09. Gue, lo, dan Sunset.

94 5 0
                                    

Haii

Semoga suka ya sama cerita nya




🌷Happy reading 🌷

Bel sekolah berteriak-teriak memanggil siswa siswi untuk pulang. Siswa siswi berhamburan keluar dari pekarangan sekolah, ini adalah waktu yang selalu mereka tunggu. Zaifa dan Shavella juga berjalan keluar.

"Aciehh yang mau pulbar," celetuk Zaifa.

Shavella melirik kearah Zaifa, "pulbar apaan?" tanya nya.

"Pulang bareng. Lo kan mau pulang bareng sama ayang eakk," goda Zaifa.

"Belum ayang, Zai. Baru deket aja," tutur Shavella lesu.

"Muka lo gak usah kek gitu. Walau baru deket, itu udah tahap awal yang bagus, Vell," timpal Zaifa.

"Makasih Zai,"

Zaifa mengerutkan keningnya, "kenapa makasih?"

"Engga. Gue pergi dulu ya. Kak Raga udah di halte," kata Shavella saat mata nya tak sengaja melihat Raga, Malvin, dan Mahesa berada di depan Halte.

"Oh, oke. Hati hati Vell!" ujar Zaifa yang diangguki Shavella. Gadis itu pun berjalan menjauhi Zaifa.

"Kalo lo tau tentang hal itu, mungkin lo bakal benci gue, Vel." Batin Zaifa.

🌷

"Ekhmm... Bentar lagi ada yang jadian nih!" sindir Mahesa saat melihat Shavella telah berada di depan motor Raga.

"Aduh duhh, jadi nyamuk kita, Hes!" tambah Malvin.

Shavella menoleh kearah Malvin dan Mahesa, "sehat lo berdua? Ingat ya kak Hesa, gue masih dendam sama lo!"

"Engga boleh dendam sesama manusia, Sel. Engga baik," nasihat Raga kepada Shavella.

Mahesa tersenyum senang, "dengerin tuh babang Raga, engga boleh dendam."

Gadis itu berdecak kesal, "dingirin tih bibing rigi. Bacot lo, Hes!" cibir Shavella.

Malvin mendelik, "Heh! Yang ngajarin kayak gitu siapa?! Pake kak, Sha. Pake kak!" tegur cowok itu.

"Sel. Yang sopan sama Hesa. Dia kakak kelas lo," tegur Raga dengan lembut.

"Udah gak papa, gue udah biasa. Palingan gue kubur idup-idup nih bocah!" timpal Mahesa.

"Tuhh kan ngelunjakk!" kesal Shavella seraya menatap tajam Mahesa.

Raga menghela nafas panjang, "udah, Sel. Ayo naik," titah Raga agar perdebatan Shavella dan Mahesa berakhir.

"Hes, kita pulang juga," kata Malvin.

"Lah? Gak ikut mereka?" mereka yang dimaksud Mahesa, adalah Shavella dan Raga.

"Engga lah, ngaco!" Malvin tidak ingin menganggu waktu Shavella dan Raga. Biarkan dua manusia itu berlayar.

Dengan pasrah Mahesa pun menyalakan motor nya, lalu melajukan nya dengan kecepatan sedang, di ikuti Malvin yang berada di belakang. Sedangkan Shavella masih terdiam, tak naik di motor Raga.

Kisah Kita: Shavella & RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang