[49] Sembilan Tujuh

455 81 44
                                    

Yuju narik nafas dalem-dalem dan dia hembusin perlahan. Hal itu dia lakuin berulang-ulang, sampe Jeka yang berdiri disebelahnya gemes pengen komen. Tapi gegara ada Una juga disana, Jeka mengurungkan diri buat komen, takut kena sambat.

Jadi hari ini—setelah melalui banyak pergolakan batin—Yuju akhirnya mutusin buat ketemu Dika dan Mingyu. Gak sendirian sih, tapi full team sembilan tujuh.

Tujuannya satu, buat ngelurusin masalah perasaan dan persahabatan mereka sampe tuntas, and come back as a whole sembilan tujuh.

Karena mau gimana pun, sembilan tujuh itu enam, bukan lima apalagi empat. Tanpa Dika dan Mingyu, mereka bukan sembilan tujuh.

Dan disini Yuju sekarang, berusaha mengumpulkan bagian-bagian dari sembilan tujuh ke tempatnya.

"Woy Esa ngode tuh, kita bisa join sekarang kayanya." Kata Jeka. Cowok itu daritadi double job nemenin Yuju dan Una sambil merhatiin kode dari Esa yang lebih dulu ngobrol bareng Dika dan Mingyu di depan sana.

"Are you okay Juy? Lo udah siap kalo kita kesana?" Tanya Una, mastiin kalo Yuju beneran siap sebelum mereka nyamperin Esa.

Yuju narik nafas panjang sambil mengepalkan tangannya erat, abis itu ngangguk mantap. "Ayo. Siap gasiap gue harus siap."

Una ngegandeng lengan Yuju setelah cewek itu bilang siap, sementara Jeka jalan duluan.

Denger ada suara langkah ngedeket, atensi Dika dan Mingyu yang lagi ngobrol bareng Esa teralihkan. Keduanya noleh ke sumber suara dan ekspresi mereka berubah kaget pas ngeliat Jeka dateng bareng Yuju dan Una.

Mingyu dan Dika, mereka kompak berdiri dari duduknya seraya natap Yuju dengan tatapan sendu.

Yuju bales senyum tipis ditatap Mingyu dan Dika, terus narik kursi di hadapan kedua cowok itu, diikuti Una yang nggak beranjak dari sisinya sedikitpun.

"Duduk sat, kita mau ngobrol bukan antri sembako." Celetuk Jeka, gemes ngeliat Dika dan Mingyu masih berdiri sambil ngeliatin Yuju dengan ekspresi nelangsa.

Esa ngangguk, setuju sama omongan Jeka. Cowok itu nunjuk kursi kosong pake dagunya, kode supaya Dika dan Mingyu duduk.

Dua cowok itu akhirnya duduk, dengan tatapan yang masih nggak lepas dari Yuju.

Banyak yang ingin mereka omongin, tapi ketahan karena rasa bersalah, takut, dan sungkan yang terlalu besar ketika akhirnya berhadapan lagi dengan keempat sahabatnya, terutama Yuju.

"Guys," Esa ngebuka konversasi diantara mereka, seperti yang selalu dia lakuin kalo ada masalah di sembilan tujuh.

"Gue harap setelah obrolan kita hari ini, sembilan tujuh bisa balik kaya dulu lagi. Jadi tolong, singkirin semua ego kita hari ini, and let us become Sembilan Tujuh as we always be."

Jeka, Una, Yuju, Dika, dan Mingyu kompak ngangguk tanpa bersuara.

Untuk banyak hal yang berkaitan dengan persahabatan mereka, omongan Esa adalah hal yang hampir selalu mereka setuju dan turuti.

"Sebagai permulaan, gue bakal ngebiarin Yuju, Dika, dan Mingyu nyelesain masalah perasaan kalian lebih dulu bertiga. Is it okay?" Tanya Esa, tertuju untuk Yuju, Dika, dan Mingyu yang sekarang ditatapnya.

Dika dan Mingyu ngangguk setuju, sementara Yuju masih diem nggak bereaksi.

"Juy?"

Yuju noleh ke Esa, "Eh iya-iya, gue setuju." Jawabnya buru-buru.

"Oke, kalo gitu gue sama Jeka dan Una nunggu di luar. Kalian bisa ngomong bertiga dulu, dan kalo ada apa-apa gue sama Jeka standby."

"Aman Sa, kejadian yang waktu itu gabakalan keulang." Sahut Dika, langsung diiyain Mingyu.

Sweet & Sour✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang