[46] The Separation

509 94 47
                                    

Kepergian Yuju menjadi awal dari perang dingin diantara sembilan tujuh.

Semenjak Yuju pergi sore tadi, gak ada satupun yang bersuara diantara mereka berlima. Semua kompak bungkam, dan berakhir terpisah-pisah.

Una yang ngurung diri di kamar, Dika yang menyendiri di halaman belakang villa, Mingyu yang natap kosong TV di ruang tengah, serta Esa dan Jeka yang mondar-mandir di area villa sambil nelponin Yuju dan orang-orang yang mungkin dihubungi cewek itu.

Perginya Yuju dengan kondisi kalut memicu kekhawatiran dan rasa bersalah diantara mereka, terutama Una yang ngerasa paling gagal jadi sosok sahabat buat Yuju.

Harusnya dia lebih peka dengan kondisi Yuju, harusnya dia berusaha nahan Yuju ketika cewek itu mutusin pergi.

Tapi yang Una lakuin malah sebaliknya. Dia terlalu sibuk dengan urusan perasaannya sendiri, dan bahkan cuma bisa diem pas Yuju pergi tepat di depan matanya.

Kata-kata Dika kembali terngiang-ngiang di kepala Una, ngebuat cewek mungil itu berulang kali mempertanyakan dirinya sendiri.

Lo juga jadi salah satu yang ngebuat persahabatan kita jadi ajang main perasaan kan?

Una nggak bisa ngelak dari pertanyaan Dika. Nyatanya, apa yang cowok itu bilang memang fakta. Una bahkan udah ngelanggar prinsipnya sendiri.

Friendship over love? Semua cuma omong kosong belaka.

Kalau harus milih antara cinta atau sahabat, Una bahkan nggak bisa ngejawab sahabat dengan lantang lagi. Karena perasaannya terlibat disini.

Una jelas paham apa yang dirasain Dika saat ini, tapi dia sama sekali nggak membenarkan tingkah cowok itu, pun dirinya sendiri.

Sebesar apapun perasaannya terlibat dalam persahabatan mereka, Una nggak akan pernah berniat ngancurin persahabatan yang bertahun-tahun mereka berenam bangun.

Tapi nasi sudah menjadi bubur. Dengan perginya Yuju, Una sadar kalau semuanya nggak akan lagi sama kaya dulu.

Sembilan tujuh-nya akan hilang perlahan-lahan, dan semakin Una mikirin hal itu, semakin sakit yang dirasanya.

Semalaman penuh Una berakhir menangisi nasib persahabatannya, dan mengkhawatirkan kondisi Yuju yang pergi dalam keadaan kalut.

Semenit pun, bahkan sulit bagi Una buat sekedar memejamkan matanya.

Dan itu berlaku sama dengan keempat cowok di luar sana. Nggak ada satupun diantara mereka yang bisa tidur tenang malem ini.

Satu fokus mereka saat ini, berharap Yuju pulang dengan aman.



























Esa mengerjapkan matanya perlahan. Tanpa alarm pun, cowok itu selalu otomatis bangun menjelang fajar.

Kening Esa berkerut pas sadar ada selimut yang nutupin badannya. Cowok itu sontak noleh ke samping, dan mendapati Jeka yang masih tidur juga dengan selimut di badannya.

Seinget Esa, mereka berdua minum-minum sambil ngobrol banyak setelah ngurusin kepulangan ke Jakarta buat nyusulin Yuju. Setelah itu gak ada yang bisa Esa inget lagi, karena mereka berdua sama-sama ketiduran di sofa.

Ngeliat meja depan sofa bersih dari botol wine dan puntung rokok, serta ada nyala lampu dari area dapur, Esa langsung tau ulah siapa itu.

Tanpa ragu, cowok itu nyingkirin selimutnya dan pergi ke area dapur.

Sweet & Sour✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang