Detik, menit, jam, serta hari. Semua sudah dilalui. Bahagia, lalu sedih sudah seperti iringan di hari-hari. Melewatinya tentu sulit. Bertahan dari kehidupan akan kesakitan juga lebih sulit. Tapi, tak ada yang bisa dilakukan daripada memperburuk keadaan. Mereka sebagai pasangan hanya bisa saling menguatkan.
Meera. Dia menguatkan pondasi dalam diri, agar kuat menerima semua ini. Hari-hari yang lalu, mereka terpuruk karna ada usikkan yang masuk. Dan Raj yang membiasakan dirinya pada hal yang akan menyakiti hatinya. Telinganya dipaksa untuk tutup, demi rumah tangga mereka yang tidak mau di redup.
"Aku ingat terakhir kali kita ke sini," kata Meera, menatap di sekelilingnya. Lagi-lagi, mengingat kenangan menjadi suatu kebahagiaan.
Kini, mereka melampaui kebahagiaan. Pengobatan, dan liburan. Setelah Meera pulih dari sakit, mereka menepati janji untuk membuat keadaan lebih baik. Dengan cara Raj yang akan menjalani pengobatan di sini, di negara Singapore yang maju ini.
"Aku kambuh saat itu,"
"Orang bodoh ini salah paham terkait makanan yang menjadi pantangan." Raj terkekeh mendengar penuturan dokter Salman barusan. Dokter Salman ikut hadir dalam perjalanan kali. Menemani, sekaligus menghadiri pekerjaannya di negara ini. Sekaligus juga menjadi nyamuk diantara pasangan mesra ini.
"Saat...kau menolak me-makan makanan apapun?" Raj mengangguk. Itu menjadi awal dari penyakitnya yang kini bertambah parah.
"Benar. Dan saat ke toilet waktu itu, aku kambuh, lalu entah itu pertolongan dari mana, seseorang menolongku. Jika tidak ada dia, mungkin aku sudah—
Tak melanjutkan. Raj hanya tersenyum menatap Meera yang terdapat kaca di matanya. Dalam langkah mereka, Raj setia merangkul Meera, dan kini mencium pelipis istrinya. "Aku paham."
"Maaf, karna saat itu, aku menyulitkanmu," kata Meera dengan suara yang pelan. Mungkin saat itu, Raj tengah merasakan kesulitan, akibat dirinya yang terlalu memaksakan.
"Dan maaf karna...aku tidak ada di sana untuk menolongmu."
"Lagi?" kata Raj, menghentikan langkahnya, menatap wajah Meera yang tengah sendu.
"Ingin jatuh sakit lagi?"
"Okay, aku minta maaf karna sudah mengungkit ini. Tapi tidak sedikitpun aku menyalahkanmu. Itu sudah berlalu. Dan saat ini, kita akan berusaha bangkit, kan? Jangan terpuruk lagi, ya?"
"Aku merindukan Meera yang ceria. Aku merindukan Meera yang manis dengan senyumannya. Aku merindukan Meera yang banyak bicara seperti sebelumnya."
"Tidak dengan Meera yang sekarang.. Tolong kembalikan sisi Meera yang seperti biasanya. Bisa?"
"Nyamuk Aedes aegypti." Di sisi lebih depan. Terdengar cibiran Dokter Salman yang jengkel dengan keadaan. Melihati si lelaki yang tengah mencium kening pasangan, dan si wanita yang tengah memeluk pinggang lelakinya.
•••••
"Aku membohonginya lagi.."
"Kau gila, Raj, Raj."
"Aku benar-benar muak melihat kesedihannya, Dok. Aku hanya ingin melihat keceriannya. Dan karna itu, aku hanya bilang akan menjalani pengobatan di sini, sekaligus liburan. Tidak dengan tindakan bedah minimal invasif angioplasti koroner yang akan aku hadapi nanti."
"Lalu bagaimana ini?!" kata Dokter Salman. Dia benar-benar baru menemukan pasien seperti Raj yang berbeda kepribadian.
"Dua hari ini hanya liburan.. Lalu semua akan di mulai. Pemulihan lima hari cukup?"
"Dua minggu, Raj." Kata Salman, tanpa menatap Raj. Dalam obrolan mereka di depan pintu kamar hotel setelah belum lama sampai.
"Apa?!"
![](https://img.wattpad.com/cover/357991335-288-k267078.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
RomanceDia benar-benar obat yang menyembuhkan segala sakit yang aku alami pada kehidupan ini. Meera penyembuh penyakit yang ada padaku.. "Meera, jika ini yang terakhir, aku hanya ingin bilang tolong jangan lupakan aku.." "Aku tidak akan melupakanmu, karna...