Hari melepas rindu, ketika lama tak bertemu. Dari matahari yang baru menyingsing tinggi, hingga di waktu yang menunjukkan sudah masuk sore hari.
Meera, Priya, Kareena. Ketiga teman baik itu menggeledah dapur sepanjang hari ini. Setelah keduanya datang ke rumah, berbincang-bincang hingga Meera memberikan hadiah yang dibelinya, setelahnya mereka memutuskan untuk membuat pancake coklat, juga stroberri untuk dihidangkan bersama-sama di sore hingga malam hari.
Kini, tugas Priya, dan Kareena adalah mencampur segala bahan yang diperlukan. Sementara Meera, dia mengoven serta menghias nya semua pancake dengan beberapa buah juga sirup maple yang menjadi pelengkap agar lebih nikmat.
"Pukul berapa mereka akan datang?" Tanya Meera.
"Mungkin saja pukul lima sore. Biasanya Karan menyelesaikan pekerjaannya di jam itu."
"Bagaimana dengan Saif? Kareena, apakah kekasihnu akan datang?" Tanya Meera lagi.
"Aku sudah mengirim pesan. Dia akan datang, tapi mungkin sedikit terlambat." Meera berdehem. Setelahnya, Priya, dan juga Kareena kembali sibuk pada tugas masing-masing.
Meera menghela nafas, mengeluarkan ponsel dari saku celananya. "Dia belum juga membalas pesan," ujarnya pelan.
Padahal, Meera mengirim pesan pada Raj di waktu makan siang. Tapi belum juga terbalas hingga waktu sore ini.
[Raj, kau sangat sibuk? Balas pesanku jika pekerjaanmu sudah selesai, ya.]
•••••
Tadinya, Raj befikir, ini adalah hal yang tak perlu dikhawatirkan jika tetap bekerja tanpa memerdulikan penyakit yang menyerang. Nyatanya tidak. Ini mengganggu, begitu mengganggu.
Dalam pekerjaannya, tangan Raj selalu berada di kulit pergelangan tangan yang berdegup cukup kencang. Penderita sepertinya merasakan hal seperti ini yang mengganggu kehidupan sehari- hari. Meski gejala ini terbilang biasa saja, Raj sendiri merasakan akibatnya di mana dia selalu gelisah, berkeringat, padahal tak begitu lelah, tapi rasanya tubuhnya lemah.
"Menyebalkan." Keluhnya kesal. Ia ditimpa masalah, atau lebih tepatnya masalah ini timbul karna kelalain rekan kerjanya.
"Hey, suruh Arjun ke ruanganku sekarang juga. Tidak menerima bantahan." Raj mengembalikan saluran telepon yang menghubungkananya pada sekretarisnya. Semua membuatnya pusing. Mood nya sudah berantakan padahal ini hari pertamanya kembali bekerja setelah cuti liburan.
"Masuk," katanya, setelah mendengar ketukan pintu.
"Apa ini?!" Nadanya terdengar tak enak. Urat-urat tangannya terlihat dari kepalan tangan.
"Berantakan." Pria bernama Arjun itu memalingkan wajah ketika sebuah proposal dilempar, dan hampir mengenai wajah.
"Tidak jelas di mana inti dari isi proposal ini. Dari awal hingga akhir ini kosong, sampah, tidak bermakna. Apa yang kau kerjakan?!"
"Ini bukan sekali-dua kali, Arjun."
"Kapan ini akan selesai? Sementara Meeting nya tiga hari lagi,"
"Kalian terlalu santai, kan?" Ungkapnya. Ada saja hal yang membuatnya mengeluarkan tenaga.
"Dan, ini,—" Raj menahan denyutan kecil di dadanya. Matanya memejam sebentar. Dia lupa jika emosi juga bisa mempengaruhi penyakit itu untuk terus menguasai tubuhnya.
Raj menghela nafas. Dia berfikir seharusnya ini baik-baik saja karna dia baru minum obat.
Matanya menatap Arjun lagi. "Selesaikan ini dalam dua puluh empat jam. Jangan mengecewakanku kembali." Raj berlalu dari sana. Tidak membawa apa-apa karna memang tujuannya hanya untuk meredam emosi di rooftop perusahaannya.
__________
![](https://img.wattpad.com/cover/357991335-288-k267078.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
RomanceDia benar-benar obat yang menyembuhkan segala sakit yang aku alami pada kehidupan ini. Meera penyembuh penyakit yang ada padaku.. "Meera, jika ini yang terakhir, aku hanya ingin bilang tolong jangan lupakan aku.." "Aku tidak akan melupakanmu, karna...