02 || Hari Buruk

221 24 11
                                        

"Kita mendapat undangan wedding anniversary Karan, dan Priya, Raj. Kau pulang seperti biasa, kan? Agar tidak telat, nanti mungkin aku akan datang ke kantormu, dan membawa baju untukmu. Setelah itu kita pergi ke pesta sama-sama, oke?" Sambil mencepol rambut panjangnya, Meera menghampiri Raj yang tengah memakai sepatu. Di pagi hari, dengan pakaian rumah yang sederhana, tapi tak menutupi kecantikan dari seorang Meera. Pakaian apapun akan terlihat mewah jika dia pakai!

"Okey. Apapun yang kau bilang, aku setuju." Raj mendongak karna Meera yang berdiri di hadapannya. Tangannya mengelus pipi istrinya yang memerah.

"Istriku yang cantik!"

"Aku memang cantik." Raj tertawa. Tingkat kepedean Meera itu sangat melebihi rata-rata.

"Raj, ingin aku buatkan makanan juga? Ummm, aku berfikir untuk membuat sushi, siang ini. Sudah lama tidak memakannya, bukan? Hari ini spesial untuk suamiku," kata Meera. Senyumannya lebar sekali, menatap Raj yang juga tengah menatapnya

"Hey, kenapa kau begitu manis?" ujar Raj dengan senyum dimples nya. Mendekat, hingga mencium kening istrinya.

"Aku, hanya tidak mau kesehatan mu terus menurun, apalagi bisa saja penyebabnya dari makanan-makanan luar. Aku tidak mau kejadian dua hari lalu terulang, ya. Tidak ada makanan luar yang kau makan, atau makanan yang kau makan tanpa sepengetahuanku." Penuh kehati-hatian, Meera berkata ini hanya karna tidak mau mengulangi. Tiga hari suaminya sakit, dan sekarang dia ingin yang terbaik.

"Kejadian itu tidak ada sangkut pautnya dengan makanan, sayang.. Berhenti membahasnya, dan lupakan. Aku sakit hanya karna terlalu lelah, lagi pula sampai sekarang justru kesehatanku membaik. Aku merasa tubuhku sudah baikkan sekarang."

"Meera kau terlalu berlebihan.. Sudahlah—"

"Aku tidak tau apa yang ada dipikiranmu, Raj. Aku benar-benar tak mengerti apa maumu." Raj menghela nafas, menatap Meera yang pergi dari hadapannya.

Kaki jenjangnya melangkah keluar tanpa pamitan. Raj masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobilnya menuju perusahaannya. Terkadang, ada ego nya sendiri yang tak ingin dikalahkah. Raj, hanya ingin hidup seperti biasa tanpa ada hal apapun yang dikhawatirkan. Tapi istrinya, terus memperluas keadaan tentang dirinya yang baginya tak begitu mengkhawatirkan.

•••••

Matahari terlihat mengapung di ufuk. Menyemburatkan warna merah dan keemasan. Dan yang paling indah ialah warna langitnya. Antara biru, dan kehijau-hijauan.

Hari sudah berlalu, membawa banyak kisah yang terdahulu. Tidak, bukan bagi Meera. Hari ini tak ada kisah sempurna baginya, dan berlalu begitu saja.

"Ya, oke Meera. Kau akan mencoba mencairkan keadaan. Tidak boleh seperti ini, karna kau adalah istrinya, oke. Kami sepasang suami istri yang saling menyayangi, dan saling mengerti. Harus terus seperti itu, tidak dengan yang ini." monolognya sendiri. Tangannya sibuk pada stir mobil yang dikemudikannya. Tujuannya kali ini adalah menepati kata-katanya datang ke kantor suaminya—Raj.

"Mengapa dia tidak masuk kerja?" tanyanya penuh heran.

Tadi, ketika memarkirkan mobilnya di basement, Meera menemukan asisten suaminya yang melewatinya. Dan mengatakan jika Raj berhalangan, dan tidak datang ke kantor.

"Apa yang dia lakukan di luar sana? Raj sering seperti ini di hari-hari sebelumnya?"

•••••

Gemerlap lampu pesta sangat berkilat bercahaya. Ditambah bintang, dan bulan purnama yang hadir melengkapinya. Para tamu, datang memeriahkan dengan pakaian yang senada. Alunan nada seirama terdengar begitu mendengungkan telinga, juga manusia/manusia yang menari senada dengan alunan melodinya.

About TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang