2 bukan 1

3.2K 437 74
                                    

Jennie duduk dengan tenang di sofa yang lembut dan mewah dalam ruangan VIP, tempat putrinya Lily beristirahat setelah melewati masa yang melelahkan. Dalam pencahayaan yang lembut, wajahnya terlihat penuh perasaan, mencerminkan campuran antara kelelahan dan kasih sayang yang mendalam. Matanya yang cemerlang sedikit terlihat lelah, tetapi tetap penuh perhatian saat dia memandang putrinya yang tidur pulas di atas kasur rumah sakit.

Jennie memegang erat tangan Lily yang kecil, memberikan dukungan tanpa kata-kata. Ekspresi wajahnya mencerminkan kekuatan dan kelemahan yang dirasakannya sebagai seorang ibu. Rambutnya yang hitam mengalir rapi, dan pakaian yang dikenakannya menunjukkan kesederhanaan dengan sentuhan elegan.

Di sebelah Jennie, Irene, unnienya, duduk dengan penuh perhatian. Ekspresi wajahnya menunjukkan kekhawatiran dan kasih sayang terhadap keduanya. Irene memberikan senyuman lembut sebagai bentuk dukungan moral, dan kehadirannya menambah kehangatan dalam ruangan yang serba damai.

Sementara itu, Lily tertidur dengan nyenyak di atas kasur rumah sakit, wajahnya yang lembut mencerminkan ketenangan setelah masa-masa sulit yang baru saja dihadapinya. Jennie sesekali mencium lembut kening putrinya dan terus memeluknya dengan penuh kasih sayang.

Keseluruhan suasana ruangan VIP tersebut menciptakan gambaran keintiman dan kehangatan, di mana keluarga adalah sumber dukungan paling kuat. Meskipun kelelahan dan kesedihan mungkin masih membayangi, kehadiran Jennie dan Irene memberikan ketenangan dan kekuatan di saat-saat sulit tersebut.

"J, bisa kita bicara di sana," Irene membuka obrolan dengan menatap ke arah sofa yang ada di dalam ruangan Lily.

Jennie beranjak dari duduknya untuk pindah ke tempat yang diminta unnienya, Irene. Jennie melakukan itu hanya untuk sesegera mungkin mengetahui fakta yang lagi-lagi di sembunyikan orang-orang di sekitarnya.

Jennie dan Irene sudah duduk di sofa dengan bersebelahan. Irene menggenggam tangan Jennie dengan lembut dan memberikan usapan di sana. Jennie dengan refleks menatap mata unnienya, dengan tatapan penuh kebingungan.

"Tolong dengarkan dengan baik dan jangan memotong apapun yang unnie sampaikan. Unnie tidak akan memaksa dirimu bila pada akhirnya nanti kamu akan berada di pihak keluarga kita. Tapi yang harus unnie tekankan bahwa unnie akan membawa baby pergi dari The Kim's termasuk dari dirimu. Jika kamu berada di pihak The Kim's." ucap Irene dengan tatapan tegas.

Jennie menganggukkan kepala dengan pelan.

"Hah," Irene membuang napas dengan kasar.

"Kamu memiliki 2 anak, baby bukan anak tunggal. Anakmu laki-laki bernama Kim Liam, kakak dari baby, anak sulung dirimu. Kamu melahirkan anak kembar yang perbedaan lahirnya hanya berjarak 3 menit."

"Kamu pasti tidak percaya dengan hal ini bukan? Tapi tolong biarkan unnie menyelesaikan cerita unnie terlebih dahulu," sambung Irene.

Jennie hanya diam dengan ekspresi wajah penuh kebingungan.

"Awal hubungan kamu dengan Lisa berjalan dengan baik, sebelum banyak penolakan yang kalian alami dan yang paling tragis adalah masuknya pelakor dalam hubungan kalian yang membuat semuanya hancur sehancur-hancurnya!"

"Lupakan soal dia, tolong jelaskan soal anak-anakku, unn!" tegas Jennie yang sama sekali tidak tertarik untuk membahas bagaimana masa lalu dirinya dengan Dadda anak-anaknya.

Irene menganggukkan kepala.

"Keluarga kita benar-benar membenci berita dirimu yang sudah menikah dan sedang mengandung anak dari dia. Kamu yang stres karena ditinggal militer olehnya mulai bertindak buruk dengan menggungurkan anak-anakmu dan bodohnya mereka mendukung hal itu. Kamu sudah tahu siapa mereka yang unnie maksud bukan? Ya, dia adalah keluarga besar kita. Tapi dengan kuasa Tuhan, anak-anakmu bukannya gugur, malah lahir ke dunia ini dengan keadaan yang baik tanpa kekurangan apapun."

MOMMY LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang