Detik, jam, hari, minggu hingga bulan. Rasanya sulit untuk tetap bertahan. Cobaan demi cobaan ia lalui, walau bersamaan dengan keluhan yang terus terpatri.
Setiap pagi harapan selalu menyeruak bersamaan dengan matahari yang mulai tampak. Harapannya bukan lagi tentang hidup bahagia, bukan lagi tentang takdir yang sejalan dengannya, namun tentang bahwa penyakit ini tidak terus menyiksanya.
Raj tak tau akhir dari semua ini akan seperti apa. Raj tidak tau pada akhirnya ia akan kalah atau menjuarainya. Raj tidak tau pada akhirnya dia akan terus di sini atau justru hilang dari bumi.
Matanya terbuka dari mimpi kelam yang mengganggu tidurnya. Raj menatap sekeliling. Sepi, dan sunyi. Kemudian tangannya menyibak gorden membuat cahaya masuk menerangi kamar gelap penuh kenangan yang ia tempati. "Astaga, aku terlambat," ujarnya. Buru-buru masuk ke dalam kamar mandi, dan membersihkan tubuhnya.
Begitu keluar, Raj dengan bathrobe yang dikenakannya mulai membenahi diri, hingga akhirnya dirinya memakai style serba hitam yang dilengkapi dengan dasi biru tua.
Ketika semua persiapan sudah selesai dirinya keluar, dan melihat satu orang yang menghampiri dengan mobil yang biasa dipakai untuk mengantar makanan.
[ Untuk sarapan. Jalani hari dengan baik, Raj! ]
Raj tersenyum ketika berbarengan dengan itu satu pesan masuk ke dalam ponselnya. Karan, dia yang mengirim makanan dan diantar ini untuknya. Dalam hatinya berucap syukur, bahwa dibalik semua ini, teman-temannya tak ikut pergi.
[ Terimakasih. Kau juga, ya. Aku akan memakan ini di kantor. ]
Setelah membalas pesan, Raj masuk ke dalam mobilnya, mengemudikan mobil hitam itu menuju kantornya. Dia terlambat! Maka, tanpa sarapan dan meminum obat yang semakin banyak itu dia pergi meninggalkan rumahnya. Raj berharap setiap hari, bahwa keluhan yang semakin bertambah itu tidak terus datang mengganggu hidupnya.
•••••
Siang dengan teriknya sang surya semakin membakar bumi yang rasanya membuat Raj ingin mencari tempat yang bisa mengistirahatkan otak lelahnya di kantor setengah harian. Ia akhirnya melipir, ke tempat di mana ini adalah.. Raj tak mau mengingat itu, tetapi semakin dilupakan maka semakin banyak kenangan yang timbul menumbulkan luka yang tak tau kapan keringnya. Di tempat ini, tempat yang biasanya Meera menyuapi sepotong cookies yang begitu ia sukai. Tempat yang biasanya menjadi pelarian jika mereka bosan di malam hari.
"Kau baik-baik saja, kan?" Bersama Saif sebenarnya. Maka, ketika ia sampai, pertanyaan itu menyambut ditelinga.
"Bahkan aku baru tiba." Saif terkekeh. Dia menanyakan itu karna melihat raut wajah pucat yang terpatri dari temannya.
"Bagaimana hari-hari mu?" Pertanyaan itu membuatnya menghela nafas. Hari-hari ia jalani dengan kehampaan dari hidupnya yang begitu berantakan.
"Ya, seperti yang kau tau, dan seperti yang kau lihat,"
"Bagaimana denganmu, heh? Aku dengar kau akan segera melamarnya, kan?" kata Raj sembari meminum minuman yang sudah ia pesan.
"Duh, Raj, sebenarnya ingin, namun aku... ya, masih banyak hal yang harus aku pikirkan."
"Apa kau takut ujung dari hubunganmu akan sama sepertiku?"
"Eh-- Raj, tidak, apa yang kau ucapkan! Tidak sama sekali, ayolah, jangan merasa selalu berkecil hati seperti ini." Saif menggaruk tengkuknya. Dia tidak ada pikiran seperti itu. Rasanya, ketika mengungkit luka, Saif jadi tidak enak dengan temannya. Hingga saat ini dia belum mengetahui bagaimana kabar Meera, begitupun dengan kekasihnya, Kareena juga belum mendapatkan kabar di mana, dan mengapa jalan ini yang diambil.
![](https://img.wattpad.com/cover/357991335-288-k267078.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
Storie d'amoreDia benar-benar obat yang menyembuhkan segala sakit yang aku alami pada kehidupan ini. Meera penyembuh penyakit yang ada padaku.. "Meera, jika ini yang terakhir, aku hanya ingin bilang tolong jangan lupakan aku.." "Aku tidak akan melupakanmu, karna...