04. Pingsan.

116 6 0
                                    

Haii

Semoga suka ya sama cerita nya




🌷Happy reading 🌷

Langit yang tadi nya berwarna hitam, kini menjadi biru keputihan. Sinar matahari begitu sangat cerah pagi ini, di selingi dengan kicauan burung yang sedang beterbangan. di sebuah kamar, ada jam yang sedari tadi berbunyi, namun orang yang mempunyai kamar itu masih terlelap dalam tidur nya.

Gadis itu sesekali terusik oleh suara jam itu, tapi mata nya serasa di elus lembut membuat nya susah untuk membuka mata. Lama kelamaan, bukan jam lagi yang mengusik tidur nya, Namun sinar matahari yang menembus jendela kamar itu. Gadis itu pun menggeliat, ia meraba-raba kasur sedang mencari handphone nya. Ia kemudian melihat jam itu, seketika mata nya membulat sempurna.

"Jam tujuh?!" kaget Shavella.

"Huaaa gue telat!!" teriak Shavella.

"Duhh gimana nih? Apa gue gak usah sekolah ya? Tapi nanti mama marah," monolog Shavella.

Tok tok tok

"Non! Ini udah jam tujuh, non gak sekolah?!" Teriak bi Ratih dari luar kamar Shavella.

"Sha, baru bangun bi. Bentar, Sha mau mandi dulu!" teriak Shavella.

"Cepetan non, nanti non di hukum lho!" teriak bi Ratih

"Iya bi!"

Tak banyak basa-basi lagi, Shavella langsung masuk kamar mandi, dan melakukan aktivitas nya. Mulai dari mandi, memakai seragam dan menyiapkan buku-buku nya. Setelah itu, ia langsung turun ke lantai satu, dan langsung menghampiri sang bibi.

"Bi, mama sama papa mana?" tanya Shavella yang sedari tadi tidak melihat Sella dan Gaska.

"Tuan sama nyonya pergi ke kantor non, sudah dari tadi mereka pergi," tutur bi Ratih.

"Kak Malvin udah berangkat juga?"

"Iya non, tadi Den Malvin ingin berangkat bareng sama non, tapi non nya gak bangun-bangun. Udah berapa kali Den Malvin bolak-balik ke kamar non, tapi non nya gak bangun." jelas bi Ratih.

"Kenapa gak langsung masuk aja, bi?"

"Kamar non kan di kunci, masa iya den Malvin dobrak," kata Bi Ratih.

Di kunci? Ngaku salah dah gue! Batin Shavella.

"Ohh, yaudah deh bi. Sha, berangkat dulu," kata Shavella.

"Sarapan dulu non, nanti maag nya kambuh," peringat Bi Ratih.

"Enggak usah bi, nanti Sha sarapan di sekolah aja. Lagi pula Sha udah telat banget bi, gak sempet kalo harus sarapan dulu," kata Shavella.

"Yasudah, hati-hati non," kata Bi Ratih, yang diangguki oleh Shavella. Gadis itu pun menjauh dari pekarangan rumah nya.

🌷

Kini Shavella telah tiba di depan gerbang sekolah nya. Pagar itu sudah tertutup 15 menit yang lalu, gadis itu celingak-celinguk mencari keberadaan satpam yang menjaga, namun ia tak melihat satpam itu.

"Pak, bukain pagar nya dong! Saya mau masuk!" teriak Shavella.

"Pakk!!"

"Shavella kamu telat?!" kata Pak satpam yang baru saja keluar dari pos nya. Ia terganggu karena teriakan Shavella.

"Engga," Shavella menatap tajam pak satpam itu, jelas-jelas satpam itu sudah melihat ia berada di luar. "Ya telat lah! Bapak gak liat saya dari tadi di sini teriak-teriak kaya orang gila!" ucap Shavella ngegas.

Kisah Kita: Shavella & RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang