08. Rencana.

95 6 0
                                    

Haii

Semoga suka ya sama cerita nya




🌷Happy reading🌷


Keesokan harinya.

Kini Shavella berjalan memasuki kawasan sekolah. Akhirnya ia tak kesiangan lagi. Tadi ia dibangunkan oleh Zaifa, gadis itu semalam menginap di rumah Shavella. Zaifa membangunkan Shavella untuk memberi tahu bahwa ia akan pulang, jadi Zaifa pulang lebih pagi, agar tidak telat ke sekolah.

Zaifa baru saja melewati gerbang, ia melihat Shavella, "Vell! Tunggu gue!" teriak gadis itu. Ia berlari agar langkah kaki mereka seimbang.

Shavella menoleh saat nama nya disebut, "gue kira siapa, ternyata fans berat gue."

Zaifa mendengus, "jidat lo fans berat!"

Shavella tertawa kecil, "masih pagi Zai, gak usah marah-marah," ujar gadis itu.

"Kiww gebetan lo dateng tuh," bisik Zaifa saat mata nya tidak sengaja melihat Raga berjalan ke arah diri nya dan Shavella.

"Hah?"

"Hah, hoh, aja lo. Tuh Ragamu ke sini!" kesal Zaifa. Shavella sangat hobi ngeblang.

Mata Shavella mengarah ke arah yang di beritahukan oleh Zaifa, "pujaan hati gue, Zai!" bisik Shavella.

Cowok itu kini telah berada di hadapan dua gadis itu, lalu ia berkata, "Asel."

"Ah, iya. Kenapa kak?" Shavella sedikit deg-degan, padahal kan Raga tak melakukan apa-apa. Cowok itu hanya berdiri.

"Mending gue ke kelas! Males banget jadi nyamuk!" ujar Zaifa. Zaifa hendak melangkah, namun tangan nya di pegang oleh Shavella.

"Lo di sini aja," bisik Shavella. Zaifa memutar bola matanya dengan malas.

Raga berfikir sejenak, ia bingung harus mulai dari mana.

Shavella menatap ke arah Raga, kenapa cowok itu diam? "Kak? Kenapa?" tanya nya.

Raga menarik nafas nya pelan, lalu menghembuskan nya kembali, "nanti pulang bareng gue bisa?" kata nya.

"Hah?" Sebentar, Shavella ngeblang dulu.

"Ngang ngong ngang ngong aja lo!" Zaifa memukul lengan Shavella sedikit keras. ia sangat gregetan dengan gadis itu.

Shavella menatap tajam Zaifa, "Apasihh lo Zai! Main pukul-pukul aja!" kesal gadis itu.

"Asel? Bisa?" tanya Raga tak sabaran.

Gadis itu menatap Zaifa, lalu beralih menatap Raga, "hmm bisa."

Kedua sudut bibir Raga terangkat, membentuk sebuah senyuman tipis. "Oke. Gue pergi dulu. Makasih, Sel." Cowok itu pun pergi begitu saja.

"Huaa gue yang salting liat nya!" kata Zaifa sedikit berteriak. Seketika semua mata tertuju pada nya.

Plak.

Itu suara geplakan Shavella. Gadis itu menggeplak mulut toa Zaifa, "bisa pelanan dikit gak kalo ngomong?" ujar Shavella.

"Mulut suci gue ngapain lo geplak! Mulut gue udah gak suci!" kesal Zaifa.

Shavella menghela nafas kasar. Teman nya ini memang sangat dramatis, "enggak usah banyak drama lo. Gue daftarin juga lo jadi pemain film di indosad!"

"Wahh boleh tuhh, Lumayan duit nya. Gue kan juga pinter acting." Zaifa yang tadi nya kesal, kini sudah kembali semula.

Shavella mendengkus kesal, "mending lo ke rumah sakit jiwa deh, kayak nya lo gila." Gadis itu berjalan pergi setelah mengatakan itu kepada Zaifa.

Kisah Kita: Shavella & RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang