20

675 40 3
                                    

Hallo guys 👋👋

Gimana sama kabar kalian?

Alangkah baiknya sebelum baca untuk vote dulu ya ....

Hari ini aku benar-benar senang banget, karena pembaca udah tembus 2k.

Ini benar-benar suatu kebahagiaan tersendiri buat aku, semoga kalian semua suka sama cerita aku, ya 🤗🤗

Happy Reading 💜

••••

Hari ini tepat, selasa 7 Februari. Di sore ini tepat pukul 16.00 WIB, enam remaja berdiri didalam ruangan XII IPA 1.

“Kita semua minta maaf, Ra. Maaf udah nyakitin hati kamu kemarin.” Sagara menunduk meminta maaf mewakili empat teman dia yang lain.

“Iya, Ra. Maafin kita, udah gak peduli sama kamu kemarin.” Resya ikut menimpali dengan wajah menunduk.

“Aku udah maafin kalian, gak perlu minta maaf juga. Kita semua disini sama-sama salah, aku juga minta maaf karena aku terlalu memikirkan diri aku sendiri,” sahut Tiara.

Mereka semua menatap gadis itu dengan tatapan berkaca-kaca, hanya empat orang sahabatnya saja. Sedangkan Kenzie, malah berdiri dengan melipat kedua tangannya.

We are all friends, so no one can be hostile to each other,” tambah Rinjani.

“Maafin aku, Ra. Kemarin udah bentak-bentak kamu.”

Tiara mengalihkan pandangannya kearah Kenzie, lelaki itu menatapnya dengan perasaan penuh bersalah.

Gadis itu tersenyum manis. Lalu menjawab, “Aku udah lupain itu.”

Mereka semua begitu tersentuh dengan kalimat Tiara, kalau orang lain pasti tidak akan memaafkan mereka.

Justru disini kesalahan mereka, bukan Tiara. Bahkan, Kenzie merasa malu dengan Tiara. Dia paham kalau gadis itu hanya ingin melindungi mereka, tapi dia dengan teganya memarahi Tiara.

Gadis tersebut sangat baik sekali, selalu memikirkan perasaan orang lain dibandingkan perasaannya sendiri. Selalu memperdulikan orang lain, dibandingkan keadaan dirinya sendiri.

“Waktu untuk ungkapin ini semua hanya satu bulan, kita harus cari tau siapa pelakunya.” Tiara melangkah menuju jendela lalu menatap kebawah.

Jendela ini adalah tempat siswi itu jatuh, dia lompat dari jendela ini dan mengakhiri hidupnya.

“Aku punya rencana,” celetuk Sagara.

Kompak mereka semua menoleh kearah lelaki tersebut, menunggu kelanjutan ucapan darinya.

“Kepala sekolah minta Rinjani untuk ketemu sama dia, kita bisa gunain dia untuk rencana kali ini. Penyadap suara dipasang hanya di ruang kepala sekolah, seharusnya kita curiga sama beliau,” lanjut lelaki itu.

Tiara melangkah mendekati Sagara. “Kenapa harus Rinjani?” Gadis tersebut sama sekali tidak terima, takut sahabatnya kenapa-napa.

“Karena kepala sekolah nyuruh dia untuk ketemu nanti.” Bukan Sagara yang menjawab melainkan Devan.

Tiara memijat pelipisnya, nyawa mereka semua sedang terancam tapi sahabatnya digunakan untuk melancarkan sebuah rencana.

My School Mystery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang