin Adhifa mengkhusyu' kan sholatnya

Selesai Sholat, Hamdan langsung membalikkan badan dan kembali memeluk sang istri

"Kak, aku masih suci, dia belum -"

"Sssst sudah yah, jangan dibahas, saya percaya Dhif"

"Jangan bilang ayah yah ka, nanti malah ayah ribut, Pesantren bisa hancur karna aku"

"Iya iya, sekarang istirahat yah, saya mau masak dulu buat makan malam"

"Gak usah kak aku gak laper"

"Kamu belum makan, nanti masuk angin Dhifa"

"Tapi kak -"

"Sudah, nurut yah"

"Iya kak"

Masih dengan badan sedikit bergetar, Adhifa masuk ke kamar suaminya, merebahkan diri nya namun ingatannya masih pda wajah mesum pria bajingan itu

Harga dirinya benar benar hancur, kesucian yg dia jaga selama ini hampir direngguk bajingan itu

Tak lama Hamdan kembali masuk ke kamar dan mendapatti sang istri tengah duduk sembari memeluk lututnya dan menangis disana

"Adhifa" panggilnya lembut. Sangat lembut sembari memeluk erat sang istri yg dia yakin masih ketakuttan

"Wajahnya gak bisa hilang kak aku gak tau aku udah berusaha lupa tapi gak bisa hiksss"

"Sudah yah, besok ke Bu Widya yah kita konsultasi"

Adhifa mengangguk lalu memeluk erat suaminya

Malam ini keduanya makan dengan Adhifa yg masih trauma, bahkan dia makan dengan disuapi sang suami

Sementara di Pesantren, Umi Ruqoyah dilarikkan ke rumah sakit begitu pula Fajrin yg mendadak tak sadarkan diri dan badannya menggigil

Kondisi Umi Ruqoyah detak jantungnya melemah sedangkan Fajrin mengalami patah tulang

Shofia menangis memeluk sang umi ditemani Hima yg terus berusaha menelfon Hamdan dan Adhifa namun keduanya sama sekali tak aktif

Kejadian tadi memang tak sampai terdengar Santri namun semua Keluarga tau, bahkan melihat keadaan Fajrin yg bersimbah darah dan tak bisa bergerak

Bisa dibayangkan bagaimana kerasnya pukulan seorang Letnan dua yg menguasai ilmu bela diri, dan dalam keadaan marah, sudah pasti bisa meremukkan apa yg ada didepannya bahkan jika tak dicegah, Fajrin bisa mati ditangan adiknya

Umi Ruqoyah sadar dri pingsannya dan melihat putrinya sedang menangisinya

"Jangan nangis nduk, umi hanya kaget sayang"

"Umi hikss jangan tinggalin Shofia, Shofia cuma punya umi yg sayang shofia"

"Sudah sayang, jangan nangis yah, umi ndak papa"

"Bang Fajrin jahat mi Shofia gak mau kenal dia lagi"

"Jangan begitu sayang, dia kakak kamu"

"Gak mau mi hiksss, kita pergi aja mi, Shofia gak mau pulang ke Ndalem mi"

"Sudah yah sudah sayang"

Umi Ruqoyah pun memeluk erat putrinya, dia benar benar shock dengan apa yg baru saja dia lihat

"Kamu nelfon siapa Hima ?"

"Nelfon Hamdan Budhe"

"Jangan Him, biarkan dia nenangin dirinya sama istrinya, Adhifa pasti shock berat"

"Nggeh Budhe"

************************************************

Pagi pukul 9 Hamdan dan Adhifa baru pulang berkunjung kerumah Bu Widya yg tak lain adalah seorang psikiater

Adhifa mendapat pengarahan disana dimana dia terdeteksi mengalami trauma yg cukup berat apalagi dari gejala gejala yg dia alami bahkan Adhifa mual ketika Hamdan akan mencium bibirnya

"Saya tebus obatnya dulu yah"

"Aku ikut boleh kak ?"

Hamdan tersenyum lalu mengangguk, dia masih melihat ketakuttan diwajah istrinya, bahkan semalam Adhifa berkali kali mengigau meminta tolong, memeluknya begitu erat hingga Hamdan terjaga smpai hampir subuh

Keduanya keluar Yonif menggunakan sepeda motornya, Hamdan tak perlu takut mertuanya tau bahwa dia sudah ada di Yonif karna mertuanya sedang ada di Semarang

Sampai di Apotik, Hamdan menebus obat yg harganya lumayan mahal namun tak masalah baginya, yg penting pemulihan istrinya

Selesai membeli obat Hamdan langsung kembali ke Rumah dinas karna Adhifa tak mau membeli apapun diluar

Saat sudah tiba dirumah, Hamdan menyiapkan obat yg sudah diresepkan bu Widya dan mengambil air putih untuk mendorong obat itu masuk kedalam tubuh sang istri

"Bisa ndak minum obat segede ini ? Mau dipotong atau di halusin ?"

"Bisa kak"

"Ya sudah, bismillah dulu"

"Iyah"

Nyatanya bukan hanya Adhifa yg shock akan kejadian semalam, bahkan dirinya pun masih terbayang bayang kejadian dimana sang istri dikungkung kakaknya sendiri

Adhifa merebahkan badannya di Shofa, kepalanya dia tidurkan dipangkuan suaminya

"Maaf nggeh kak semalam aku mual -"

"Sudah sayang, saya ndak papa"

"Tapi dia belum apa apain aku kak"

"Iya sayang, udah yah jangan dibahas, buang semua fikiran itu"

Adhifa mengangguk lalu menikmati usapan lembut dari tangan suaminya di kepalanya

Hamdan tak memberitahu Adhifa perihal kondisi uminya karna sudah pasti wanita itu akan sedih dan merasa bersalah

Hamdan sudh tau kondisi uminya subuh tadi saat membuka hpnya dan banyak pesan dari sepupunya

Gus PerwiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang