Takdir | Prolog

266 22 4
                                    

Meera - POV

Di antara dua puluh empat jam dalam sehari, bagi ku yang berkesan adalah pagi hari. Janji-janji selalu muncul saat embun berlama-lama di ujung daun. Harapan baru menyeruak bersama kabut yang mengapung di sekitaran rumah ku. Pagi, berarti hari yang melelahkan telah berakhir, pagi juga menjadi rutinitasku mengukir mimpi - mimpi yang berharap suatu saat nanti akan terkabul.

Pelukan akan kehangatan menjadi penyambut di pagi hariku, kata-kata penuh kasih sayang di pagi hari juga menjadi salah satu yang ku nantikan seperti pelengkap akan rumah tangga yang jika hilang, itu akan menjadi awal runtuhnya hidupku.

Raj. Lelaki yang menyandang suami, dan Ayah dari anak-anak ku kelak. Lelaki yang menjadi cinta keduaku setelah Ayahku. Lelaki yang sudah mengubah hidupku menjadi terang layaknya sinar matahari yang bersinar. Aku mencintainya, aku menyayanginya, dan aku tidak akan pernah melepaskannya pergi, aku tak akan melepasnya meski takdir membawanya, menghilang dari hidupku yang terang.

"Raj.. Aku tidak mau kehilanganmu."

"Aku di sini, Meera.. Selalu di sampingmu"

"Berjanjilah"

Raj - POV

Ketahuilah jika satu setengah tahun sebelumnya aku mendapatkan hadiah terbesar dalam hidupku. Tuhan menghadiahkanku seorang yang cantik di segala hal. Aku menganggapnya aneh, itu dulu. Dia misterius, susah di dekati padahal saat itu aku sudah mati-matian mendekatinya. Bukan, bukan karna menyukainya, aku hanya penasaran padanya.

Tapi, ternyata, takdir berkata lain. Rasa penasaran itu hilang, digantikan oleh perasaan yang amat dalam. Aku mencintainya, hingga hari-hari ku lalui sampai akhirnya aku mendapatkan dia seutuhnya. Dia benar-benar hadiah terindah untukku!

Dia mengubah hidupku, aku benar-benar merasakan mempunyai seseorang yang berarti untukku. Ucaplah aku mudah bergaul, tapi itu semua hanyalah bualan untuk aku mencari seseorang yang benar ingin ku jadikan teman. Tak pernah menemukan, hingga aku hanya berteman tanpa rasa kepercayaan. Setelah bertemu dengannya, bertemu istriku, barulah aku merasakan arti percaya sesungguhnya.

Aku mempercayainya, dia pun juga mempercayaiku. Kami hidup bersama, dengan lika-liku kehidupan yang kita hadapi dengan keharmonisan. Jika lelaki lain melindungi istrinya, ini tidak berlaku kehidupan kami pada aslinya.

Meera lebih mengetahuiku, Meera lebih melindungiku dalam hal apapun, dia memperhatikanku dalam hal apapun. Aku bergantung padanya, seperti seorang anak pada orangtuanya. Aku memang tak banyak merasakan itu dulu, tapi kini aku merasakan seutuhnya. Meera menggantikan peran apapun yang tak pernah ku dapatkan seutuhnya. Aku sangat mencintainya. Aku selalu terpesona padanya setiap pagi, bahkan siang, sore, hingga malam. Aku selalu rindu padanya. Dia benar-benar obat yang menyembuhkan segala sakit yang aku alami pada kehidupan ini.

Meera penyembuh penyakit yang ada padaku..

"Meera, jika ini yang terakhir, aku hanya ingin bilang tolong jangan lupakan aku.."

"Aku tidak akan melupakanmu, karna kau selalu ada di sini bersamaku"

"Aku tidak berjanji..."

About TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang