07. Sama-sama setan.

98 5 0
                                    

Haii

Semoga suka ya sama cerita nya




🌷Happy reading🌷

Langit yang tadi nya berwarna orange, kini sudah berwarna abu-abu gelap. Angin berhembus membuat suasana malam ini sangat dingin. Seorang gadis yang berada di balkon kamarnya, dapat merasakan hembusan angin malam. Ia tak merasa dingin sedikit pun, ia malah menikmati angin malam itu.

Dia Shavella. Gadis itu menatap langit yang penuh dengan bintang-bintang. Ia sangat menyukai langit malam, karena ada bulan yang senantiasa bersinar menerangi gelap nya langit, dan tentu saja ada bintang-bintang juga. Sesekali ia tersenyum tipis, sangat tipis.

Tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu kamar nya, "Sha! Lo dimana?" Siapa lagi kalau bukan Malvin, cowok itu melihat di dalam kamar Shavella tak ada siapa-siapa.

Shavella masuk kedalam kamar nya, "kenapa kak? Tumben nyariin gue?" tanya Gadis itu.

"Waktu nya makan malam. Mama sama papa udah di bawah," ujar Malvin.

Gadis itu mengangguk pelan, "Duluan aja, bentar gue nyusul," jawab nya.

"Yaudah gue kebawah," balas Malvin. Cowok itu pun keluar dari kamar Shavella dan turun ke lantai satu.

Shavella berjalan menuju meja belajar nya, untuk membereskan buku-buku yang berhamburan. Tadi nya, ia mengerjakan tugas sekolah, namun beberapa menit kemudian otak nya lelah beradu dengan tugas-tugas itu. Akhirnya ia memutuskan untuk menikmati angin malam di balkon kamarnya.

Gadis itu berjalan keluar kamar, dan menuruni satu persatu anak tangga. Ia melihat di meja makan sudah ada Malvin, Sella dan Gaska yang sedang makan. Shavella pun duduk disamping Malvin. Ia berhadapan dengan Sella, dan Malvin berhadapan dengan Gaska.

Gadis itu mengambil makanan, dan langsung menyantap nya. Kegiatan makan nya terhenti, ketika Sella membuka percakapan.

"Gimana nilai kamu?" tanya wanita itu kepada anak perempuan nya.

Shavella menatap Sella sejenak, kemudian menghela nafas, "masih seperti biasa, mah."

"Kenapa gak kamu tingkatin lagi? Gak mungkin kan kamu di situ-situ saja," ujar Sella. Ia menatap tak suka kearah Shavella.

"Jangan mulai, Sella!" celetuk Gaska.

"Papa gak usah belain dia! Kalo dia tetap di situ-situ saja, dia bisa jadi apa! Mau jadi gelandangan?" geram Shavella.

"Berbicara dengan mu sangat menghabiskan tenaga. Kamu sangat keras kepala!" balas Gaska sedikit emosi. Ia pun beranjak dari tempat duduk nya, dan pergi begitu saja.

Sella menghela nafas kasar, "senangkan kamu dibelain?!" geram wanita itu.

"Engga mah. Maafin Sha," cicit Shavella.

"Pokok nya, minggu ini nilai kamu harus meningkat!" ujar Sella.

"Iya mah,"

"Kamu harus mencontoh kakak kamu. Setiap minggu nilai nya tetap tinggi gak pernah turun, karena Malvin sangat rajin belajar, tidak seperti kamu!" sindir wanita itu.

Kalimat yang gue tunggu udah muncul. Gak papa kok udah makanan sehari-hari gue batin Shavella.

Malvin yang sedari tadi diam, akhirnya berbicara, "udah mah! Jangan bandingkan aku sama Sha."

"Biar dia sadar diri Malvin, biar dia tau seberapa jauh nya dia sekarang," ujar Sella.

"Sha izin ke kamar!" Gadis itu langsung melangkah pergi.

Kisah Kita: Shavella & RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang