Rumah

106 71 11
                                    

~~~

Di siang hari ini Kevin yang baru saja menyelsaikan kelasnya hari ini melangkahkan kakinya dengan cepat menuju parkiran dimana kendaraan roda duanya terletak.

Hari ini cuaca begitu panas membuatnya tidak betah berada di luar lama-lama, saking cepatnya langkah laki-laki itu hingga membuat Ali sahabatnya jadi tertinggal jauh.

“Mau kemana sih? Buru-buru amat jalannya” protes Ali setelah berhasil menyamakan langkahnya dengan Kevin.

“Pengen buru-buru pulang lah, panas banget” jawab Kevin yang telah menaiki motor merahnya “Gue duluan ya, Li” pamitnya pada Ali setelahnya.

Ali yang melihat tingkah sahabatnya itu hanya menggeleng lalu berucap “Iya hati-hati”  sambil melambaikan tangannya.

Setelah menempuh 20 menit perjalanan akhirnya sampailah Kevin dirumahnya.

By the way, ia hanya tinggal bersama sang ibu sejak dirinya berusia 7 tahun dikarenakan ayahnya yang meninggal karena kecelakaan saat itu,dan semenjak itu pula kehidupannya mulai berubah. Mengingat itu membuatnya tersenyum kecut.

Baru saja Kevin melangkah menuju kamarnya, langkahnya justru terhenti karena suara tawa yang tak begitu ia sukai. Suara tawa laki-laki dan perempuan di dalam kamar, seketika membuatnya geram dan juga tangan yang mengepal kuat. Berhenti di depan kamar ibunya lalu ia mengetuknya dengan tidak santai

BUKK!! BUKK!! BUKK!!

Hingga ketiga kalinya ia mengetuk pintu barulah ibunya, Lili keluar dari kamar tersebut bersama dengan seorang laki-laki yang seumuran dengan ibunya.

Kevin mnatap mereka berdua dengan sorot mata seolah tak suka dengan mereka “Siapa lagi laki-laki ini mah?” tanya kevin dengan nada dingin.

“Kenalkan dia Antonio pacar mama” jawab Lili dengan santai seolah pertanyaan kevin bukanlah apa-apa.

Kevin tersenyum kecut “Cih! Apa setiap laki-laki yang mama bawa ke rumah adalah pacar mama? Lalu laki-laki kemarin yang datang ke rumah juga pacar mama?” tanya Kevin emosi “Sampai kapan mama akan seperti ini setiap hari gonta-ganti laki-laki! Apa mama sama sekali gak ingat sama papa?” lanjutnya dengan rahang yang semakin mengeras akibat emosi.

Sedangkan Antonio yang disebut sebagai pacar mamanya tadi telah pergi.

“Jaga mulut kamu kevin! Kamu hanya perlu diam dan nikmati apa yang sudah mama peroleh! Dan satu lagi jangan pernah sebut nama papamu lagi di depan mama, karena mama sudah muak!” balas Lili yang terdengar seperti bentakan.

Karena tak ingin menguras emosi lebih banyak lagi, Kevin memutuskan untuk pergi lagi keinginannya untuk rebahan di kamarnya sudah hilang. Di kepalanya hanya terbesit satu tempat dimana ia bisa tenang yaitu di rumah Ali, yang menjabat sebagai sahabatnya sejak SMA.

~~Bersambung~~

Selamat membaca ya, jangan lupa vote dan share cerita ini ke teman-temanmu ya🥰

Kevin & AinunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang