23. 'Aku Bantu'

115 3 1
                                    


Haii

Call me Sese

Semoga suka ya sama cerita nya




🌷Happy reading🌷


Raga dan Shavella telah tiba didepan kelas 10 IPA 1. Perlahan Raga menurunkan Shavella dari atas punggungnya. Ia mengode perempuan itu untuk masuk, tetapi hanya gelengan yang ia dapat. Raga menghela nafas panjang, lalu tangannya memegang tangan Shavella, menuntut perempuan itu untuk masuk. Mau tak mau Shavella harus menurut.

"Permisi, pak," celetuk Raga.

Pak Haris yang tadinya sibuk menjelaskan, sontak menoleh kearah sumber suara yang ia dengar. Bukan hanya pak Haris, seluruh siswa dikelas itu ikut menoleh. Rasanya Shavella ingin menghilang sekarang.

"Silahkan masuk!" pinta Pak Haris.

Raga pun masuk bersama Shavella dengan kondisi tangan yang bertaut. Isi kelas itu seketika heboh melihat pemandangan seperti itu. Sebagian dari mereka baper melihat Raga dan Shavella, dan sebagian lainnya mengira Shavella ketahuan sedang bolos.

"Lho? Shavella? Ngapain masuk lagi? Bukannya sudah bolos?" sindir Pak Haris.

Shavella menatap sinis pak Haris. "Sabar, Vel, Sabar. Jangan sampe lo nyakar muka mulusnya si botak," ujar Shavella membatin.

"Bukan begitu, pak. Shavella sebenarnya tidak bolos. Tadi dia berada di uks, kata dokter uks maagnya kambuh. Sekarang sudah mendingan, jadi dia ingin kembali ke kelas," jelas Raga diselingi sedikit bumbu-bumbu kebohongan.

Shavella mengangguk, tanda setuju dengan ucapan Raga. "Iya, pak. Tadi maag saya kambuh, jadi saya istirahat diuks dulu sambil dikasi obat."

Pak Haris mengangguk paham. "Saya kira kamu bolos, Vel. Ya sudah, kamu duduk kembali di kursimu." Shavella mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu, saya pamit ya pak," ujar Raga yang diangguki Pak Haris.

Raga mendekat kearah Shavella. "Semangat belajarnya. Jangan bolos lagi," bisik Raga sebelum meninggalkan kelas itu.

Shavella tersenyum tipis. Ia berjalan menuju tempat duduknya. Perempuan itu bisa melihat jelas Zaifa tersenyum-senyum kearahnya. Sudah dipastikan bahwa perempuan itu akan menggodanya. Shavella memilih tak memperdulikan Zaifa. Ia lebih memilih mengeluarkan semua bukunya untuk ia pelajari. Kalea juga ikut tersenyum-senyum kearah Shavella, pasti Kalea ketularan sifat anehnya Zaifa. Shavella ingin sekali rasanya mencakar wajah kedua sahabatnya itu, sungguh menyebalkan.

"Senyum mah, senyum aja kali!" celetuk Kalea.

"Salting napa, Vel. Gue aja yang liat salting. Gimana elo?" tambah Zaifa.

Shavella mendengkus sebal. "Diem lo berdua! Gue saltingnya nanti aja."

Zaifa dan Kalea tertawa kecil mendengarnya.

"Btw, muka lo kenapa biru-biru gitu, Zai?" tanya Shavella mencoba mengalihkan pembicaraan.

Posisi Zaifa yang tadinya menghadap Shavella, kini ia ubah menghadap papan tulis. "Ah, e-enggak, gak papa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Kita: Shavella & RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang