Hallo guys 👋👋
Gimana sama kabar kalian?
Gimana sama part kemarin?
Sorry for the delay in updating the continuation of this story. I'm working on several stories as well as drafts.
Cuma untuk akhir-akhir ini aku akan fokus untuk tamatin cerita ini dulu, ditambah sekarang aku sibuk untuk mau daftar kuliah.
Jangan lupa untuk sebelum baca vote dulu ya ....
Happy Reading ✨
••••
Sejak kejadian tadi pagi yang memicu adanya pertengkaran, membuat sekolah tidak mengadakan pembelajaran sama sekali. Berita-berita mengenai SMA Citra Bangsa sudah tersebar dimana-mana.
Reputasi sekolah benar-benar hancur, membuat gerbang besar SMA Citra Bangsa ditutup serapat-rapatnya. Beberapa guru yang inging pulang harus mengendap dan melihat-lihat sekitar baru bisa keluar. Seperti maling yang tidak ingin tertangkap basah oleh warga.
Kejadian tadi pagi mengakibatkan demo besar-besaran oleh beberapa sekolah lain juga, disekitar jalanan Jakarta terjadi aksi pembelaan terhadap murid-murid yang sudah tewas.
Mungkin karena sesama murid jadi mereka menyuarakan pendapat, aksi ini menjadi trending dan ditonton oleh berbagai orang.
Sedangkan didepan SMA Citra Bangsa, hari ini banyak orang tua murid, para warga, siswa-siswi dari sekolah lain datang dan melakukan demo didepan sekolah.
SMA Citra Bangsa begitu dihormati oleh sekolah lain, tentu saja berita ini akan membuat sekolah-sekolah lain gempar. Tetapi, tidak ada kalimat yang keluar dari mulut pak Frans. Seolah-olah memang semuanya akan baik-baik saja.
Sekarang bulan purnama menyinari langit malam, bintang-bintang bersinar dengan begitu indah. Tiara duduk didepan jendela, matanya diarahkan ke atas langit.
"Kita kecolongan," ujar Tiara.
"Udah terjadi, kita gak bisa buat apa-apa lagi," sahut Sagara.
Tiara terkekeh pelan. Dari awal ada rasa takut kalau salah satu akan pergi, dan itu ternyata menjadi kenyataan. Devan pergi sebelum semuanya selesai.
"Gak ada yang bisa lawan takdir," timpal Kenzie.
"Devan mati karena dibunuh, dia gak mungkin tenang kalau pelaku gak ketemu dan diberi hukuman!" desis Rinjani.
"Kita bisa kalah dengan orang yang berduit," jawab Kenzie.
Tiara menoleh kebelakang, matanya menatap tajam Kenzie. "Uang? Uang lagi yang harus dibahas dalam hukum? Kalau emang gitu aku bisa bayar berapapun, aku bisa keluarin uang berapapun. Asal satu, berikan keadilan untuk siswa-siswi yang menjadi korban di sekolah kita!" tukas Tiara.
"Gak ada kata kalah dalam kamus seorang Tiara," lanjut Tiara penuh penekanan.
Kenzie bangkit melangkah menuju kearah Tiara. Mengelus rambut panjang gadisnya. "Iya, sayang. Semuanya udah terbongkar, kita tinggal tunggu waktu untuk polisi tangkap pelakunya," ucap Kenzie.
Tiara mengangguk dengan pelan, ini juga ada bantuan dari Derren. Tumben sekali lelaki itu tidak meneleponnya, padahal kalau seperti ini pasti Derren akan menelepon.
"Tadi ponsel Devan, aku temuin di bawah kolong tempat tidur," celetuk Sagara.
Tiga sejoli itu memusatkan perhatian pada Sagara. Laki-laki itu terlihat santai saja. "Aku terobos garis polisi saat polisi udah pergi, aku cari ponsel Devan dan aku temuin dibawah kolong tempat tidur," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My School Mystery
Teen FictionSebelum baca follow dulu, ya 🙌😇 Sebuah peraturan baru, membuat seisi SMA Citra Bangsa gempar. Peraturan yang sudah ditetapkan oleh kepala sekolah, membuat hampir seluruh siswa-siswi terkejut. Tiara Arunika Euthalia, Gadis pintar dan genius di SMA...