Sekedar harapan. Tapi takdir tetap berjalan jauh dari keinginan. Sebulan telah berlalu dengan keputus'asaan yang menggebu. Ingin menyerah, namun selalu kalah. Dunianya berat, hingga untuk meninggalkannya pun susah.
Katanya, rumah itu tempat ternyaman, tempatnya pulang. Seperti Raj. Dengan kondisinya yang tak terkondisikan, lelah pada pekerjaan, dan jauh sekali dari sehatnya orang normal.
Dia berjalan, dengan jas kerja yang sudah ia pegang dengan asal, juga tas yang ikut dalam genggaman. Langkahnya tetap terdepan, Raj sudah menantikan asyiknya beristirahat untuk meredam kesakitan.
"Sungguh. Sampai sekarang pun, terkadang aku masih tidak menyangka. Ku kira, Meera akan menikah dengan Aamiir. Karna kalian itu cocok sekali! Dan yang aku tau, dulu kalian mempunyai hubungan yang special, kan?"
"Baru tau," kata Raj spontan, lalu melanjutkan jalannya, tak menoleh pada orang yang memanggilnya.
"Mulutmu, Juhi!"
"Raj..." Panggil Meera membuntuti langkah Raj yang masuk ke dalam kamar.
"Hei, Hubby.. i miss you. Meeting mu berjalan dengan lancar?" Tanya Meera yang baru saja menarik tangan Raj untuk berhadapan dengannya.
"Ya."
"Kau pasti sudah melakukan yang terbaik. Maka dari itu, aku sudah menyiapkan makan malam yang spesial untukmu."
"Untukku atau untuk orang itu?" Meera menggigit bibir bawahnya. Drama percemburuan akan kembali di mulai!
Tangannya masih sibuk, membuka dasi yang mengikat bagian leher suaminya. Lalu membuka kancing baju Raj sebagian.
"Jelas untukmu!" Kata Meera.
"Aku tidak pernah mendengar bagian itu." Meera menghela nafas. Ini semua karna Juhi!
Mendekap, Meera melingkarkan tangannya pada pinggang suaminya, menyandarkan kepalanya di bagian dada bidang Raj. "Karna.. Aku pikir ini adalah masa lalu, yang tidak perlu aku ingat, dan aku umbar. Hubungan itu sudah selesai, dan kami mengakhiri itu karna tidak merasa ada kecocokkan sebagai pasangan. Karna, yang sebenar-benarnya kita hanya cocok untuk menjadi sekedar teman.. Rasa sayangku padanya hanya sebatas itu, bukan yang lain."
"Aku.. Aku menemukan rasa sayang sebagai pasangan hanya pada dirimu, Raj. Aku pikir ini semua tidak perlu aku umbar, karna dulu hubungan kami juga hanya sebentar, yang rasanya, tidak ada hal untuk aku ingat. Hanya masa lalu.."
"By the way, tadi itu Juhi. Yang menikah waktu itu. Kebetulan suaminya sedang pindah tugas di sini, dan Apartement nya tidak jauh dari sini. Jadi kali ini dia mampir. Jadi, misalkan kau tidak percaya pada ucapanku, tanyakan dia, dia tau segalanya."
"Aku tidak perduli,
"Tapi, dengan mengetahui ini, tidak salah bahwa aku cemburu, kan?"
"Walau kini berstatus teman, kalian dulu pernah lebih dari teman. Jadi, aku bersikap wajar?"
"Terkadang aku mencurigaimu." Meera melepas pelukan mereka tiba-tiba.
"Apa maksudmu?" Tanya Meera, menatap dengan sorot mata tajamnya.
"Aku akan mandi. Kau keluarlah temui teman-temanmu."
•••••
Meera POV
___________Mungkin ini bukan hari yang beruntung untuknya, karena penyakit mampir, menimpanya. Ketika aku mendengar bahwa dia tidak dalam keadaan baik, rasa khawatir menyelinap di dalam hati.
Aku berusaha untuk merawatnya sebisaku. Dia di sini sendiri, tidak ada keluarga yang menemani, tidak ada yang perduli selain kami sahabatnya.
Siang tadi, ketika dikejutkan oleh Juhi mengenai kabar Aamiir, Aku langsung bergegas. Ketika itu, pikiran ku kembali pada kejadian dahulu ketika dia jatuh terpuruk ke dalam pesakitan, menderita penyakit serius yang akhirnya bisa di musnahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
RomansaDia benar-benar obat yang menyembuhkan segala sakit yang aku alami pada kehidupan ini. Meera penyembuh penyakit yang ada padaku.. "Meera, jika ini yang terakhir, aku hanya ingin bilang tolong jangan lupakan aku.." "Aku tidak akan melupakanmu, karna...