Ini adalah yang terakhir. Hufttt~~~ Sebenarnya rasa puas ku belum datang, aku masih ingin di sini, namun kenyataannya tak bisa. Kami harus kembali. Raj harus kembali ke kantornya karna banyak yang harus di selesaikan. Yaaa, aku sih setuju, karna jika tidak bekerja, kami tidak bisa kembali lagi ke sini. Upsss—
Empat hari di sini begitu meninggalkan momen terbaik yang aku jalani. Menikmati matahari terbit dari balkon kamar kami, begitupun dengan senjanya, menikmati berbagai macam makanan hingga lupa dengan berat badanku, yang mungkin.. Yaa, aku sedikit memperhatikan, tapi... Jika terlalu memperketat, aku tidak akan menikmati liburan ini, kan?
Ohh ya, setiap malam kami mengunjungi night market yang tak begitu jauh letaknya dari hotel. Berjalan kaki, genggaman tangannya, rangkulannya, itu menjadi iringan kami untuk sampai di sana. Raj-ku yang manis, dia selalu bisa menghidupkan suasana kami dengan tingkah sederhananya.
Perjalanan yang cukup panjang, hingga kami tiba di rumah. Sangat-sangat melelahkan, kami merasakan itu. Aku menyuruh Raj untuk membersihkan dirinya, sementara aku menyiapkan baju untukku, dan untuknya. Aku sungguh lelah, hingga memutuskan untuk membuka koper di lain waktu.
•••••
"Baby.. Waktunya makan malam?"
"Yap, tunggu sebentar lagi." Raj mengangguk. Tubuhnya ia sandarkan pada pundak sang istri yang tengah duduk.
Hari sudah memasuki jam-jam akan pergantian hari. Tadi, mereka tidur, dan bangun di sore hari, bersanta-santai, memesan makanan, bercanda berdua hingga melewati malam kali ini.
"Sedang apa?" Tanya Raj menatap layar ponsel Meera yang menyala.
"Mengobrol lewat pesan. Dia Aamiir, kau ingat? Yang pernah kuceritakan bahwa dia teman kecilku itu. Dia menemukan sosial mediaku, dan meminta nomor teleponku tadi sore, dan ya, dia mengirim pesan, hingga sekarang aku menanyakan kabarnya, hehehe." Raj mengangguk. Memperhatikan balasan demi balasan istrinya, dan Aamiir, teman masa kecil Meera.
Satu menit, lima menit, hampir sepuluh menit. Raj menghela nafas karna bosan. Posisinya sudah berganti-ganti. Menyandar pada Meera, berbaring, duduk bersandarkan ranjang tapi tetap, itu semua belum berakhir. Raj pikir, apa yang menjadi pembahasan hingga selama ini?
"Bisakah kita makan malam sekarang?" Tanya nya, yang terakhir kali. Raj bersumpah atas itu.
"Wait, Raj. Tolong sebentar lagi, ya? Tunggu, tunggu."
"Huhhh, okay."
"Apa membahasan mereka lebih seru daripada aku yang mengajaknya? Menyebalkan." Tatapan menjengkelkan. Raj sudah melangkah jauh, meninggalkan istrinya yang masih berdiam dengan tangan yang mengetik tak ada habisnya.
"Lebih baik aku memanaskan ini." Ketika sudah sampai di dapur, Raj membuka lemari pendingin yang biasanya terdapat bahan makanan atau makanan cepat saji yang tersisa.
"Mac and cheese. Untung saja tadi sore memesan lebih. Jika tidak, aku akan kelaparan menunggunya." Masih dengan tatapan jengkelnya. Ucap saja jika dia, cemburu.
Tidak butuh waktu yang lama. Satu tangan dengan piring, dan tangan yang lain membawa gelas, Raj menuju ruang tamu berniat memakannya sambil menikmati tontonan di televisi.
"Ini cukup sempurna. Meera, Meera. Aku bisa tanpamu, kau tau itu?!"
Tatapannya fokus pada tontonan, sementara mulutnya mengunyah makanan. Lima menit berlalu begitu saja hingga makanannya habis tak menyisa.
"Raj? Kau di mana?"
"Raj— Ayo kita makan, kau di mana, sih?"
"Hey, kau di sini rupanya." Raj menoleh pada Meera yang menghampirinya, dan duduk di sampingnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/357991335-288-k267078.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
RomanceDia benar-benar obat yang menyembuhkan segala sakit yang aku alami pada kehidupan ini. Meera penyembuh penyakit yang ada padaku.. "Meera, jika ini yang terakhir, aku hanya ingin bilang tolong jangan lupakan aku.." "Aku tidak akan melupakanmu, karna...