43

477 26 3
                                    

Hallo guys 👋👋

Apa kabar?

Alangkah baiknya sebelum baca tekan tombol vote dulu, ya ....

Happy Reading Guys ✨

••••

Selepas rapat yang usai sejak 1 jam yang lalu, Tiara terduduk diam di ruangan lab komputer. Tangannya sibuk mengetik keyboard tiada hentinya.

Pusing? Tentu saja! Sebagai anak yang berprestasi di SMA Citra Bangsa, tentu membuat Tiara pusing berkali-kali lipat. Ingatannya kembali berputar pada kejadian satu jam yang lalu.

Tindakan ini harus mendapatkan hukuman setimpalnya, pak. Apa bapak rela melihat kami siswa-siswi disini menderita?

Kasus kematian Afifah kemarin, itu harus di usut tuntas mulai sekarang! Mungkin bukan hanya itu, tapi kasus-kasus sebelumnya juga!

Kasus kematian siswi atas nama Vina beberapa tahun yang lalu, itu menjadi tanda tanya besar di media disaat kepolisian tidak mendapatkan bukti apapun. Apa bapak sebagai pemilik sekolah, akan tinggal diam membiarkan pelaku bebas menghirup udara? Apa bapak akan membiarkan manusia seperti itu?

Prestasi? Sudah ia dapatkan, tapi keadilan untuk siswa-siswi belum sama sekali. Dia tidak ingin mencari perhatian atau dipuji oleh semua orang kalau dia berhasil menegakkan keadilan dan kebenaran. Akan tetapi, dia hanya ingin agar semuanya berjalan sesuai hukum sendiri.

“Mr. Hendra udah setuju sama pihak polisi untuk ngangkat kembali kasus ke media, bahkan dari video tadi Mr. Hendra jelas marah.”

Suara Kenzie begitu lembut di pendengaran Tiara, tapi Tiara sangat keras kepala. Tiara tidak mungkin mendengarkan apa yang dikatakan oleh Kenzie.

Dia akan tetap berusaha sendiri.

Dia gadis keras kepala yang tidak peduli dengan konsekuensi yang akan ia tanggung.

Apapun yang ia katakan adalah sesuatu hal yang mutlak dan harus tetap dijalankan.

“Untuk ketahap selanjutnya gak semudah itu, Ra. Kita bisa kalah di pengadilan,” ucap Devan.

Tiara tertawa pelan, sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi dingin. “Gak ada kata kalah didalam kamus aku!” sentak gadis itu yang merasa tidak suka dengan kalimat Devan.

“Pak Frans memang pelaku, tapi kita gak tau. Mungkin aja dia udah siapin banyak sekali kejutan-kejutan yang gak akan kita duga nanti. Apalagi bukti belum menuju ke polisi, hanya ke Mr. Hendra aja,” kata Kenzie.

Tiara memutar tubuhnya, manik mata dia bertemu dengan mata tajam Kenzie. Lelaki yang selalu merepotkan hatinya, lelaki yang selalu membuat ia rindu.

“Aku benci sama mereka, Ken. Benci dan benci banget.” Suara lirihan penuh keputusan asaan, lelah, capek, semuanya tercampur menjadi satu.

“Kamu tau sendiri, kan, Tiara. Negara kita emang negara hukum, tapi untuk menegakkan suatu kebenaran, mendapatkan keadilan itu sulit. Pasalnya memang banyak, tapi kalau kamu punya uang, kamu punya kuasa. Maka, kamu bisa bisa mengadili dan menuntut kasus sampai seadil-adilnya,” ujar Rinjani.

My School Mystery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang