04 || Liburan (1)

224 23 11
                                        

Meera POV
_________

Bagiku ini pagi yang spesial dari hari-hari sebelumnya. Pelukan penuh kasih sayang, kata menenangkan yang keluar dari mulutnya, belum lama ini berlalu padaku. Tapi, yang lebih spesial dari hari ini adalah tentang aku dan dia, yang akan berlibur. Cukup jauh, kami akan pergi ke kota favoritku, yang pernah kami kunjungi lima bulan lalu.

Bali, kota indah yang selalu menjadi yang paling favorit bagiku. Aku sangat menyukai keindahan alam yang ada di sana, juga wisata kuliner yang sangat cocok di lidahku. Lima bulan lalu kami berkeliling ke sana saat merayakan ulang tahunku, dan kini kembali lagi karna Raj yang tiba-tiba saja mengajakku.

"Raj, aku sungguh tidak sabar untuk sampai di sana."

"Sabar, sayang. Setelah sampai di sana pun, kita harus istirahat terlebih dahulu, karena kita pasti akan kelelahan."

"Aku tau." Aku tersenyum, lalu memeluk lengannya yang agak hangat. Sedikit terkejut ketika ada yang kurasakan aneh dari tubuhnya.

"Raj, mengapa denyut nadi mu begitu terasa, dan cepat? Kau baik-baik saja?" Tanya ku menginterogasi.

"Ah, mungkin karna kita baru saja take off? Aku pernah membaca jika ada beberapa orang yang merasakan itu ketika sedang naik pesawat."

"Humm, aku juga pernah mendengarnya sih.. Tapi kau benar tidak apa-apa, kan? Sebelumnya, kau tidak pernah seperti ini, Raj.."

"Aku tidak apa-apa. Aku ingin tidur. Kau istirahatlah. Perjalanan kali ini akan membutuhkan banyak tenaga."

"Kau boleh tidur, tapi aku akan tetap memakai bahumu sebagai sandaran ku, ya? Kau hangat." Aku melihat Raj tersenyum kepadaku lalu, menyentuh hidung mancungku.

"Apapun untukmu." Aku menatap Raj yang memejamkan mata. Meninggikan posisi tubuhku hingga menjangkau pipinya, hingga aku berhasil menciumnya.

"Suamiku yang tampan!"

•••••

Meera menggerai rambutnya, yang sedikit basah. Wajahnya kini lebih ceria dari sebelumnya, dan itu membuat Raj yang sedaritadi melihati, ikut tertular senyuman Meera--istrinya. Kini mereka tengah transit, yang bisa dipakai waktunya untuk bersantai untuk sementara.

"Raj, bukankah kita perlu membeli snack, atau mencari makanan enak di sini?" Tanya Meera. Tangan bebasnya menggenggam balik tangan suaminya.

"Ah, aku tau. Bagaimana jika kita makan roti canai? Waktu transit cukup untuk makan, jadi bukankah itu pilihan yang bagus? Atau, kau mau apa? Nah itu, ada Nasi Lemak, Kari...Umm, aku tidak tau lagi, Raj. Terakhir itu, kita transit bukan di sini."

"Kau makan apapun yang diinginkan. Sementara, tolong pesankan aku salad, ya?"

Meera mendesah kecewa. Padahal, dia sengaja menawarkan banyak makanan, karna tadi melihat makanan di saat penerbangan yang tak disentuh oleh Raj. Sudah bertanya apa alasannya, jawabannya selalu karna dia yang tak lapar. Mana mungkin? Di rumah tidak sempat makan, saat penerbangan tidak menyentuh apapun, dan kali ini juga? Meski tertolong dengan adanya salad. Tapi, itu terlalu kurang!

"Raj, sebenarnya ada apa denganmu?"

"Aku? Tidak, ya seperti biasa saja." Meera menghela nafas, lalu tersenyum sebisanya. Ia tidak mau mengacaukan apapun yang bisa membuat mereka bertengkar, apalagi dalam perjalanan liburan kali ini.

"Kau tidak mau mencoba makananku?"

"Raj, atau kau mau ini? Lihat, rotinya sangat lembut, kan?"

"Raj--"

About TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang