CHAPTER 15 : GUT.

163 9 0
                                    

Max Rhett mengusap lembut rambut adiknya itu. Wajah itu kelihatan sangat pucat dan tidak bermaya. Tiada lagi keletah nakal dan ceria yang sering kedengaran.

"Ivy." Max Rhett berbisik lembut di telinga adiknya itu.

Tubuh gadis itu bergerak perlahan-lahan, Max Rhett tersenyum.

"Ivy, wake up. I'm here."

Dengan perlahan-lahan dia membuka kedua-dua matanya dan dia melihat wajah abangnya. Dia tersenyum.

"Max?." Lelaki itu angguk kepala.

"Max!."

Gadis itu terus mendepakan kedua belah tangannya untuk memeluk tubuh lelaki itu. Max Rhett terus memeluk adiknya. Jelas terasa tubuh adiknya panas dan sweating.

"Are you okay?."

Gadis itu angguk kepala sambil tersenyum, walaupun dengan wajah yang pucat dan tidak bermaya.

"I miss you." Gadis itu menangis. Abangnya ketawa. Max Rhett mengusap lembut pipi adiknya itu. Berbulan-bulan dia tidak bertemu dengan adiknya ini, dia juga merindukan gadis ini.

"I'm right here with you, baby girl." Dia memeluk erat gadis itu.

Dan tiba-tiba Butler Benjamin datang dengan membawa dulang berisi makanan dan tomato jus serta ubat.

"Thank you, Ben."

"My pleasure, Tuan Max." Butler Benjamin tersenyum dan beredar meninggalkan mereka berdua.

"Come little sis, I'll feed you." Ivy Rose tertawa.

Bubur ayam itu ditelan dengan perlahan-lahan, walaupun bubur itu terasa pahit di lidahnya, namun dia memaksa untuk menelannya. Dia memerlukan tenaga.

"I'm full, Max."

"A little bit more, please." Pujuk Max Rhett.

Gadis itu angguk kepala. Bubur itu disuakan ke mulutnya.

"Max."

"Hurm."

"May I ask you about something?."

"What is it?."

"Who is she?."

"Who?." Soal lelaki itu semula.

Ivy Rose membuat muka annoying. Lalu dia menunjukkan ke arah hand phone milik Max Rhett yang berada di atas katil itu. Wallpaper gambar seorang wanita.

Max Rhett tersenyum. Dia tersenyum melihat riak wajah abangnya itu.

"Who is she, Max?."

"A friend."

"Wow! She's so lucky... Erm..". Ivy Rose menelan air liur.

"Don't talk too much, Ivy."

"Don't change the topic, Max. Who is she?."

"A special friend." Ivy Rose tersenyum.

"Approved."

Abangnya tertawa. Begitu mudah adiknya ini bersetuju.

"If you happy, then I'm happy too." Max Rhett mengucup lembut dahi adiknya itu.

"Thanks my sweetheart."

"I love you, Max."

"I love you more, Ivy."

Mereka berdua berbalas pandangan dan tertawa bersama-sama. Betapa dia gembira apabila melihat abangnya berada disisinya ketika ini, terasa sakitnya kian menghilang sedikit demi sedikit.

MRS. RAYNE : LADY ROSE KESAYANGAN TUAN RAYNE | CWhere stories live. Discover now