38

473 27 1
                                    

Hay Guys 👋👋👋

Gimana sama kabar kalian?

Jangan lupa untuk vote dulu ya ....

Happy Reading 💜

••••

Pukul 03.00 WIB. Mobil ambulance milik rumah sakit Medika berbunyi melintasi jalanan kota Jakarta yang sepi. Sirine mobil itu berbunyi dengan nyaring dan keras.

Dibelakang mobil ambulance terdengar banyak sekali mobil dan motor yang ikut sembari membunyikan klakson.

Tiara dan Vasco mengikuti mobil itu dengan mobil milik Derren dibelakangnya. Sedangkan papa-Nya ikut dengan mobil ambulance, beliau duduk dibagian belakang bersamaan dengan peti jenazah sang istri.

Seluruh keluarga mereka mengikuti dari belakang ada juga yang sudah menunggu di rumah.

“Tuhan. Bukan ini yang aku mau, aku mau mama, aku, Vasco, sama papa terus bersama. Aku gak sanggup lihat Vasco sama papa yang tiada hentinya menangis. Aku ingin menangis tapi siapa yang akan merangkul adikku? Sakit, Tuhan. Sakit sekali,” batin Tiara dengan memandang ambulance didepan sana.

“Aku udah hubungi sekolah kamu, kemungkinan teman-teman kamu nanti datang,” celetuk Derren mencairkan suasana yang sunyi sedari tadi.

Tiara hanya diam dengan pandangan yang tidak lepas dari depan sana. Air mata menetes dari pelupuk mata dia. Dengan cepat gadis itu langsung menghapus air matanya dan menoleh kearah luar kaca mobil.

Beberapa menit kemudian, mobil Ambulance berdiri tepat didepan rumah milik keluarga Tiara. Tangisan mulai pecah saat peti jenazah diturunkan.

Tiara hanya bisa menahan air matanya dengan senyum tipis, disaat keluarga yang lain sedih dan menumpahkan air mata mereka.

Peti jenazah ditaruh pada ruang tamu, yang dimana ada satu buah tempat tidur kosong. Tempat tidur itu hanya kayunya saja untuk menyimpan peti diatasnya. Dengan kursi-kursi yang disusun didalam, foto sang ibu yang tengah tersenyum disimpan di meja sebelah tempat tidur itu.

Sebelum jenazah dimasukkan kedalam ruang tamu, tutup petinya disimpan diluar. Itu akan ditutup saat ingin dimakamkan.

Tiara mengambil tempat disamping peti tersebut, dia akan menjaga ibundanya sampai hari dimana pemakaman dilaksanakan.

“Hari ini rumah kita ramai, ma. Banyak banget keluarga kita yang datang, kita semua berkumpul, ma.”

“D---disini, dirumah kita. Tapi ...,” Tiara menggantungkan kalimatnya dengan tangan yang terkepal kuat. Dadanya sesak, apalagi harus menahan tangis yang ingin pecah sedari tadi. Semuanya menyakitkan sekali. Sangat menyakitkan!

“T---tapi mama udah gak ada disini, mama ninggalin aku sama Vasco.” Air mata yang ia tahan tumpah saat itu, kepalanya ia letakkan pada bagian pinggir peti tersebut.

Semua kenangan indah bersama Mama-nya terputar bagaikan keset rusak di pikirannya. Tiara hanya bisa menangis sekarang.

Vasco hanya bersandar pada kursi dengan kepala menunduk, mungkin mata remaja laki-laki itu sudah membengkak sedari tadi. Apalagi dia tidak hentinya menangis.

My School Mystery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang