10

832 53 2
                                    

Hallo guys 👋👋

Gimana sama kabar kalian?

Gimana juga sama part kemarin?

Alangkah baiknya sebelum baca, untuk follow dan vote dulu ya ....

Happy Reading ❤️

••••

29 Januari 2023

****

Tiara berdiri di jembatan pembatas antara sekolah dan asrama. Gadis itu memandang kolam renang dan juga ikan-ikan yang berenang kesana-kemari.

Pagi yang indah ini, sekaligus hari libur untuk mereka. Jika yang lain begitu bahagia, saling bercanda, maka tidak untuk Tiara.

Gadis tersebut memilih untuk menyendiri, menghindar dari teman-temannya yang lain.

Rinjani paham, kalau Tiara membutuhkan waktu sendiri. Dia tidak mau menganggu gadis itu sama sekali.

“Aku mau pulang, Tuhan. Hanya saja, aku juga harus menyelesaikan ini dulu. Kenapa susah sekali untuk mencari tau misteri sekolah ini? Buku dan flashdisk itu sudah kami dapatkan, tapi kenapa tidak ada titik terangnya sama sekali? Kenapa Tuhan? Aku rindu kedua orang tuaku, aku ingin bertemu mereka.” Tiara memegang pembatas jembatan itu, dengan suara seraknya mengadu kepada Tuhan.

Kerinduan yang ia pendam hampir satu bulan ini, begitu menyiksa hatinya. Dia ingin segera bertemu dan memeluk ayah, ibu, dan keluarganya yang lain.

“Aku juga merindukan kedua orang tuaku, tapi aku hanya menunggu waktu untuk bertemu mereka.”

Tiara menoleh kebelakang, melihat Kenzie yang sedang tersenyum manis kearahnya.

Lelaki itu berdiri, tepat disamping Tiara. Pantulan bayangan mereka dapat dilihat dari air yang begitu jernih.

“Waktu? Sampai kapan kamu akan menunggu? Kita gak akan mudah keluar dari sini, Kenzie!” hardik kesal Tiara.

“Memang gak mudah, kamu ingin keluar dari sini. Akan tetapi, kamu gak bisa bergerak sedikitpun untuk menyelesaikan semuanya, Tiara! Kamu hanya diam, dan diam menunggu bukti yang datang!” sentak Kenzie.

Tiara mengepalkan kedua tangannya, tidak terima dengan apa yang di ucapkan oleh Kenzie. Dia selama ini tidak pernah diam, tapi lelaki disampingnya ini mengatakan kalau dia hanya diam saja.

“Pengecut! Kalau kamu diam kita yang akan mati, kita sudah menjadi target seseorang, Tiara!” lanjut Kenzie dengan amarah yang memuncak.

Tiara memutar tubuhnya menghadap Kenzie, dengan air mata yang mulai membasahi kedua pipinya. Rasanya sangat sakit sekali, perkataan Kenzie menyayat hatinya. Seolah-olah kalau ini semua adalah kesalahannya sendiri.

“Kamu gak pernah rasain apa yang aku rasa, Ken. Tiap malam aku gak bisa tidur, hanya karena mimpi buruk. Aku mimpi kalian semua mati dihadapan aku! Kamu mikir aku diam? Gak, Ken. Aku gak diam aja, otak aku rasanya mau pecah mikirin ini semua.” Tiara menghapus air mata dengan kasar di pipinya.

Mata yang memerah, napas yang memburu, dada yang naik turun dengan emosi yang begitu menguasai diri Tiara.

Kenzie melirik gadis itu sebentar, dan pandangannya kembali menatap kolam ikan tersebut. “Aku tau apa yang kamu rasain, Tiara. Ta—”

My School Mystery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang