Menjadi Lebih Baik

55 33 10
                                    

"Tidak ada hubungan yang paling Allah ridhoi selain ikatan yang sah. Yaitu pernikahan"

_Kevinra Leonil Alexandra_
💚💚💚





Happy Reading💚💚

~~~
1 tahun kemudian

Seorang laki-laki muda yang usianya berkisar 24 tahun dengan penampilan yang jauh lebih syar'i dari sebelumnya. Laki-laki itu menggunakan baju muslim lengan panjang warna putih dengan celana cingkrang warna hitam lengkap dengan peci warna putih yang menghias di kepalanya. Laki-laki itu adalah Kevin laki-laki yang setahun lalu bersaksi bahwa islam adalah agamanya, sekarang ia benar-benar menjadi pribadi yang berbeda dari sebelumnya.

Selama setahun pula ia pergunakan untuk menuntut ilmu agama lebih banyak dan memperdalam ibadahnya di pesantren tersebut.

Pesantren ini sudah seperti rumahnya sendiri, ia bahkan jauh lebih nyaman di sini daripada di rumahnya. Semenjak itu pula Kevin tidak pernah berkomunikasi dengan ibunya dan mengambil cuti di kampusnya.

Kevin sekarang telah menjadi seorang pembina di pondok pesantren Ash-Shiddiq ia mulai sedikit demi sedikit mengajar dan membimbing santri-santri yang ada di sana. Seperti sekarang ia memandu para santri untuk tadarus bersama-sama.

Terlalu fokus dengan kegiatannya, Kevin bahkan tidak sadar bahwa ada seorang Kiayi yang memperhatikannya dari jendela tepat di sampingnya. Orang itu adalah Kiayi Ibrahim dan juga Ustadz Arkan. Kedua laki-laki itu tersenyum melihat peningkatan Kevin.

“Bagaimana menurut Abi tentang Kevin?”, Tanya Ustadz Arkan.

Kiayi Ibrahim mengangguk lalu berbicara, “Nak Kevin itu orangnya pandai dan cepat belajar, buktinya sekarang ia hanya butuh waktu 1 tahun ia untuk menghafalkan setengah dari isi Al-Quran dan menjadi pembina di pondok ini. Maa Syaa Allah dia anaknya pekerja keras” Ucap Kiayi Ibrahim.

“Betul kata Abi, Kevin orangnya tekun dan juga sopan sama yang lain jadi banyak ingin berteman dengannya” Pungkas Ustaz Arkan.

“Setelah selesai suruh Kevin ke ruangan saya!” Perintah Kiayi Ibrahim dengan tersenyum menatap Kevin lalu melangkah setelahnya.

***

Kevin sekarang sedang berada di ruangan kantor Kiayi Ibrahim, ia duduk di sofa yang tepat berada di hadapan Kiayi Ibrahim.

“Bagaimana nak Kevin? Apa yang kamu rasakan selama ada di sini?” tanya Kiayi

“Alhamdulillah Kiayi, selama di sini saya banyak belajar dari para Ustadz dan juga pembina santri yang lain. Terima kasih Kiayi karena telah membawa saya ke tempat ini” jawab Kevin.

Kiayi Ibrahim mengangguk “Saya tidak berbuat apa-apa, ini semua takdir dari Allah SWT saya hanya menyiapkan fasilitas di sini untuk orang yang ingin belajar. Bagaimana perasaanmu setelah memeluk agama Allah sejauh ini?” Tanya Kiayi kembali.

“Jauh lebih baik Kiayi, saya sudah menemukan ketenangan yang selama ini saya cari” Jawab Kevin.

“Alhamdulillah kalau begitu. Lalu apa kamu sudah menemui ibumu?” Kembali Kiayi Ibrahim bertanya, namun respon Kevin hanya menunduk.

“Belum Kiayi, rasanya saya belum siap”

Kiayi Ibrahim menghela napas lalu berbicara “Saya paham, tapi saya rasa kamu harus menemui ibumu karena seburuk apa pun dia tetap ibumu, orang yang melahirkanmu. Pikirkan baik-baik” tutur Kiayi sembari menepuk bahu Kevin.

“oh iya, ada satu lagi pertanyaan saya” ucap Kiayi Ibrahim tiba-tiba.

“Apa itu Kiayi?” Tanya Kevin dengan Penasaran.

“Apa kamu belum ada niatan untuk menikah?” tanya Kiayi membuat Kevin tertawa kecil.

“tidak dulu Kiayi, saya belum punya calonnya” jawabnya

“Itu perkara mudah, saya bisa mencarikan kamu Seorang Akhwat untuk kamu nikahi” ucap Kiayi Ibrahim dengan tersenyum.

Kevin menggaruk lehernya yang tak gatal, “tidak perlu Kiayi” jawab Kevin singkat

“Loh kenapa? Apa kamu mempunyai perempuan yang kamu cintai?” tanya Kiayi dengan nada meledek.

Kevin kembali salah tingkah mendengar pertanyaan Kiayi Ibrahim telinga yang sudah memerah karena malu. Mendengar perkataan Kiayi Ibrahim membuatnya teringat kembali akan Ainun perempuan yang ia cintai.

~~~
Dengan malu-malu Kevin berbicara, “Sebenarnya saya pernah ditolak sama seorang perempuan sewaktu belum hijrah dulu, Kiayi” Ungkap Kevin.

“Benarkah? Siapa perempuan itu?” Tanya Kiayi Ibrahim.

“Namanya Ainun Kiayi, dia salah satu mahasiswi di kampus saya tapi beda jurusan dengan saya” Jawab Kevin, seketika membuat Kiayi Ibrahim sedikit kaget karena mendengar nama perempuan yang disebut oleh Kevin dan kembali tersenyum ke arahnya.

“Kenapa perempuan itu menolakmu?” Tanya Kiayi Ibrahim penasaran.

“Dulu saya tidak paham dengan alasan Ainun menolak saya. Tapi, semenjak memeluk Islam dan belajar ilmunya lebih dalam, kini saya paham tidak ada hubungan yang paling Allah ridhoi selain ikatan yang sah. Yaitu pernikahan.” Kevin terhenti sejenak ia menunduk merenungi kebodohannya dimasa lalu, “Dan waktu itu saya menawarkannya untuk berpacaran yang jelas-jelas hubungan yang sangat dibenci Allah. Saya sempat marah dengan penolakan Ainun karena saya merasa alasannya begitu klise. Tapi setelah saya tahu ilmunya, saya sangat bersyukur dengan jawaban Ainun waktu itu.” Lanjutnya.

Kiayi Ibrahim tersenyum mendengar jawaban Kevin, “Lalu, sekarang apa kamu masih mencintai perempuan itu?” Tanya Kiayi Ibrahim penasaran dengan kisah muda-mudi sekarang.

Cukup lama Kevin terdiam, Kevin bertanya pada hatinya apakah masih ada perasaan cinta untuk Ainun di dalam hatinya. Kevin memegangi dada kirinya, jantungnya berdebar begitu kuat seolah menjawab pertanyaannya.

“Sepertinya perasaan itu masih ada Kiayi, tapi sekarang saya sadar Ainun itu terlalu baik dia perempuan yang terlalu sempurna bagi saya. Sehingga saya merasa tidak pantas untuk perempuan baik sepertinya”. Jawab Kevin.

Kiayi Ibrahim semakin penasaran, Sebab perempuan yang Kevin sebut adalah putri satu-satunya dan tidak ada salahnya jika pemuda di hadapannya ini mencintai putrinya.

“Kenapa kamu tidak langsung mengkhitbahnya sekarang, bukannya sudah tidak ada perbedaan di kalian lagi” Kiayi Ibrahim kembali bertanya.

“Sebenarnya keinginan itu pernah terbesit dalam hati saya, tapi kembali lagi saya mengingat bahwa saya tidak cukup pantas untuk perempuan yang begitu sempurna seperti Ainun. Dan kalau pun nanti kami dipersatukan saya pastinya sangat bersyukur. Tapi jika tidak saya harus lebih menguatkan hati saya untuk ikhlas melupakannya” Jelas Kevin.

Kiayi Ibrahim mengangguk mendengar jawaban Kevin serta senyum yang tidak pernah luntur di bibir laki-laki itu. Ia cukup kagum dengan keteguhan pemuda di hadapannya ini.

“Afwan Kiayi, saya malah curhat” ucap Kevin menggaruk lehernya yang tak gatal karena malu.

Sedangkan Kiayi Ibrahim tertawa lalu mengangguk, “tidak apa-apa” jawabnya.

~~Bersambung~~

Jangan lupa vote komen dan share yaa💚💚

Kevin & AinunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang