Awal Perkenalan

2.7K 243 5
                                        

Kim High School, sekolah prestisius yang dimiliki oleh keluarga besar The Kim's, dikenal sebagai tempat berkumpulnya anak-anak dari kalangan pejabat, orang kaya, dan siswa berprestasi penerima beasiswa. Sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas yang sangat mewah, jauh melebihi standar sekolah pada umumnya. Bukan hanya sarana dan prasarananya yang unggul, tetapi juga tenaga pengajar yang terdiri dari guru-guru profesional, lulusan universitas luar negeri, dengan minimal gelar S2. Setiap hari, lalu lintas di sekitar sekolah dihiasi oleh deretan mobil dan motor mewah yang mengantarkan para siswa, menambah aura eksklusifitas dan kemewahan yang sudah melekat pada Kim High School.

Hari ini adalah hari pertama tahun ajaran baru di Kim High School. Di sini, OSPEK tidak diisi dengan kegiatan membawa makanan atau membuat kerajinan tangan yang aneh-aneh. Sebaliknya, OSPEK dilakukan dengan mengajak para siswa baru berkeliling sekolah untuk mengenal lingkungan mereka. Mereka akan diperkenalkan pada berbagai fasilitas sekolah, seperti gedung kelas, aula, ruang guru, ruang kepala sekolah, unit kesehatan, gedung olahraga, kolam renang, ruang musik, perpustakaan, dan banyak lagi.

Setiap regu, yang terdiri dari 20 siswa, akan didampingi oleh satu guru dan dua kakak kelas yang bertugas sebagai pemandu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, penerimaan siswa baru sangat selektif, dengan hanya 60 siswa yang diterima, dibagi menjadi tiga kelas, di mana setiap kelas berisi 20 siswa.

“Kemana satu orang lagi?” tanya kakak kelas yang menjabat sebagai wakil ketua OSIS, suaranya tegas, penuh otoritas.

Semua anggota regu terdiam, saling berpandangan satu sama lain, tak ada yang berani menjawab.

“Maaf, kami tidak tahu, Sunbae,” akhirnya ketua regu memberanikan diri untuk menjawab, suaranya terdengar ragu.

Kakak kelas perempuan itu mengernyitkan dahi, ketidaksabaran mulai terasa dalam nadanya. “Mudah sekali kau mengatakan itu! Kalau dalam dua menit jumlah kalian belum lengkap, kalian semua akan menerima hukuman. Mengerti?”

“Mengerti, Sunbae,” jawab seluruh regu serentak, suara mereka sedikit gemetar.

Mereka berdiri dalam ketegangan, hati berdebar menunggu kehadiran anggota regu yang hilang. Detik-detik berlalu dengan kecemasan yang semakin terasa.

“1 menit lagi!” tegas sang wakil ketua OSIS, matanya melirik jam tangan, waktu terus berjalan tanpa ampun.

Kecemasan di antara anggota regu semakin nyata. Namun, tiba-tiba perhatian mereka teralihkan oleh sosok yang muncul dari kejauhan. Seorang siswa, dengan napas tersengal-sengal, pakaian berantakan dan kotor di beberapa bagian, serta punggungnya yang basah kuyup, berlari mendekat. Wajahnya penuh dengan kelelahan, namun tekadnya terlihat jelas.

Dia berhenti di depan wakil ketua OSIS, membungkuk berulang kali sambil berusaha mengatur napasnya. “Hah... hah... Ma-af ter-lam-bat, Sunbae,” katanya dengan suara terputus-putus, masih berusaha mengendalikan dirinya.

Wakil ketua OSIS menatapnya dengan ekspresi yang sulit dibaca, campuran antara kebingungan dan ketidaksenangan. “Kau niat sekolah atau tidak, hah!?” bentaknya, marah melihat penampilan acak-acakan siswa tersebut.

Siswa itu mengangkat wajahnya, matanya menunjukkan ketulusan yang mendalam. “Maaf, Sunbae. Saya sungguh-sungguh ingin sekolah. Saya bahkan jauh-jauh terbang dari Thailand ke negara ini,” jelasnya dengan nada memohon, meski kalimatnya membuat beberapa teman satu regunya menahan tawa.

“Hahah...” suara tawa mereka terputus seketika saat wakil ketua OSIS menatap tajam seluruh anggota regu. Ketenangan kembali menyelimuti, dan suasana menjadi semakin tegang.

“Temui Ketua OSIS di ruang OSIS, sekarang,” perintah wakil ketua OSIS dengan suara dingin, tak memberi ruang untuk perdebatan.

“Baik, Sunbae,” siswa itu menunduk dalam, lalu berbalik dan berlalu pergi, mencari ruang OSIS dengan langkah yang masih terburu-buru.

MOMMY LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang