22. Sebuah Keinginan.

65 5 0
                                    


Haii

Call me Sese

Semoga suka ya sama cerita nya




🌷Happy reading🌷



"Jangan menangisi hal yang tidak penting dan hal yang sudah terjadi. Aku mau air mata ini turun disaat kamu merasakan kebahagiaan."
-Ragantara Ariswandhy




Kini Shavella tengah berjalan-jalan tidak jelas. Sedari tadi ia mengelilingi sekolah, padahal sebentar lagi akan masuk jam pembelajaran pertama. Perempuan itu menendang batu-batu kecil. Shavella sangat bosan sekarang, tetapi lebih bosan lagi kalau ia masuk dijam pembelajaran pak botak. Ia berfikir sejenak, tiba-tiba saja sesuatu terlintas dibenaknya. Lalu, ia segera berjalan menuju tempat yang ada didalam pikiran nya.

Shavella tiba di sebuah taman disamping sekolah. Ditengah-tengah taman itu, ada beberapa pohon disana. Salah satunya pohon mangga. Mata Shavella berbinar-binar melihat pohon mangga itu, apalagi buah nya sudah menguning. Ia segera memanjat pohon tersebut.

"Rezeki nomplok nih!" seru Shavella.

Shavella memegang satu buah mangga yang sudah matang. "Permisi! Saya ambil mangga nya, ya," ujar nya.

"Iya, ambil aja. Ambil sepohon-pohon nya juga boleh." Shavella menirukan suara salah satu satpam disekolahnya.

Shavella memetik satu buah mangga, ia lalu mengupas kulit mangga itu menggunakan tangannya. Ia pun menyantap buah itu secara rakus. Mulut serta tangan nya sudah belepotan. Shavella tak sengaja menyentuh seragam nya, otomatis seragam itu menguning karena mangga. Namun, Shavella tak memperdulikan sama sekali, ia tetap lanjut memakan buah itu dengan lahap.

Saat sedang asik-asiknya memakan mangga, mata Shavella tak sengaja melihat seorang laki-laki yang sangat ia kenali. Ia lalu memanjat lebih tinggi, agar tidak kelihatan oleh laki-laki itu. Semoga saja ia tak ketahuan. Laki-laki itu adalah Raga. Seperti nya, Raga sedang berpatroli. Biasa nya anak osis selalu mengelilingi sekolah untuk mencari siswa/i yang bolos.

Pandangan Raga beralih ke taman, ia tak sengaja melihat salah satu pohon yang rantingnya sedikit bergoyang. Padahal tak ada angin, atau sejenisnya yang bisa membuat ranting itu goyang. Laki-laki itu langsung berjalan menuju pohon tersebut.

Shavella yang melihat Raga mendekat, sontak melotot. "Aduh! Mati gue!"

Raga mendongak ke atas. Dugaannya sangat benar. "Ngapain, hm?" Ia menaikkan satu alisnya.

"Makan mangga, hehe..." Shavella menyengir lebar.

Raga menghela nafas panjang. "Turun sekarang!" tegasnya.

"Nanti dulu, aku baru makan dua mangga. Nanggung nih!" Shavella kembali melahap mangga yang ada ditangan nya.

Raga berdecak. Perempuannya ini memang sangat nakal. "Turun, atau... Aku yang turunin?"

Shavella mendengus sebal. Ia melempar mangga yang sudah ia makan ke sembarang arah. "Iya! Iya! Aku turun!" Akhirnya perempuan itu turun dari pohon.

Raga menjewer telinga milik Shavella. Perempuan itu meringis. "Udah berani bolos? Udah berani nyuri mangga sekolah, hm?"

"Awsh! Kok main jewer jewer sih! Sakit tau!" Shavella cemberut.

"Kenapa bolos? Kenapa nyuri mangga punya sekolah? Emang nya udah izin?" Raga melepaskan jeweran nya.

Kisah Kita: Shavella & RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang