Mempertanggung jawabkan Rasa

67 16 11
                                    

"Begitu besar inginku untuk bisa hidup dan menua bersamamu"

_Kevindra Leonil Alexandra_


Happy Reading 💚💚

Hari ini dimana mentari pagi baru saja menampakkan cahayanya. Laki-laki berbalut kemeja hitam dengan celana kain hitam yang tidak terlalu mengetat ditubuhnya, Laki-laki itu sedang berdiri di depan ruangan tempat pemilik pesantren sembari merapalkan doa agar hatinya yang diliputi rasa gugup menjadi lebih tenang.

Sudah sekitar setengah jam laki-laki itu berdiri di sana hingga seseorang menepuk pundaknya

"Assalamu'alaikum Akhi" Ucap orang itu.

Kevin pun menjawab salam itu sembari menolehkan kepalanya menghadap ke seseorang itu"Wa'alaikumsalam, Eh Kiayi" Jawabnya sambil mengulurkan tangannya membalas salam Kiayi Ibrahim.

"Nak Kevin ada keperluan apa?" Tanya Kiayi Ibrahim setelah memasuki ruangannya bersama Kevin.

Mendengar pertanyaan itu sontak membuat raut wajahnya lebih serius. "Saya ingin menyampaikan niat baik saya Kiayi" Jawab Kevin

"Maksud Nak Kevin?"

Sesekali menghela napas untuk menghilangkan rasa gugupnya "Maksud kedatangan saya itu, saya ingin melamar Ainun putri Kiayi satu-satunya" Setelah mengatakan itu Kevin memberanikan diri menatap mata Kiayi Ibrahim. "Saya tau dan saya sepenuhnya sadar bahwa saya tidak pantas untuk Ainun tapi InsyaAllah saya akan menjadikan Ainun satu-satunya perempuan yang ada di hati saya dan akan menemani saya sampai ke jannah-Nya." Lanjut Kevin dengan tegas menjelaskan maksudnya.

"Kamu serius dan yakin dengan keputusanmu, Nak? Lagi-lagi Kiayi Ibrahim bertanya tentang kesungguhan Kevin.

Dengan mantap dan lantang Kevin pun menjawab " Ya saya serius dan yakin Kiayi".

Melihat ketegasan dan kesungguhan Kevin membuat Kiayi Ibrahim tersenyum, "Baiklah saya akan membicarakan ini dengan Ainun. Semua jawabannya saya serahkan seutuhnya kepada Ainun".

"Iya Kiayi, syukron".

Setelah mengucapkan niatnya Kevin pun pamit keluar dari ruangan itu dan menghela napas lega, ia lega karena bisa memberanikan diri memperjuangkan cintanya meski belum tahu apakah lamarannya diterima atau tidak.

"Begitu besar inginku untuk bisa hidup dan menua bersamamu." monolognya dalam hati sembari menyusuri jalan untuk kembali ke ruangannya.

***
Di ruang tamu yang cukup luas  didominasi warna putih Kiayi Ibrahim sedang berkumpul dengan keluarganya yang tentu saja ada Ainun di sana. Kiayi Ibrahim sengaja mengumpulkan anak dan istrinya untuk membicarakan tentang Kevin.

Setelah Ainun mendengar semuanya dari ayahnya tentang niat Kevin yang ingin melamarnya, jujur sekarang jantungnya berdegup cukup kencang sekarang, ia gugup dan tidak tahu harus bagaimana menyikapinya.

"Bagaimana jawabanmu, Nak?" Tanya Kiayi Ibrahim pada putrinya yang membuat lamunan Ainun buyar.

"Menurut Abi, Kevin itu bagaimana?" bukan jawaban yang Ainun utarakan melainkan tanya yang menurutnya penting untuk ia tanyakan.

"Menurut Abi, Kevin itu adalah laki-laki pekerja keras, baik, sopan dan juga orang yang mau belajar. Jadi, Abi rasa Dia bisa membimbing kamu Nak." Jawab Kiayi Ibrahim dengan senyum yang tak pernah luntur.

"Menurut Ummi dan Kak Arkan bagaimana?" Tanya Ainun kembali sambil menolehkan pandangannya ke arah ibu dan kakaknya.

"Ummi sependapat dengan Abi, dan begitu pula dengan kakak kamu." Jawab Zainab sambil mengusap kepala putrinya yang tertutup oleh jilbabnya.

"Kamu bisa memikirkannya dahulu karena kamu yang akan menjalaninya" Kembali Kiayi Ibrahim memberikan wejangan untuk anaknya.

~~Bersambung~~

Jangan lupa vote, komen dan share yaa
Selamat membaca 💚💚

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kevin & AinunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang