13. Hukuman.

71 5 0
                                    

Haii

Semoga suka ya sama cerita nya




🌷Happy reading 🌷

Raga mendudukkan Shavella di kursi UKS. Mereka berdua berada di UKS khusus perempuan. UKS di sekolah nya di bagi menjadi dua, satu UKS khusus laki-laki, kedua UKS khusus perempuan. Raga mengambil kompresan untuk mengompres pipi Shavella yang memerah akibat tamparan Handra. Gadis itu sedari tadi menintikkan air mata nya tanpa suara.

"Udah ya nangis nya. Sini aku kompres." ujar Raga.

Shavella menggeleng.

"Asel, aku kompres ya?" bujuk Raga.

Shavella menggeleng lagi.

"Maafin aku. Aku engga bisa jagain kamu." ujar Raga.

"Bukan salah kamu, kak." Akhirnya nya, gadis itu berbicara. Sejak kejadian tadi, Shavella tak pernah membuka mulut. "Kompres pipi aku," titah Shavella.

Raga tersenyum, "Sini deketan."

Shavella menurut, lalu cowok itu perlahan mengompres pipi Shavella. Sesekali gadis itu meringis kesakitan. Setelah selesai, Raga menyimpan kembali kompresan itu.

"Masih sakit?" tanya Raga.

Shavella mengangguk, "tapi engga sesakit yang tadi."

"Mau peluk?"

Shavella mengangguk kembali, lalu masuk kedalam pelukan Raga. Perlahan cowok itu mengusap rambut panjang gadis itu.

"Selain nampar, Handra ngapain aja?" tanya cowok itu.

Bukan nya menjawab, gadis itu malah kembali menurunkan air mata nya, sehingga pipi nya kembali basah. Raga bisa mendengar isakan kecil dari Shavella.

"Gak papa, kalau gak mau cerita. Udah ya, jangan nangis. Mata kamu sembab." Raga melepaskan pelukannya, lalu menghapus jejak air mata Shavella menggunakan jempol nya.

"Dia bilang... Aku sama kamu cuma berduaan di rumah. Dia liat kita waktu itu, karena dia tetangga kamu." Shavella berbicara seraya terisak kecil.

"Handra memang tetangga aku.Tapi kenapa dia bisa nyimpulin kalo kita cuma berdua di rumah?" Raga bingung, padahal jelas-jelas ada bunda nya di rumah.

"Dia bilang kalo orang tua kamu keluar negeri, dan semua orang percaya itu. Padahal ada Tana sama Anala."

"Kamu tenang aja. Aku bakal pastiin dia dapat hukuman yang setimpal sama perbuatan nya." Shavella mengangguk atas ucapan Raga.

🌷

Sekarang Handra, Malvin, Zaifa dan Mahesa berada di ruang BK. Tadi, setelah Handra sadar dari pingsan nya, ia langsung di seret oleh Malvin menuju ruang BK. Malvin benar-benar tidak terima adik nya di perlakukan seperti itu oleh cowok seperti Handra. Dan lebih parahnya lagi, Handra menyebar rumor yang salah. Hal itu membuat Malvin semakin geram kepada cowok itu.

Bu Darma selaku guru BK, menatap keempat murid nya, ia sudah mengetahui apa yang terjadi tadi, "Siapa yang membuat keributan di kelas 10 IPA 1?" tanya nya.

"Handra dan adik saya, Bu!" ujar Malvin.

"Adik kamu dimana? Kenapa tidak ke sini?" tanya Bu Darma.

"Adik saya ada di UKS, Bu. Dia harus istirahat dulu," kata Malvin yang diangguki oleh Bu Darma.

"Bisa tolong jelaskan apa yang terjadi." kata Bu Darma.

Kisah Kita: Shavella & RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang