Pagi tak selalu cerah, pagi juga tak selalu indah. Seperti Meera di hari ini. Paginya tak indah, bahkan dia yang menyukai pagi, kini tak semangat menyambutnya.
Tangannya masih sibuk pada kain yang ia gunakan untuk meredakan suhu tubuh suaminya. Setelah tragedi semalam, Raj yang sudah tak sadarkan diri dibawa pulang dengan sahabatnya, Karan.
Meskipun marah, Meera tetap tak tega membiarkan Raj lemah. Suhunya tinggi, dan itu diketahui oleh Meera yang bangun di pukul enam pagi.
"Raj, bangunlah. Sarapan dulu, ya?"
"Aku membuat sup yang akan meredakan mabuk. Ayo bangun."
"Meera.. Apa tidak ada pelukan pagi?" Dengan nada yang lemah, Raj mengatakan itu dengan senyum kecilnya.
"Tidak. Karna aku masih marah denganmu."
"Cepat bangun. Setelah memakan sup, minumlah obat untuk meredakan suhu tubuhmu."
"Aku tidak mau makan, karna aku belum mendapat pelukan." Meera mendengus. Menatap Raj yang tersenyum dengan mata yang masih tertutup.
"Ya, ya, ya.. Satu pelukan agar kau makan."
"Hey, tidak seperti ini!" Pekik Meera. Tubuhnya baru saja ditarik, dan jatuh dalam pelukan Raj yang masih berbaring.
"Biarlah seperti ini dulu.. Maaf jika aku telah membuatmu khawatir. Aku memang bersalah, hingga membuatmu marah. Aku tidak akan mengulanginya lagi, aku berjanji."
"Aku tidak suka orang yang suka berjanji namun diingkari. Orang seperti itu sangat aku benci. Aku terima janjimu, tapi jika kau mengulanginya lagi, aku akan membencimu, selamanya."
"Wahhh.. Aku terkejut!" kata Raj. Mengeratkan tangannya untuk lebih erat memeluk istrinya.
"Kenapa? Aku tidak mau kau me-minum minuman sampah itu, maka dari itu aku mengatakan konsekuensi yang besar agar kau tak berani menyentuh minuman itu lagi.." Meera lalu tersenyum. Sejak dalam posisi ini, tangannya sibuk mengelus sedikit anak rambut yang ada di sekitaran mulut suaminya. Ternyata pagi ini tidak seburuk yang ada di perkiraannya.
"Semalam aku diganggu oleh Ajay. Dia menyentuh tanganku, lalu aku memarahinya--"
"Kau diganggu oleh Ajay? Lalu, apa dia melukaimu? Katakan, katakan padaku, Meera! Bedebah itu.. Benar-benar membuatku kesal!"
"Jangan dilepas, aku masih ingin seperti ini." Permintaan Meera, pada Raj yang baru saja ingin bangun dari posisinya.
"Aku tidak apa-apa, karna setelah itu, kau mengirim voice note kepadaku, jadi aku pergi ke tempat yang sepi."
"Raj.."
"Ya?" Balas Raj, lalu mencium kening istrinya.
"Apa maksud dari perkataanmu semalam saat menyebutkan jika kau sakit, dan akan meninggalkanku?"
"A-aaku mengatakan itu?" Tanya Raj. Nadanya terdengar gugup sekali.
"Yaa.. Aku memikirkan itu hinga tidak bisa tidur. Itu seperti berhubungan dengan mimpi yang selalu datang padaku.. Apa yang terjadi, Raj? Tolong, aku mohon.. Ceritakan padaku, apapun itu, aku tak perduli itu baik atau buruk, aku, aku ingin tau karna bingung dengan semua ini."
"Meera, sudah kukatakan jika aku tidak apa-apa. Ingatlah jika semalam aku dalam keadaan sadar tak sadar, aku sendiri tidak tau aku mengatakan itu. Dan, aku akan di sini bersamamu, aku tidak akan meninggalkanmu."
"Raj-ku sungguh tidak apa-apa, kan?" Meera menatap Raj penuh kecemasan, bahkan ada kilatan kaca di dalam matanya.
"Humm, iya.. Ah, tidak-tidak. Karna, untuk saat ini kepalaku sakit sekali..."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Time
RomantizmDia benar-benar obat yang menyembuhkan segala sakit yang aku alami pada kehidupan ini. Meera penyembuh penyakit yang ada padaku.. "Meera, jika ini yang terakhir, aku hanya ingin bilang tolong jangan lupakan aku.." "Aku tidak akan melupakanmu, karna...